Nino Nakano
Nino Nakano (Jepang: Di antara kembar lima, dia adalah orang yang paling membenci Fūtarō dan sering memberontak melawannya pada awal seri. Seiring cerita berlangsung, rasa bencinya perlahan mulai memudar setelah terjadinya beberapa peristiwa yang mengubah sifatnya terhadap para saudarinya, dan juga kepada Fūtarō—yang berkembang menjadi rasa suka. Meski pada awalnya dia menolak menerima perasaannya yang baru,[ch. 50, 54] Nino kemudian menjadi orang pertama yang mengakui perasaannya kepada Fūtarō.[ch. 59, 60] Penciptaan dan konsepsiNino adalah gadis yang tampak dingin dengan rambut lurus panjang. Ia memiliki rambut merah muda kemerahan, dan rambutnya digambarkan dengan warna yang berbeda-beda—mulai dari merah muda hingga telemagenta,[vol. 1] dan merah muda antik hingga campuran merah dan ungu pada volume 4.[ch. 33] Aksesorisnya yang terkenal adalah sepasang pita berbentuk kupu-kupu di kedua sisi kepalanya.[ch. 1] Sama seperti para saudari kembarnya, dia memiliki mata biru gelap, tinggi badan yang rata-rata, dan tubuh yang proporsional. Nino mengenakan sweater lengan panjang yang menutupi seragamnya. Ia menggunakan lensa kontak karena penglihatannya yang buruk.[ch. 5] Serupa dengan Ichika, dia juga menggunakan tas tangan.[ch. 1] Nino tidak menggunakan anting, tetapi ia berencana untuk menggunakannya, setidaknya sebelum menikah.[ch. 14] Yotsuba menyebut Nino sebagai "kupu-kupu sosial" dan memiliki banyak teman.[ch. 2] Nino berlidah tajam dan kerap berbicara terus terang ketika berhadapan dengan orang lain, bahkan jika orang tersebut adalah saudari kembarnya.[ch. 5] Ia memiliki kepribadian yang suka bergaul dan sadar secara sosial, sehingga ia memiliki banyak teman. Sikapnya yang suka memberontak membuatnya menjadi gadis yang paling tidak kooperatif di antara kembar lima. Nino memiliki sifat yang agresif, yang terlihat seperti pada saat dirinya langsung menghadapi Fūtarō tanpa ragu-ragu.[ch. 1] Meskipun kelihatan dingin dan kasar, Nino sebenarnya adalah saudari yang perhatian dan protektif.[ch. 6][ch. 30] Hal ini juga terbukti dari kesediaannya untuk bertindak sebagai koki di keluarganya, dan bahkan mengabaikan perawatan tubuhnya sendiri (memasak dapat menimbulkan bau kurang sedap, kuku yang rusak, dan lainnya). Ia juga membawa plester luka ke mana pun dan kapan pun dirinya pergi, mungkin sebagai tindakan pencegahan terhadap tingkah laku Yotsuba yang selalu aktif.[ch. 26] Terlepas dari perilaku keibuannya, Nino kadang-kadang bisa jadi sosok yang pelupa dan takut pada jarum.[ch. 8][ch. 33] Negi Haruba menganggap Nino—bersama dengan Miku—sebagai karakter yang cukup sulit untuk digambar dan bisa memakan waktu lama, sambil menyebutkan bahwa salah satu faktornya adalah aksesoris yang digunakan atau rambut mereka yang panjang.[1] Pengisi suaraPada versi bahasa Jepang, suara Nino diisi oleh Ayana Taketatsu.[2] Taketatsu menyebut bahwa ketika dia membaca manga-nya, dia sudah tahu pasti bahwa dirinya akan memerankan dan mengisi suara Nino. Dalam audisinya, Taketatsu juga sempat mencoba memerankan karakter lainnya, tetapi ketika diputuskan bahwa ialah yang akan mengisi suara Nino, dia merasa sangat senang.[3] Taketatsu menyatakan bahwa dia menyukai kelakuan Nino yang terkadang bersifat tsundere, serta menyukai karakternya yang dianggap peduli pada keluarganya. Ia menambahkan bahwa dirinya menyukai proses perubahan perasaan Nino secara bertahap.