Ngombak, Kedungjati, Grobogan
Ngombak adalah desa di kecamatan Kedungjati, Grobogan, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini memiliki koordinat geografis 07°11’33” LS - 110°37’35” BT. Ngombak terdiri dari sembilan dusun, yaitu Kaliratan, Kedoan, Kalikriyo, Kedunggandri, Kalikonang, Methuk, Karanggeneng, Cokohan, dan Guyangan. Untuk pengelolaan lingkungan, terdapat 26 RT dan 9 RW. PendidikanDalam hal pendidikan, Desa Ngombak[1] dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Terdapat satu PAUD, satu TK, dua SD, satu Madin, dan satu PKBM yang menyediakan program kesetaraan, life skill, dan keaksaraan. Dengan fasilitas yang ada, masyarakat desa berusaha memberikan akses pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka. Sejarah dan Legenda Desa NgombakKisah Mbok Rondo DadapanAlkisah, ada seorang janda bernama Mbok Rondo Dadapan yang tinggal bersama dua anaknya, Kedono dan Kedini. Suatu hari, saat pulang dari bermain, Kedono dan Kedini berteriak minta makan kepada ibunya. Sayangnya, nasi yang dimasak belum matang. Dalam keadaan marah, Mbok Rondo Dadapan tanpa sadar memukul Kedono dengan centong nasi, yang menyebabkan kepala Kedono berdarah. Pelarian Kedono dan KediniKetakutan setelah kejadian itu, Kedono dan Kedini lari meninggalkan rumah tanpa arah. Mereka akhirnya berpisah di suatu tempat, dengan Kedono berjalan ke arah Timur dan Kedini ke arah Barat. Kedono kemudian menyusuri hutan belantara yang kini dikenal sebagai Desa Karanglangu, sementara Kedini menjelajahi wilayah yang sekarang merupakan Desa Ngombak. Penamaan DusunSambil berjalan, Kedono mulai menamai tempat-tempat yang dilewatinya, dan nama-nama tersebut kini digunakan sebagai nama dusun di Desa Karanglangu. Di sisi lain, Kedini juga menamai tempat-tempat yang ia lewati, yang sekarang menjadi nama dusun di Desa Ngombak. Saat tiba di wilayah perbukitan yang bentuknya naik turun seperti ombak, Kedini memberi nama tempat tersebut dengan sebutan Kampung Ngombak. Tradisi PerayaanLegenda tentang asal usul Desa Ngombak dan Desa Karanglangu masih diperingati oleh masyarakat setempat setiap dua tahun sekali. Acara tersebut dikenal dengan nama ‘Asrah Batin’. Perayaan ini menjadi momen penting bagi masyarakat untuk mengenang sejarah dan memperkuat ikatan sosial antarwarga desa.
|