Museum Biji dan Herbarium Bogoriense

Museum Biji dan Herbarium Bogoriense merupakan museum bertema flora yang menyajikan awetan tanaman basah dan kering atau yang biasa disebut herbarium.[1] Awetan basah diperoleh dengan cara memasukan tanaman ke cairan pengawet, kemudian dilakukan aklimatisasi sebagai upaya mematikan hama. Sedangkan awetan kering direndam terlebih dahulu dalam alkohol 70% kemudian masuk ke mesin panggarangan yang bertujuan mengeringkan air dan getah di dalam tanaman. Barulah dimasukan ke ruang aklimatisasi dan dimasukan ke dalam ruang koleksi yang bersuhu 16 °C.[2]

Museum didirikan pada tahun 1844, oleh Johannes Elias Teysnann seorang pakar botani asal Belanda[2]. Letak museum berada di kawasan Kebun Raya Bogor (KRB) lebih lengkapnya di Jln. Ir. H Juanda 16003, Bogor. Dari gerbang utama KRB, ambil arah kanan kemudian berjalan kurang lebih 20 menit[1]. Alternatif lain, pengunjung dapat menyewa becak.

Peranan Herbarium

Herbarium sendiri memiliki banyak peran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya:

1) Herbarium membantu para peneliti merevisi identitas tanaman jika di masa depan ditemukan perbedaan atau karakter baru.

2) Herbarium dapat menjadi petunjuk distribusi tanaman langka dan yang sudah punah.

3) Herbarium basah dapat dimanfaatkan untuk melacak penyakit tanaman, seperti penyakit daun, bunga dan batang yang disebabkan jamur Microbotryum violaceum.

4) Herbarium dapat digunakan untuk melihat siklus perubahan iklim. Caranya dengan cara menghitung jumlah karbon yang tersimpan di dalam spesimen dan dibandingkan dengan keadaan sekarang.[2]

Isi Museum dan Koleksi

Di museum terdapat empat ruang koleksi, yaitu ruang umun, ruang tipe, ruang basah dan ruang biji. Jumlah koleksinya sendiri pada saat ini, mencapai 950.000 koleksi herbarium. 18 ribu diantaranya berjenis herbarium tipe. Sisanya merupakan herbarium koleksi umum, basah, karpologi (biji kering) dan fosil tumbuhan. Beberapa koleksi yang menarik di Museum Biji dan Herbarium Bogor ini diantaranya:

• Spesimen bunga raksasa Rafflesia arnoldi, yang pada tahun 1818 di Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan oleh Sir. Thomas Stamford Raffles.

• Spesimen anggrek loreng dengan nama ilmiah Phalaenopis amboinesis. Bunga anggrek ini bermotif totol dan berasal dari pedalaman Ambon. Tak heran nama ini memiliki julukan bulan loreng dari Ambon.

• Spesimen paku kering Asplerium caudatum dari hutan di Pulau Jawa. Spesimen ini menjadi koleksi paling tua karena tanaman ini diidentifikasi dan dikoleksi sejak 1802-1818. Menariknya, koleksi ini pernah dimiliki Herbario Musei Britannici, Inggris.[2]

Di sisi kiri lorong, pengunjung dapat menyaksikan potongan-potongan kayu lengkap dengan informasi jenis dan upaya pelestarian. Sedangkan di ruangan khusus terdapat koleksi awetan tumbuhan yang disimpan dalam toples bening berbagai ukuran dari yang kecil sampai besar.[1] Dalam toples-toples tersebut terdapat macam-macam biji, akar dan bunga awetan disertai informasi sistematika, taksonomi, morfologi dan ekologi tumbuhan.[2]

Sumber Rujukan

  1. ^ a b c Dimyati, Edi (2014). 31 museum di Jawa Barat + Banten : panduan sang petualang. Jakarta. ISBN 978-602-03-0989-7. OCLC 893470804. 
  2. ^ a b c d e "Di Herbarium Bogoriense LIPI Ada Bulan Loreng dari Ambon". lipi.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-19.