Nollywood adalah istilah yang merujuk pada industri film Nigeria. Kamus Oxford mendefinisikannya sebagai nama untuk industri film populer Nigeria yang berbasis di Lagos.[8]
Nollywood merupakan industri film dengan jumlah terbanyak kedua di dunia di bawah Bollywood namun ada di atas Hollywood. Pada rentang waktu 1997 hingga 2000 tercatat telah ada 1080 buah film nollywood yang telah dirilis.[9][10][11] Tema yang diangkat pada film nollywood beragam. Akan tetapi, kebanyakan filmnya bercerita tentang bagaimana cara mengatasi kejahatan, masalah moral, konflik agama dan bahkan cerita tentang pria kaya yang jatuh cinta pada gadis yang miskin.[12] Bahasa yang digunakan pada film nollywood bervariasi, berasal dari bahasa lokal di Nigeria, di antaranya adalah Bahasa Pidgin, Bahasa Igbo, Bahasa Yoruba dan bahkan Bahasa Hausa.[13]
Etimologi
Terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai kapan istilah "Nollywood" pertama kali muncul. Jonathan Haynes meyakini bahwa istilah tersebut telah ada sejak Matt Steinglass, non-Nigeria menyebut "Nollywood" dalam artikelnya di New York Times pada 2002.[13]
Berbeda dengan Haynes, Charles Igwe, CEO of Nollywood Global Media Group justru beranggapan bahwa istilah Nollywood berawal dari artikel yang ditulis oleh seorang jurnalis bernama Norimitsu Onishi pada koran dan tahun yang sama. Istilah itu berasal dari frase "Nothing wood" yang berarti "menciptakan sesuatu dari ketiadaan". Istilah itu diciptakan karena tatkala Onishi tengah meneliti kegiatan pembuatan film di Lagos, Nigeria, ia menemukan fakta bahwa peralatan dan perlengkapan yang digunakan guna membuat film bersifat apa adanya dan kurang memadai.[14]
Ilustrasi
Sejarah
Lahirnya nollywood tak terlepas dari budaya bercerita yang dilakukan di Afrika, terutama Nigeria. Di Afrika Barat, termasuk Nigeria ada tradisi griot. Griot sendiri merupakan kelompok musisi atau para penghibur dari Afrika Barat yang menampilkan pertunjukan yang berkaitan dengan sejarah dan gen, suku atau etnis tertentu di sana.[15] Griot juga diartikan sebagai pencerita atau storyteller. Griot biasanya menurun. Dengan kata lain, jika seorang ayah atau ibu adalah seorang griot, maka biasanya sang anak akan mengikuti latar belakang orang tuanya.Dalam tradisi ini, orang tua akan mengumpulkan anak-anaknya kemudian ia akan bercerita tentang apapun.[12]
Sejak zaman penjajahan, bioskop-bioskop telah berdiri di kota-kota besar di Nigeria. Namun saat itu industri film Nigeria belum dikelola dan dimainkan oleh orang Nigeria sendiri, melainkan oleh orang asing. Keterlibatan aktor Nigeria dalam dunia seni peran baru dimulai dalam film Palaver yang rilis pada 1926. Film yang diproduseri oleh Geoffrey Barkas itu menjadi film Nigeria pertama yang menampilkan aktor asli Nigeria. Film tersebut bercerita tentang konflik antara petugas distrik Britania dan penambang timah.[16]
Nigeria baru dapat memproduksi dan merilis film sendiri 10 tahun setelah mereka merdeka, tepatnya sekitar tahun 1970an. Film Nigeria pertama yang telah rilis adalah film dengan judul "Kongi's Harvest." Walau sutradara film Palaver adalah seorang warga negara Amerika bernama Ossie Davies, produser film tersebut adalah orang asli Nigeria, Ola Bolagun. Ola Bolagun sendiri tercatat merupakan satu-satunya pembuat film Nigeria bereputasi internasional kala itu. Di waktu bersamaan, berbagai budaya asing seperti Amerika, India, Jepang dan Tiongkok masuk ke Nigeria. Untuk menghadapi arus budaya asing, pemerintah Nigeria melalui kepala pemerintahan Yakubu Gowon kemudian mengeluarkan Keputusan Indigenisasi pada 1972. Dalam keputusan itu pemerintah memberikan aturan berupa mengalihkan kepemilikan 300 bioskop yang dikelola oleh orang asing kepada orang Nigeria serta melibatkan lebih banyak orang Nigeria dalam pembuatan film.[17][18]
