Muyub Ulu adalah salah satu Desa di kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat, provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Terletak di Pesisir Hulu Sungai Mahakam berbatasan langsung dengan Desa Gabung Baru di bagian hilir (selatan), Desa Tukul di hulu (barat) dan diutaranya dengan desa Muyub Aket.
AGAMA
Masyarakat Desa Muyub Ulu mayoritas beragama Islam namun mereka sudah menjalin dan menjaga toleransi antar umat beragama sejak ratusan tahun lalu dengan bukti Desa-desa tetangga seperti Desa Tukul dan Desa Muyub Aket mereka mayoritas beragama Nasrani.
EKONOMI
Sebagian besar masyarakat Desa Muyub Ulu masih mengandalkan sektor perikanan sebagai mata pencaharian utama yaitu menjadi nelayan sepanjang sungai Mahakam dan Sungai Muyub selain dari pada itu yaitu disektor pertanian/perkebunan diantaranya perkebunan karet, Padi gunung dan tanaman sayur lainnya dan disektor peternakan sapi.
SEJARAH
ASAL USUL
Sejarah desa Muyub Ulu tidak terlepas dari sejarah masyarakat Bugis dan Banjar di Kabupaten Kutai Barat. Desa ini awalnya sudah bernama Muyub Ulu dengan kepala desa pertama yang bernama Lamayo (1945-1961) adalah kepala desa yang kharismatik dengan Budaya Muslim.
Desa Muyub Ulu berdiri sejak zaman Belanda. Orang pertama yang datang ke desa ini adalah Lahemma Rumpik dari Bugis dan isterinya yang bernama Iniccik dari Banjar. Mereka menikah dan dikaruniai 9 (Sembilan) orang anak/keturunan sebagai berikut :
Lamallutak
Lamaliga
Latekka
Lahiyak
Lamalyo
Lahemmak
Idi Iduk
I Sondong
I lawek
Kemudian Kesembilan anak dari Lahemma Rumpik ini menikah dengan masyarakat lokal setempat sehingga berkembang menjadi sebuah perkampungan dan menjadi sebuah Desa. Nama Muyub Ulu sendiri berasal dari muara sungai Muyub dan karena kampungnya paling ujung sehingga dinamakn oleh para pemimpin kampung terdahulu dengan sebutan “MUYUB ULU”.
MITOLOGI
Jauh sebelum Belanda datang ke bumi Kalimantan Timur di abad ke 15 M masa Raja Aji Mahkota Mulia Alam dari kerajaan Kutai Kartanegara ing Martadipura dan sesuai janji beliau kepada Syekh Maulana Yusuf bergelar Tuanku Tunggang Parangan untuk melaksanakan dakwah syiar Islam di seluruh wilayah kerajaan Kutai. Maka dibentuklah ekspedisi Dakwah Syiar Islam ke pedalaman hulu sungai Mahakam, rombongan tersebut terdiri dari murid-murid Syekh Maulana Yusuf baik laki-laki dan perempuan dan ada pula diantara mereka anak-anak dari Syekh Maulana Yusuf yang turut serta.
Mereka menaiki kapal besar yang konon ditarik oleh ratusan kerbau untuk bisa berlayar menyusuri pedalaman sungai Mahakam. setiap kampung yang disinggahi maka tinggallah beberapa putra dan putri untuk menetap di setiap kampung dalam melanjutkan dakwah Islam. setelah berbulan-bulan menyusuri hulu sungai mahakam dan singgah dari satu kampung ke kampung lainnya maka rombongan tersebut sampailah pada sebuah muara anak sungai dengan daratan yang berbukit-bukit, dikarenakan sisa rombongan tersebut sudah cukup kelelahan begitupula perbekalan sudah mulai menipis maka Maulana Ahmadin sebagai ketua rombongan memutuskan untuk tinggal sementara dikawasan perbukitan ini.
