P&O Cruises
P&O Cruises adalah sebuah operator kapal pesiar yang berkantor pusat di Carnival House di Southampton, Inggris. P&O Cruises dioperasikan oleh Carnival UK dan dimiliki oleh Carnival Corporation & plc. P&O Cruises awalnya adalah anak usaha dari perusahaan pengapalan P&O, dan kemudian didirikan sebagai hasil dari restrukturisasi terhadap bisnis P&O pada tahun 1977.[1] Bersama P&O Cruises Australia, yang juga didirikan oleh P&O, perusahaan ini adalah operator kapal pesiar tertua di dunia, karena P&O telah mengangkut penumpang sejak tahun 1837.[3][4][5] P&O Cruises didivestasi oleh P&O pada tahun 2000, dan lalu menjadi anak usaha dari P&O Princess Cruises,[6] sebelum kemudian dimiliki oleh Carnival Corporation & plc pada tahun 2003, pasca penggabungan antara P&O Princess Cruises dan Carnival Corporation.[7] Pada tahun 2018, perusahaan ini menguasai 2,4% pangsa pasar kapal pesiar dunia.[2] SejarahAwal mulaPada tahun 1834, Brodie McGhie Willcox, seorang pialang kapal dari London, dan Arthur Anderson, seorang pelaut asal Kepulauan Shetland, membentuk sebuah asosiasi dengan Kapten Richard Bourne, seorang pemilik kapal uap asal Dublin.[8] Pada tahun 1837, ketiganya memenangkan sebuah kontrak, dan mulai mengangkut surat dan penumpang dari Inggris ke Semenanjung Iberia, dengan mendirikan Peninsular Steam Navigation Company.[5][9] Pada tahun 1840, perusahaan tersebut bergabung dengan Transatlantic Steam Ship Company dan mengembangkan bisnisnya ke Oriental, serta mengubah namanya menjadi Peninsular and Oriental Steam Navigation Company (P&O).[10] Pada tahun 1844, P&O mengembangkan bisnis pengangkutan penumpangnya dari menggunakan kapal biasa menjadi kapal pesiar, dengan rute dari Inggris ke Laut Mediterania.[5] Pada dekade 1950-an, bisnis pengangkutan penumpang dengan kapal biasa terancam oleh makin terjangkaunya harga tiket pesawat terbang.[11] Oleh karena itu, pada dekade 1970-an, P&O memutuskan untuk memfokuskan pengangkutan penumpangnya hanya dengan menggunakan kapal pesiar, dan pada tahun 1977, P&O resmi memisahkan bisnis pengangkutan penumpangnya ke sebuah perusahaan tersendiri yang diberi nama P&O Cruises.[1] 1977–1995: Tahun-tahun pertamaAwalnya, P&O Cruises mengoperasikan Oriana dan Canberra dari Southampton, untuk melayani masyarakat Britania Raya,[12][13] serta Arcadia dari Sydney, untuk melayani masyarakat Australia,[14] sementara Uganda dioperasikan sebagai kapal pesiar edukasional.[15] Keempat kapal tersebut sebelumnya dioperasikan oleh P&O dan kemudian diserahkan ke P&O Cruises. Pada tahun 1979, Arcadia dikeluarkan dari armada P&O Cruises di Australia[14] dan digantikan oleh Sea Princess, yang sebelumnya dioperasikan oleh Flagship Cruises dengan nama Kungsholm.[16] Pada tahun 1981, Oriana dipindahkan ke Australia,[12] sementara Sea Princess dipindahkan ke Britania Raya pada tahun 1982.[16] Pada tahun yang sama, Canberra difungsikan sebagai kapal pengangkut pasukan selama Perang Falklands,[17] sementara Uganda difungsikan sebagai kapal rumah sakit.[18] Uganda kemudian dikeluarkan dari armada P&O Cruises pada tahun 1983.[18] Oriana dikeluarkan dari armada P&O Cruises di Australia pada bulan Maret 1986,[19] sementara Sea Princess dikeluarkan dari armada P&O di Britania Raya pada bulan November 1986.[16] Dengan hanya memiliki Canberra, untuk melayani masyarakat Britania Raya,[4] pada tahun 1988, P&O mengembangkan bisnisnya di Australia dengan mengakuisisi Sitmar Cruises, yang telah mengoperasikan satu unit kapal pesiar di Australia.