Perkembangan film di Nigeria mengalami pasang surut. Pada 1973 dan 1978 terjadi ledakan minyak. Hal itu berpengaruh pada perkembangan budaya film di sana. Banyak pengusaha asing terutama dari Lebanon dan India melakukan investasi pada industri film Nigeria. Produser Lebanon bahkan telah membuat film berjudul "Son of Africa". Sekitar tahun 1980-an, Nigeria mengalami kemerosotan ekonomi dan gejolak politik. Akibatnya, banyak film yang menggambarkan kondisi Nigeria saat itu. Setelah sempat mengalami 'mati suri' pada era yang sama, industri film Nigeria akhirnya bangkit kembali pada era 1990-an. Saluran Silver Bird TV menjadi salah satu yang teraktif dalam menayangkan film-film Nigeria. Inilah cikal bakal dari gelombang nollywood di Nigeria[17]
Tahun 1992 saat sebuah film berjudul Living in Bondage rilis ditandai sebagai awal gelombang nollywood. Kemunculan 'Living in Bondage' sendiri tak terlepas dari pengalaman Kenneth Nnebue, seorang pedagang asal Onitsha yang memiliki kumpulan kaset video kosong dari Taiwan. Ia kemudian memanfaatkan kaset yang ia milki dengan mengisinya dengan rekaman-rekaman video. Dari situlah lahir 'Living in Bondage' yang bercerita tentang seorang petani yang mendapatkan kekuatan dan kekayaan dengan cara membunuh sang istri lewat suatu ritual.[19]
Usai membuat Living in Bondage, Nnebue lantas menjual kaset-kasetnya. Ternyata usaha Nnebue membuahkan hasil. Kasetnya laku terjual hingga lebih dari setengah juta. Hal itu membuat industri film Nigeria menjadi bergairah dan menginspirasi negara-negara tetangga Nigeria, seperti Kenya, Uganda, Zambia dan Afrika Selatan untuk melakukan produksi film dengan rekaman video padahal saat itu publik Afrika sedang demam drama Amerika Latin.[19][20][21]
Pada 2012 Nigeria merayakan 20 tahun gelombang nollywood yang ditandai dengan perilisan 'Living in Bondage' yang didukung oleh Asosiasi Produser Film Nigeria. Akan tetapi perayaan itu menimbulkan kontroversi karena sebagian besar orang meyakini bahwa usia gelombang nollywood lebih tua daripada itu.[22]
Sub-Industri
Film nollywood memiliki sub-industri. Sub-industri pertama adalah Nigeria. Pada sub-industri ini ada berbagai bahasa yang digunakan. Salah satunya adalah Bahasa Yoruba yang berasal dari daerah Barat Nigeria. Beberapa contoh film di antaranya adalah Kongi's Harvest (1971), Bull Frog in The Sun (1974), Bisi, Daughter of The River (1977), Jaiyesimi (1980) dan Cry Freedom (1981). Ada pula film Ajani Ogun yang rilis pada 1976 dan Mosebolatan yang riilis pada 1985 yang tercatat sebagai dua film berbahasa Yoruba terlaris di Nigeria. Selain Bahasa Yoruba, Nollywood juga menggunakan Bahasa Hausa yang dikenal dengan istilah Kannywood. Kannywood sendiri diambil dari salah satu nama tempat di Nigeria yakni Kano. 30 persen film Nigeria merupakan kannywood. Kannywood bahkan memiliki saluran TV sendiri berjudul 'Africa Magic Hausa'.[23][24]
Sub-industri lainnya dikenal dengan nama Nollywood USA. Nollywood USA adalah istilah yang merujuk pada film yang dibuat oleh diaspora Nigeria. Kendati penamaannya adalah Nollywood USA, istilah ini juga mengacu film nollywood yang dibuat di negara-negara non-Afrika dan di luar Amerika. Para sineas film yang terlibat di dalamnya tidak hanya berasal dari diaspora Nigeria saja, namun diaspora dari negara lain seperti Ghana dan bahkan warga Amerika itu sendiri. Industri film nollywood USA dibangun dengan tujuan agar industri film Afrika dapat diakui oleh dunia. Salah satu contoh film pada sub-industri ini berjudul Stolen yang disutradarai oleh Robert Peters pada 2012.[12][25]