Namun tak disangka ternyata dibalik perbukitan tersebut terdapat sebuah lamin suku Dayak Bahau yang besar sekali dan tampak beberapa pilar pilar lamin itu berlapiskan emas yang membuat takjub rombongan, rombongan itupun disambut dengan hangat oleh Kepala Suku Dayak tersebut dan ia mengatakan selamat datang ke Bukit Emas. Maulana Ahmadin memperhatikan sekitar daerah itu dan tampak sangat subur kondisi tanahnya yang cocok untuk bercocok tanam. kemudian ia berdiskusi kepada kepala suku untuk meminta ijin agar ia dan rombongannya boleh bermukim didaerah tersebut.
Akhirnya setelah berbulan lamanya rombongan bermukim di bukit emas dengan saling bertukar pengetahuan pada penduduk setempat maka sampailah pada hari panen, maka semua warga berkumpul gembira untuk melakukan pesta panen. namun perayaan panen menjadi petaka karena yang diharapkan menghasilkan butiran beras ternyata butiran-butiran beras tersebut berubah menjadi butiran batu permata dan berlian yang awalnya akur berujung menjadi konflik disetiap penduduk. Mereka terus memperebutkan hasil panen tersebut. Untuk mengakhiri konflik Maulana Ahmadin bersepakat dengan kepala suku dan para tetua warga Bukit Emas yaitu rombongan meminta tujuh kadut (buntalan) hasil panen tersebut untuk mereka bawa pergi keseberang Bukit Emas karena rombongan berencana untuk pindah bermukim di tempat itu. Kemudian rombongan tersebut berpindah keseberang Bukit Emas dan Maulana Ahmadin menyuruh beberapa orang untuk kembali ke Ibu Kota Kerajaan guna memberi kabar bahwa rombongan telah sampai pada tanah yang diberkahi oleh Allah S.W.T ",disinilah kita akan bertemu saling kemudian hilir mudik terus berseru akan kebesaran Allah, tak hentinya memanjatkan segala nikmat dengan asmaMu, disini adalah penantian bagi yang melanjutkan dakwah syiar kami dimuara sungai muyub," itulah salah satu kutipan dari surat Maulana Ahmadin kepada sang Raja dimasa itu.
hari berganti bulan, bulan berganti tahun dan tahun pun terus berganti tahun berikutnya, maka pemukiman yang awalnya dihuni oleh rombongan ekspedisi dakwah syiar menjadi sebuah kampung dan sekarang dikenal dengan sebutan KAMPUNG MUYUB ULU.
ASPEK SOSIAL BUDAYA
POLITIK
Adapun kepala desa yang pernah menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut :
Lamalyo (1945 - 1961)
M. Yunus (1961 - 1984)
Nasrie (1985 - 2003)
Jamramsyah (2005 - 2009)
Rudi Hartono (2010 - 2016)
Asmadi (2017 - Sekarang)
Dengan adanya perubahan dinamika politik di Indonesia yang lebih demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang lebih demokratis, pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan mekanisme politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam konteks politik local Desa Muyub Ulu, hal ini tergambar jelas dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan – pemilihan lainnya (pilleg, pilpres, pemilukada, pilgub, dsb) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum.
Khusus untuk pemilihan Kepala Desa Muyub Ulu, sebagaimana tradisi kepala desa Kalimantan, biasanya peserta/kandidatnya adalah mereka yang memilki hubungan dengan elit kepala desa yang lama. Hal ini tidak terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah jabatan garis tangan keluarga – keluarga tersebut. Fenomena ini biasa disebut oleh warga setempat Pulung.
Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak cucu atau kerabat.Mereka dipilih karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya dengan warga desa. Kepala desa bisa diganti sebelum masa jabatannya habis apabila melanggar peraturan ataupun norma-norma yang berlaku atau memiliki halangan tetap .
Karena demikian, maka setiap yang memiliki dan memenuhi syarat – syarat yang sudah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat kepala desa. Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan kepala desa pada tahun 2010, Tercatat ada 2 kandidat kepala desa bagi masyarakat Desa Muyub Ulu, pada pilihan kepala desa ini partisipasi masyarakat sangat tinggi yakni, 95%. Setelah proses-proses politik selesai, situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk pikuk warga dalam pesta demokrasi berakhir dengan kembalinya kehidupan sebagaimana awal mulanya. Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam sekat-sekat kelompok pilihannya. Hal ini ditandai dengan kehidupan yang penuh tolong-menolong maupun gotong royong.