[4] Dalam versi sulih suara bahasa Inggris, suaranya diisi oleh Jill Harris.[5] PenampilanSaat pertama kali bertemu dengan Fūtarō, Nino memandangnya sebagai "pria yang tampak bodoh". Ia mengatakan bahwa alasannya membenci Fūtarō, adalah karena dia berpikir bahwa apartemen mereka hanya ada untuk mereka berlima.[ch. 5] Saat dia terlibat "insiden" kecil dengan Fūtarō, Nino mencoba menjebaknya dengan memberitahukan hal tersebut kepada saudari-saudarinya, meski hasilnya tidak sesuai dengan keinginannya. Fūtarō kemudian menemukan Nino sedang menyendiri di depan apartemen, dan—setelah berbicara dengannya—menyimpulkan bahwa Nino sebenarnya sangat protektif dan peduli dengan saudari-saudarinya. Meski demikian, Nino memutuskan bahwa dia tidak akan pernah menerima Fūtarō dalam kehidupannya.[ch. 6] Karena suatu peristiwa, buku pegangan siswa milik Fūtarō berada di tangan Nino, dan Nino baru akan mengembalikannya apabila Fūtarō mau membantunya memasang anting-anting. Sebelum Fūtarō selesai, Nino menendang kakinya dan membuat buku pegangan siswa Fūtarō jatuh dan menampilkan foto Fūtarō berambut pirang. Nino mengatakan bahwa anak pirang tersebut adalah tipe cowok idealnya. Fūtarō tidak memberitahukan bahwa anak berambut pirang itu adalah dirinya sendiri, dan berpura-pura menganggap anak itu adalah kerabatnya.[ch. 14] Menjelang ujian tengah semester, Nino bersama Itsuki masih belum mau bergabung untuk belajar bersama Fūtarō dan yang lain.[ch. 15] Nino (yang berpura-pura menjadi Itsuki) senang setelah mengetahui bahwa Fūtarō akan dipecat ayahnya apabila ada salah satu dari kembar lima yang gagal lulus ujian.[ch. 16] Namun, ketika kembar lima terbukti gagal dalam ujian, Nino justru "melindungi" Fūtarō dengan berkata kepada ayahnya bahwa mereka berhasil lulus ujian—meskipun secara teknis mereka hanya lulus pada satu mata pelajaran yang berbeda—dan membuat Fūtarō tidak jadi dipecat.[ch. 20] Pada kegiatan perkemahan sekolah, Nino dipasangkan dengan Itsuki untuk acara uji nyali.[ch. 25] Di tengah hutan, Fūtarō dan Yotsuba yang berperan sebagai setan menakuti mereka, dan keduanya pun berpencar. Nino yang mulai kebingungan dan khawatir, secara tidak sengaja bertemu dengan Fūtarō yang menyamar menggunakan rambut pirang. Ini membuat Nino merasa senang, mengira bahwa orang itu adalah anak yang ada di buku Fūtarō.[ch. 26] Ketika Nino menanyakan namanya, Fūtarō menjawab asal dengan mengatakan bahwa namanya adalah Kintarō. Ketika mereka berdua mencoba keluar dari hutan, Nino secara tak sengaja hampir jatuh ke dalam jurang dan ini memaksa Fūtarō untuk menolongnya. Tindakan ini membuat Nino terkesan dan meminta "Kintarō" untuk berdansa bersamanya pada acara api unggun,[ch. 26] meskipun ajakan ini tidak berhasil.[ch. 31] Kepribadiannya yang bertolak belakang dengan Miku, membuat mereka berdua sering terlibat pertengkaran kecil. Perselisihan keduanya memuncak ketika Nino kembali menolak untuk belajar bersama dengan Fūtarō dan para saudarinya.[ch. 39] Miku memintanya untuk berhenti bersikap seperti itu, tetapi Nino justru merobek kertas uji coba ujian yang telah disiapkan Fūtarō. Sebelum Miku melakukan sesuatu, Itsuki menampar Nino dan memintanya minta maaf kepada Fūtarō.