Dampak Ekonomi
Nollywood memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat Nigeria. Melalui nollywood, banyak warga Nigeria yang mendapatkan pekerjaan. Setidaknya ada 1 juta orang yang bekerja pada industri film ini, baik dari perlengkapan film, alat peraga, sampai tata rias. Dampak ekonomi lainnya adalah Nollywood mampu menghasilkan uang senilai 200 hingga 300 juta dolar per tahun. Kemudian dengan total produksi sebanyak 1.844 film selama 2013 yang bernilai 3,3 miliar dolar, nollywood memberikan kontribusi pada 1,4 persen total Pendapatan Domestik Bruto (GNP) Nigeria.[26]
Keuntungan ekonomi lainnya juga didapatkan dari kegiatan ekspor film-film nollywood ke negara lain. Melalui satelit Britania BSKyB dan jaringan Odeon, orang luar mau mengeluarkan sejumlah uang untuk menonton film dari rumah.[27]
Masalah
Seperti industri film Indonesia, nollywood juga mengalami masalah klasik: pembajakan film. Berdasarkan Biro Statistik Nasional Nigeria, tak kurang dari 1 persen valuasi nollywood sebesar 3 triliun dolar diperoleh dari penjualan tiket dan royalti. Akan tetapi pembajakan kaset turut andil dalam valuasi tersebut dengan menghasilkan pendapatan sebesar 2 dollar per kaset di pasaran. Akibatnya, dari total pendapatan tahunan, para produser menduga kerugian yang mereka alami mencapai 70%.[26][28]
Masalah lain yang timbul adalah nollywood belum memiliki jaringan distribusi resmi. Hanya ada dua distributor di sana. Nollywood juga belum memayungi para sineas film dengan perlindungan hak cipta saat DVD film nollywood diedarkan di pasaran serta kualitas produksi nollywood pada setiap judul belum stabil. Polemik terjadi ketika para distributor membutuhkan banyak salinan film namun para produser film tidak bisa memenuhi permintaan tersebut. Akibatnya orang-orang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kondisi tersebut dengan membajak DVD film nollywood kemudian menjualnya ke pasaran dengan harga yang lebih murah.[19][28]
Film Terlaris
The Wedding Party menjadi film terlaris pertama sepanjang sejarah nollywood. Film besutan Kemi Adetiba pada 2016 ini berhasil memperoleh pendapatan sebesar 450 juta naira atau setara dengan 1.3 juta dolar Amerika. Di hollywood jumlah ini terbilang kecil. Akan tetapi untuk ukuran nollywood jumlah ini berhasil mencatatkan sejarah dalam perfilman Nigeria. Film terlaris kedua ditempati oleh film berjudul A Trip to Jamaica yang rilis pada 2016. Karya sutradara Robert Peters ini mampu memperoleh pendapatan senilai 179 juta naira. Di posisi ketiga karya Robert Peters kembali menempati deretan film terlaris. 30 Days in Atlanta yang tayang pada 2014 mampu meraup pendapatan sebesar 137 juta naira.[29]
Di posisi keempat ada Fifty yang disutradari oleh Biyi Bandele dan rilis pada 2015. Fifty mampu meraup pendapatan sebesar 94 juta naira. Di bawah fifty ada 76 yang berhasil mendapatkan pendapatan sebesar 72 juta naira dan Wives on Strike dengan penghasilan sebesar 71 juta naira. Lalu dari posisi enam hingga sepuluh, posisi film nollywood yang berhasil menjadi box office ditempati oleh Half of a Yellow Sun, October One, The CEO dan Ije dengan masing-masing pendapatan sebesar 60 juta naira.Walau telah ada 10 judul film yang tercatat sebagai top 10 box office nollywood, daftar film nollywood terlaris sepanjang masa dapat berubah seiring berjalannya waktu.[29]
^ ab"History of Nollywood | Nificon". 2013-09-06. Archived from the original on 2013-09-06. Diakses tanggal 2017-11-17.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkankategori. Tag ini diberikan pada Februari 2023.