[12] Akuisisi tersebut kemudian mengarah pada pembentukan P&O Cruises Australia untuk mengawasi bisnis P&O di Australia, agar P&O Cruises dapat tetap fokus mengawasi bisnisnya di Britania Raya.[3] 1995–2008: Kapal baru pertama dan perubahan kepemilikanPada dekade 1990-an, P&O Cruises mulai mengoperasikan kapal baru pertamanya, yakni Oriana kedua, tepatnya pada bulan April 1995.[20] Tidak seperti kapal samudera yang diwariskan oleh P&O, yang dirancang untuk pengangkutan penumpang, Oriana adalah kapal pesiar, yang dirancang untuk pelayaran wisata. Dengan berat 69.153 GT, kapal tersebut adalah salah satu kapal terbesar di dunia pada saat itu.[21] Sea Princess juga kembali menjadi armada P&O Cruises pada tahun 1995, dengan nama Victoria.[16] Canberra dikeluarkan dari armada P&O Cruises pada tahun 1997 dan digantikan oleh Arcadia kedua, yang sebelumnya dioperasikan oleh Princess Cruises dengan nama Star Princess.[13] Pada tahun 2000, Aurora, sebuah kapal baru yang desainnya mirip dengan Oriana, mulai dioperasikan oleh P&O Cruises.[22] Namun, pada pelayaran perdananya, kapal tersebut mengalami masalah mesin.[22] Pada tahun yang sama, P&O mendivestasi semua bisnis kapal pesiarnya dan membentuk P&O Princess Cruises, yang kini memiliki P&O Cruises.[6] Pada tahun 2002, Victoria dikeluarkan dari armada P&O Cruises[16] dan digantikan oleh Oceana yang sebelumnya dioperasikan oleh Princess Cruises dengan nama Ocean Princess.[23] Pada tahun 2003, kepemilikan P&O Cruises kembali berganti saat P&O Princess Cruises bergabung dengan Carnival Corporation untuk membentuk Carnival Corporation & plc.[7] Kemudian, Arcadia diserahkan ke merek Ocean Village.[24] Adonia, yang sebelumnya bernama Sea Princess dan merupakan saudara dari Oceana, pun menggantikan Arcadia, tetapi kemudian kembali menjadi armada Princess Cruises pada tahun 2005.[25] Adonia lalu digantikan pada tahun yang sama oleh Arcadia, yang dialokasikan ke P&O Cruises setelah sebelumnya dialokasikan untuk Holland America Line dan kemudian Cunard Line.[26] Arcadia lalu disusul oleh Artemis, yang sebelumnya dioperasikan oleh Princess Cruises dengan nama Royal Princess.[27] 2008–sekarang: Ekspansi, modernisasi, dan COVID-19Armada P&O Cruises dikembangkan dan dimodernisasi dengan penambahan Ventura seberat 116.017 ton pada tahun 2008,[28] dan saudaranya, Azura pada tahun 2010.[29] Artemis dikeluarkan dari armada P&O Cruises pada tahun 2011[30] dan digantikan oleh Adonia kedua, yang seperti Artemis, sebelumnya dioperasikan oleh Princess Cruises dengan nama Royal Princess.[31] Pada tahun 2012, P&O Cruises merayakan hari jadi Peninsular Steam Navigation Company yang ke-175 dengan mengadakan Grand Event, di mana semua armadanya dikumpulkan di Southampton.[32] Pada tahun 2014, perusahaan ini memperkenalkan livery baru, yang didasarkan pada Union Jack, untuk menekankan sejarahnya dari Britania Raya,[33] dan pada tahun 2015, Britannia seberat 143.730 ton juga mulai dioperasikan oleh P&O Cruises.[34] Adonia lalu diserahkan ke merek baru Carnival, yakni Fathom pada tahun 2016,[35] dan kemudian dikembalikan ke P&O Cruises pada tahun 2017,[36] dan akhirnya dikeluarkan dari armada P&O Cruises pada tahun 2018.[37] Pada tahun 2019, Oriana juga dikeluarkan dari armada P&O Cruises.[38] Pada bulan Maret 2020, P&O Cruises menghentikan operasi pengangkutan penumpangnya sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyebaran pandemi COVID-19.[39][40] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai P&O Cruises.
|