[ch. 39] Nino, yang menyimpulkan bahwa para saudarinya lebih peduli dengan Fūtarō daripada dirinya, kabur dari apartemen mereka.[ch. 40] Keesokan harinya, Miku dan Fūtarō menemukan Nino yang untuk sementara tinggal di hotel.[ch. 40] Meski pada awalnya dia menolak kehadiran mereka, usaha terus-menerus dari Fūtarō agar dapat berbicara baik-baik dengan Nino membuahkan hasil.[ch. 42] Setelah Fūtarō memahami perasaan Nino, dia menyamar sebagai Kintarō dan berencana untuk memberitahukan identitas aslinya.[ch. 43] Namun, Nino menarik lengan pakaiannya dan menyadari bahwa mereka berdua adalah orang yang sama, sambil menyaksikan obat tidur buatannya yang mulai bereaksi kepada Fūtarō dan keluar dari hotel.[ch. 44] Miku mengunjungi Nino di hotel barunya,[ch. 45] dan setelah berbincang-bincang tentang kejadian belakangan, Nino memutuskan untuk memotong rambutnya sebagai bukti melepaskan masa lalunya untuk menjadi seseorang yang baru.[ch. 46] Ia membantu Yotsuba yang "dipaksa" bergabung dengan klub trek dan lapangan di sekolah mereka dengan cara menyamar menjadi dirinya, sebelum kemudian berbaikan dengan Itsuki.[ch. 47] Setelah kejadian tersebut, Nino dan Itsuki pulang ke apartemen bersama-sama dan kembali belajar bersama dengan Fūtarō menjelang ujian akhir kenaikan kelas.[ch. 48] Setelah mengetahui bahwa Fūtarō mengundurkan diri sebagai tutor mereka, Nino dan para saudarinya mengunjungi restoran tempat Fūtarō bekerja pada Malam Natal demi memintanya untuk kembali menjadi tutor.[ch. 49] Nino kemudian mengakui, bahwa meskipun tindakan "egois" Fūtarō kadang-kadang membuatnya kesal, tindakan tersebut mau tidak mau memaksanya untuk terus belajar. Ketika Fūtarō secara tidak sengaja jatuh ke sungai, kembar lima ikut terjun untuk menolong, meskipun Nino sendiri hampir tenggelam sebelum ditolong oleh Fūtarō.[ch. 50] Pengalaman ini terulang lagi ketika mereka belanja di swalayan, ketika tubuh Nino oleng dan ditahan oleh Fūtarō agar tidak jatuh. Insiden kecil ini membuat Nino merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya, tetapi dia tidak menerima perasaan tersebut dan menganggap bahwa dirinya masih belum bisa melupakan Kintarō.[ch. 54] Saat sedang mengikuti ujian akhir, Nino berusaha keras untuk menolak perasaannya kepada Fūtarō. Ia kemudian berhasil lulus ujian dan menemui ayah angkatnya—Maruo Nakano, untuk memberitahu bahwa mereka berlima bertekad untuk hidup mandiri.[ch. 59] Maruo menolak gagasan tersebut dan meminta mereka kembali ke apartemen. Fūtarō kemudian tiba untuk menjemput Nino dalam rangka merayakan keberhasilan mereka berlima dalam ujian. Dalam perjalanan kembali ke restoran tempat kerja Fūtarō, Nino menyadari perasaannya yang sebenarnya, dan mengakui perasaan cintanya kepada Fūtarō.[ch. 59] PenerimaanTanggapan kritikusPaul Jensen dari Anime News Network menilai kebiasaan Nino yang terkadang tidak berbahaya dan kadang-kadang bertabiat buruk tetap "menghibur seperti biasa".[6] Dalam ulasannya untuk episode 9, Jensen menyebut tindakan Nino yang mengacungkan jari tengah kepada Fūtarō sebagai "momen terbaik" untuk episode tersebut, dan menilai bahwa tindakan tersebut memang sesuai dengan karakternya.[7] PopularitasDalam sebuah pemungutan suara dalam majalah Weekly Shonen Magazine edisi ke-47 yang diterbitkan pada tanggal 24 Oktober 2018, Nino menduduki peringkat kelima dengan 1003 suara.[8] Referensi
|