Orang utan tapanuli (Pongo tapanuliensis) merupakan salah satu spesies dari genus orang utan (Pongo) yang berasal dari daerah Tapanuli, Sumatra.[2] Tapanuli. Orang utan tapanuli merupakan tambahan spesies baru sekaligus spesies ketiga yang ditemukan setelah spesies orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orang utan sumatra (Pongo abelii).[3]
Penemuan orang utan tapanuli
Keberadaan populasi Orang utan terpencil di ekosistem Batang Toru, Tapanuli Selatan sebenarnya telah dilaporkan sejak tahun 1939.[4] Populasi yang sama kembali dilaporkan pada ekspedisi pada tahun 1997,[5] tetapi tidak diakui sebagai spesies orang utan yang baru.[6]
Orang utan tapanuli baru diakui sebagai spesies orang utan yang baru setelah penelitian filogenetik tahun 2017. Penelitian tersebut menganalisa 37 sampel genetik individu liar dari Sumatra maupun Kalimantan dan juga penelitian morfologi terhadap kerangka 34 orang utan jantan.[7] Holotipe yang digunakan untuk mendeskripsikan spesies ini merupakan spesimen kerangka lengkap individu jantan yang meninggal akibat dilukai penduduk setempat pada November 2013 dan disimpan di Museum Zoologi Bogor.[7][8] Tengkorak dan gigi dari Orang utan tapanuli berbeda jauh dari Orang utan sumatra dan Orang utan kalimantan.[9] Penelitian menggunakan mode Analisis komponen utama dan Genetika populasi menandakan populasi Batang Toru adalah spesies yang baru, berbeda dari populasi lainnya.[7]
Nama spesifik, tapanuliensis, berasal dari nama daerah Tapanuli di Sumatera Utara, dimana populasi spesies ini ditemukan.[7][10]
Habitat orang utan tapanuli
Habitat orang utan tapanuli berada di wilayah Batang Toru, yang merupakan jenis Hutan tropis dan subtropis basah berdaun lebar, terletak di selatan Danau Toba. Seluruh populasi orang utan tapanuli ditemukan di area sekitar 1.000 km2 (390 sq mi) dan pada ketinggian dari 300 hingga 1.300 m (980 hingga 4.300 ft).[7] Populasi ini terisolasi dari populasi orang utan sumatra dan hanya terpisah dengan jarak 100 km (62 mi).[10]
Ciri-ciri fisik
Tengkorak orang utan tapanuli lebih kecil dibandingkan orang utan sumatra dan orang utan kalimantan.[2] Tulang rahangnya juga lebih halus. Gigi geraham [3] dan gigi taringnya lebih besar dibanding spesies lain.[2] Dibandingkan orang utan sumatra dan orang utan kalimantan, bulu orang utan tapanuli lebih tebal dan lebih keriting. Kumis dan jenggotnya juga tampak lebih menonjol disertai bantalan pipi yang berbentuk datar dan dipenuhi rambut halus berwarna pirang. Orang utan tapanuli jantan memiliki panggilan jarak jauh berbeda dibanding panggilan spesies orang utan lainnya.[3]
Sama dengan orang utan lainnya, jantan lebih besar dari betina; jantan memiliki tinggi 137 cm (54 in) dan berat 70–90 kg (150–200 pon), sedangkan betina memiliki tinggi 110 cm (43 in) dan berat 40–50 kg (88–110 pon).[7][11]
Catatan
^deskripsi Orang utan Tapanuli adalah kolaborasi antara 37 ilmuwan dari berbagai lembaga di seluruh dunia tetapi nama binomial (nama ilmiah) diberikan oleh lima ilmuwan dikutip di sini. Mereka dikutip sebagai otoritas bionomial karena dalam nomenklatur zoologi, otoritas binomial adalah orang atau tim yang menyediakan nama binomial.
^Natuur in Zuid- en Oost- Borneo. Fauna, flora en natuurbescherming in de Zuider- en Ooster-Afdeeling van Borneo. In 3 Jaren Indisch Natuur Leven: Opstellen over Landschappen, Dieren en Planten, Tevens Elfde Verslag (1936-1938) [Nature in South and East Borneo. Fauna, flora and nature conservation in the southern and eastern part of Borneo. In 3 Years Dutch Indies Nature Life: Compilation on Landscapes, Animals and Plants, Eleven Reports (1936-1938)] (dalam bahasa Belanda). Batavia, Indonesia: Nederlandsch-Indische Vereeniging tot Natuurbescherming. 1939. hlm. 334–411.