Di Jerman Nazi, sebuah upaya dibuat untuk merayakan Natal yang sejalan dengan ideologi Nazi. Yesus yang berasal dari bangsa Yahudi dan perayaan kelahirannya sebagai Mesias Yahudi berlawanan dengan kepercayaan rasial Nazi. Antara 1933 dan 1945, para pejabat pemerintahan berupaya untuk menghapus aspek-aspek Natal dari perayaan sipil dan lebih berkonsentrasi pada aspek-aspek perayaan pra-Kristen. Lagu-lagu dan dekorasi disekularisasikan. Namun perayaan-perayaan di gereja dan perayaan-perayaan pribadi tetap berunsur Kristen secara alami.
Latar belakang
Agama Kristen telah lama menjadi kepercayaan utama bangsa Jerman, terhitung dari karya misionaris Columbanus dan St. Bonifasius pada abad ke-6 sampai abad ke-8.[1]
Natal dibawah Kediktatoran Nazi
Ideolog-ideolog Nazi mengklaim bahwa unsur-unsur Kristen pada hari perayaan tersebut memiliki banyak pengaruh dari tradisi-tradisi Jerman kuno.[2] Mereka berpendapat bahwa Malam natal aslinya tidak ada hubungannya dengan kelahiran Yesus Kristus, namun sebenarnya merupakan perayaan titik balik musim dingin dan 'kelahiran kembali matahari',[2] bahwa swastika adalah simbol kuno dari matahari, dan bahwa Sinterklas adalah sebuah reinvensi Kristen dari dewa Jerman Odin. Karena itu, poster-poster hari perayaan tersebut dibuat untuk menggambarkan Odin sebagai "Natal atau pria titik balik musim dingin"