Teijsmann, melalui perjalanannya, memperkenalkan banyak spesies baru di kebun raya tersebut, seperti Delonix regia (flamboyan), Manihot esculenta (singkong), dan Elaeis guineensis (kelapa sawit). Ia menerbitkan dua katalog dari kebun botani tersebut. Yang pertama ditandatangani oleh Carl Ludwig Blume (1789-1862) memuat 914 spesies dan yang kedua memuat 2.800 spesies.
Peran di Kebun Raya Bogor
Setelah 1830, Kebun Raya Bogor berada di bawah pengawasan staff istana Gubernur Jenderal. Ketika itu jabatan direktur dibiarkan kosong dan Teijsmann, yang berstatus sebagai kepala kurator diberikan kewenangan untuk mengelolanya. Misinya adalah memproduksi ilmu pengetahuan dengan membangun reputasi ilmiah pada 1840 dan 1850-an, serta membuat rekomendasi agar lembaga ini berdiri secara mandiri. Rekomendasi Teijsmann baru dilaksanakan sepuluh tahun setelahnya dalam periode Gubernur Jenderal L.A.J.W. Baron Sloet van de Beele, Ia pun diangkat menjadi direktur sementara dan secara sungguh-sungguh mencari ahli botani untuk kebun raya. Posisi ini kemudian diisi oleh R.H.C.C. Scheffer, seorang lulusan Utrecht University pada 1968. Proyek Scheffer berkonsentrasi pada upaya aklimatisasi tanaman impor.[1] Misalnya, pengembangan budidaya kina, yang dapat digunakan untuk mengobati malaria.
Goss, Andrew (2014). Belenggu Ilmuwan dan Pengetahuan. Depok: Komunitas Bambu. ISBN978-602-9402-32-2.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)