Museum ini adalah sebuah institusi budaya yang didirikan atas gagasan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas (BPKS) sebagai respons terhadap keberagaman sejarah yang dimiliki oleh Kota Sabang.[2] Museum ini didirikan pada tahun 2013 atas inisiatif BPKS, yang kemudian juga berperan sebagai pengelolanya. Berdasarkan sejarah kota ini tercatat bahwa pada tahun 1881, Pemerintah Hindia Belanda membangun Pelabuhan Sabang sebagai langkah awal dalam pengembangan kawasan tersebut.
Kegiatan utama di pelabuhan pada masa itu adalah pengisian batubara dan air ke kapal, yang menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan Sabang sebagai pelabuhan perdagangan yang signifikan. Dengan koleksi dan pameran yang luas, Museum Sabang berfungsi sebagai wadah untuk memperkenalkan dan memahami lebih dalam peran serta sejarah kota ini dalam konteks perdagangan dan kegiatan maritim.[3]
Museum Sabang hadir sebagai sebuah lembaga pengetahuan dalam konteks sejarah maritim dan perdagangan internasional. Dalam sejarahnya, pelabuhan Sabang telah memainkan peran sebagai pelabuhan alam yang mengelola berbagai kegiatan pelayaran internasional. Awalnya dikelola oleh Firma De Lange sejak tahun 1887, pelabuhan ini kemudian dikuasai oleh Maatschaapij Zeehaben en Kolen Station pada tahun 1985, yang menjalankan operasional pelabuhan secara penuh.[3]
Pelabuhan Sabang pada masa pemerintahan Belanda menjadi pusat ekspor perdagangan komoditas alam Aceh ke berbagai negara Eropa, memperkuat posisinya sebagai pusat perdagangan yang strategis. Namun, masa kejayaan tersebut terhenti pada tahun 1942, ketika Pelabuhan Sabang mengalami penutupan akibat kehancuran fisik selama masa Asia Timur Raya di bawah pemerintahan Jepang selama Perang Dunia II. Dengan adanya Museum Sabang, sumber sejarah akan masa kejayaan tersebut memberikan kesempatan bagi pengunjung, terutama generasi muda, untuk belajar dari sejarah dan memahami peran kota ini dalam perdagangan internasional.[3]
Koleksi
Museum Sabang menampilkan beragam koleksi benda peninggalan sejarah yang mayoritas berkaitan dengan kapal, sebagai bagian dari upaya memperingati masa kejayaan Kota Sabang sebagai zona pelabuhan bebas. Museum ini memberikan gambaran tentang sejarah masa lalu Sabang sebagai pelabuhan tersibuk di dunia.[3]
Koleksi yang dipamerkan mencakup foto-foto bersejarah para pahlawan Lanud dan hibah dari Lanal Sabang berupa meriam. Koleksi miniatur kapal juga menjadi daya tarik utama, termasuk kapal Princess Juliana, kapal pengangkut jamaah haji, Oil Tanks With Scaffolding yang merupakan kapal minyak terbesar pada masanya, dan kapal Willem Barents dengan bobot 5.000 GT. Selain itu, kapal SS Patria dan kapal SS Sultan Koetei juga dipajang di sini, sebagai bukti aktivitas berbagai kapal dunia di pelabuhan Sabang.[3]
Selain koleksi miniatur kapal, museum ini juga menampilkan jangkar kapal raksasa yang ditemukan di perairan Sabang pada abad ke-20. Pengunjung dapat melihat jangkar tersebut ketika memasuki halaman depan museum. Di dalam museum, tersedia juga film dokumenter tentang sejarah kemaritiman Sabang pada masa lalu, yang dapat diputar sesuai keinginan pengunjung.
^Rusmiyati; et al. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I(PDF). Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 16. ISBN978-979-8250-66-8.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Penggunaan et al. yang eksplisit (link)