Walaupun kepemimpinan ada di kepala desa namun mekanisme pengambilan keputusan selalu melibatkan masyarakat baik lewat lembaga resmi desa seperti Badan Permusyawaratan Desa (BEPEDE) maupun lewat masyarakat langsung. Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di Wilayah Desa Muyub Ulu mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis. Berdasarkan deskripsi beberapa fakta diatas,dapat dipahami bahwa Desa Muyub Ulu mempunyai dinamika politik local yang bagus. Hal ini terlihat baik dari segi pola kepemimpinan, sampai dengan partisipasi masyarakat untuk menerapkan sistem politik demokratis sampai pada kehidupan politik lokal.
FASILITAS UMUM
Desa Muyub Ulu memiliki tiga gedung sekolah, yaitu:
TK Teratai Muyub Ulu (Yayasan)
SDN 008 Tering (Negeri)
SMP Kesatuan Muyub Ulu (Yayasan)
Desa Muyub Ulu memilki Fasilitas, diantaranya:
Kantor Desa
Puskesmas Pembantu
Balai Pertemuan Umum
Mesjid
SMP Kesatuan Muyub Ulu adalah suatu keinginan masyarakat Desa Muyub Ulu untuk memiliki sekolah yang jenjangnya lebih tinggi bukan hanya sebatas Sekolah Dasar yang biasa terdapat dikampung-kampung lainnya. Hal ini diprakarsai oleh Bapak (Alm) M.Nasrun.H, S.Pd, beliau dulunya menjabat sebagai Kepala Sekolah SDN.008 Tering yang berdedikasi atas perkembangan pendidikan untuk anak-anak di desa Muyub Ulu. Beliau berpikiran bahwa Desa Muyub Ulu yang hanya bisa dijangkau dengan kendaraan sungai (Kubang/ perahu motor) dengan jarak tempuh sekitar 2 Jam ke kecamatan Tering dan 30 menit ke Desa Muyub Hilir sangatlah hal yang melelahkan jika anak-anak di usia SMP harus menempuh jarak yang begitu jauhnya hanya untuk bisa bersekolah. Melalui Yayasan Setia Budi Bapak M.Nasrun.H,S.Pd beserta rekan-rekan yang satu pemikiran membangun sekolah SMP Kesatuan dimana sekolah tersebut tidak ada biaya sama sekali yang dibebankan kepada murid baik dari pendaftaran bahkan uang sekolah, tenaga pengajar di SMP Kesatuan Muyub Ulu merupakan orang-orang yang memiliki dedikasi luar biasa mereka hanya menerima bayaran dari BOS Reguler yang ada setiap pertriwulan (3 bulan) sekali dengan kisaran rata-rata satu juta rupiah kebawah.
Desa Muyub Ulu jika dilihat dari kondisi desa tersebut masuk dalam kategori kawasan terpencil dengan minimnya fasilitas yaitu untuk penerangan hanya hidup 3,5 jam dalam sehari yaitu dari jam 18:00 sampai dengan jam 21:30, komunikasi nyaris tidak ada sinyal baik untuk telepon apalagi internet, akses jalan yaitu jika melalui jalur sungai yang terdekat melalui Desa Muyub Ilir, jika dari ibu kota kabupaten Kutai Barat Kota Barong Tongkok ke Desa Muyub ilir hampir menempuh jarak waktu sekitar satu jam menggunakan kendaraan darat kemudian lanjut dengan perahu motor kurang lebih 30 menit jarak tempuh. sejak tahun 2019 lalu dibuka akses jalan berbahan dasar tanah dari Desa Jelemuk ke Desa Tukul dan jalan tersebut hingga kini belum ada peningkatan jadi jika dimusim penghujan maka jalan yang berjarak sekitar 9 KM tersebut tidak bisa dilalui. Secara letak geografis Desa Muyub Ulu tidak lah jauh dari Ibu Kota Kabupaten Kutai Barat dibandingkan daerah yang agak kehulu misalnya Tering dan Longiram mereka memiliki akses jalan yang lebih baik dibandingkan dengan Desa Muyub Ulu, Desa Tukul dan Desa Gabung Baru.