Orang SaksonBangsa Sachsen atau Saxon (bahasa Latin: Saxones, bahasa Inggris Kuno: Seaxe, bahasa Saxon Lama: Sahson, bahasa Sachsen Hilir: Sachsen) adalah konfederasi suku-suku Jermanik di dataran Jerman utara, beberapa di antaranya bermigrasi ke Britania Raya pada Abad Pertengahan dan menjadi bagian dari kelompok gabungan Anglia-Saxon yang di kemudian hari mempelopori berdirinya Kerajaan Inggris bersatu yang pertama.[1] Bangsa Saxon merupakan suku bangsa Ingaevones, yang diketahui pertama kali menempati wilayah di Albingia Utara, sebuah wilayah yang kini menjadi Holstein modern. Area ini tumpang-tindih dengan wilayah suku Anglia, suatu suku yang berkaitan erat dengan bangsa Saxon. Bangsa Saxon turut serta dalam pemukiman Jermanik di Britania selama dan setelah abad ke-5 M. Tak diketahui berapa banyak yang bermigrasi dari Eropa daratan ke Britania, meskipun perkiraaan jumlah total para pemukim Anglia-Saxon adalah sekitar dua ratus ribu orang.[2] Selama Abad Pertengahan, karena rute perdagangan Hansa dan migrasi kontingen, bangsa Saxon bercampur dengan dan memberi pengaruh kuat terhadap bahasa dan kebudayaan bangsa Jermanik Utara, bangsa Baltik, dan bangsa Fin, serta terhadap bangsa Slav Polab dan bangsa Slav Barat Pomerania. SejarahSejarah awalGeographia karya Ptolemaios, yang ditulis pada abad ke-2 M, terkadang dianggap memiliki penyebutan pertama mengenai bangsa Saxon. Beberapa salinan naskah ini menyebutkan suatu suku yang disebut Saxones di wilayah sebelah utara Sungai Elbe hilir, dan diduga berasal dari kata sax atau pisau batu.[3] Akan tetapi, salinan lainnya menyebut suku yang sama sebagai Axones, dan amat dianggap sebagai kesalahan penyebutan untuk suatu suku yang oleh Tacitus dalam karyanya, Germania, disebut Aviones. Adalah mungkin bahwa "Saxones" merupakan upaya oleh para juru tulis dari masa selanjutnya untuk mengoreksi nama yang pada awalnya tak bermakna bagi mereka.[4] Penyebutan tertua mengenai bangsa Saxon dalam nama modernnya, dan yang tak diperdebatkan, berasal dari tahun 365 M, ketika Julianus, kelak menjadi Kaisar Romawi, menyebutkan bangsa Saxon sebagai sekutu Magnentius, seorang kaisar saingan di Galia. Semua catatan mengena bangsa Saxon pada abad ke-4 dan awal abad ke-5 M merujuk kepada para bajak laut dan pemimpin perang di Galia dan Britania, alih-alih kepada suku atau penghuni tertentu di suatu area yang spesifik. Untuk bertahan melawan para penyerbu Saxon, Romawi merancang sebuah distrik militer yang disebut Litus Saxonicum ("Pesisir Saxon") di kedua sisi Selat Inggris. Pada tahun 441–442 M, bangsa Saxon disebutkan untuk pertama kalinya sebagai penghuni Britania, ketika seorang sejarawan Galia tak dikenal menulis: "Britania dikuasai oleh bangsa Saxon." Bangsa Saxon sebagai penghuni Jerman Utara modern pertama kali disebutkan pada tahun 555 M, ketika Theudebald, raja Franka, meninggal dan orang Saxon memanfaatkan kesempatan ini untuk memberontak. Pemberontakan ini ditekan oleh Chlothar I, penerus Theudebald. Beberapa penerus Franka mereka bertempur melawan Saxon, dan yang lainnya bersekutu dengan Saxon. Pada akhirnya Chlothar II memperoleh kemenangan telak atas bangsa Saxon. Sementara itu, Suku Thuringi sering kali muncul sebagai sekutu bangsa Saxon. Nama Saxon sendiri kemungkinan berasal dari kata seax, sejenis pisau.[5] Seax memiliki pengaruh yang simbolis dan panjang di county Essex dan Middlesex di Inggris, dan keduanya menampilkan tiga seax dalam emblem seremonialnya. Saxon di BritaniaBangsa Saxon, bersama dengan suku Anglia, suku Frisia dan suku Jute, menyerbu dan bermigrasi ke pulau Britania Raya (Britannia) sekitar masa runtuhnya otoritas Romawi di barat. Para penyerbu Saxon sendiri telah mengganggu pesisir timur dan selatan Britania selama berabad-abad sebelumnya, sehingga dibangun rangkaian benteng pesisir yang disebut Litora Saxonica atau Pesisir Saxon oleh Romawi, dan banyak pula orang Saxon serta suku-suku lainnya yang telah diizinkan tinggal di wilayah tersebut sebagai petani lama sebelum berakhirnya kekuasaan Romawi di Britannia. Menurut tradisi, bangsa Saxon (beserta suku-suku lainnya) pertama kali memasuki Britania secara bersama-sama sebagai bagian dari kesepakatan untuk melindungi suku Briton dari gangguan suku Pikt, suku Gael, dan sejumlah suku lainnya. Kisah ini dilaporkan dalam sumber-sumber seperti Historia Brittonum dan Gildas, yang mengindikasikan bahwa raja Britania Vortigern memperbolehkan para pemimpin perang Jermanik, kelak disebutkan dengan nama Hengist dan Horsa oleh Bede, untuk menempatkan rakyatnya di Pulau Thanet sebagai imbalan atas bantuan mereka sebagai tentara bayaran. Hengist, menurut Bede, memanipulasi Vortigern supaya memberinya lebih banyak lahan dan memperbolehkan lebih banyak pendatang, mempermudah berdirinya pemukiman Jermanik di Britania. Para sejarawan berbeda pendapat mengenai apa yang terjadi selanjutnya. Beberapa berpendapat bahwa pengambilalihan Brtitania Raya Utara oleh bangsa Anglia-Saxon berlangsung dengan damai. Akan tetapi, hanya ada satu catatan yang diketahui berasal dari orang asli Britania yang hidup pada masa itu pada pertengahan abad ke-5 M, yang disebut Gildas, dan deskripsinya menggambarkan adanya perebutan kekuasaan secara paksa Gildas juga menggambarkan bagaimana bangsa Saxon membantai orang-orang pada Pertempuran Mons Badonicus empat puluh tahun sebelum ia menulis catatannya, dan Britania kembali ke masa kekuasaan Romawi-Britania. Sejarawan Inggris abad k-8 M, Bede, tidak sepakat dengan Gildas, dan menyatakan bahwa invasi Saxon berlanjut setelah Pertempuran Mons Badonicus, termasuk juga ekspedisi suku Jute dan suku Anglia, yang menyebabkan penguasaan secara cepat atas Britania Tenggara, serta berdirinya kerajaan-kerajaan Anglia-Saxon. Invasi Saxon mengakibatkan munculnya empat kelompok bangsa Saxon, yaitu:
Selama periode pemerintahan dari masa Egbert hingga Alfred Agung, para raja Wessex bangkit sebagai Bretwalda, menyatukan seluruh negeri dan pada akhirnya membentuknya menjadi Kerajaan Inggris yang bersatu menjelang invasi bangsa Viking. Catatan kaki
Rujukan
Pranala luar |