Muhammad Saad Kandhlawi (lahir 10 Mei 1965) adalah seorang ulama dan pendakwah Islam India. Dia adalah cicit kepada pendiri Jamaah Tabligh, Muhammad Ilyas Kandhlawi .[1][2] Dia mengetuai salah satu daripada faksi Jamaah Tabligh.[3][4]
Masa muda
Maulana Saad lahir 10 Mei 1965 (1385 H ) di kota Kandhla, Uttar Pradesh Barat, Daerah Shamli. Beliau merupakan cicit dari pendiri Jamaah Tabligh, Muhammad Ilyas Kandhlawi. Beliau adalah cucu Amir Kedua Jamaah Tabligh Muhammad Yusuf Kandhlawi .[2]
Beliau telah tamatkan persantren dari Madrasah Kashiful Uloom di Markaz Nizhamuddin, Delhi pada tahun 1987.[2][5]
Karier
Amir ketiga Jamaah Tabligh, Maulana Inamul Hasan Kandhlawi telah membentuk satu Syura beranggotakan 10 orang sebelum kematiannya pada tahun 1995. Syura tersebut ditugaskan untuk mengurus urusan Jamaah dan Syura ini masih utuh hingga tahun 2015. Sebagian besar ulama dari Syura ini telah meninggal dunia dalam 20 tahun itu termasuklah Maulana Zubair ul Hassan Kandhlawi . Sebuah pertemuan telah diadakan di Markaz Raiwind (Pakistan) pada 16 November 2015 untuk mengisi kekosongan syura. Syura baru yang terdiri dari 13 anggota termasuk Muhammad Abdul Wahhab telah dibentuk. Maulana Saad Kandhlawi tidak setuju dengan syura ini karena ia menyatakan dirinya sebagai Ketua (Amir) Jamaah lantas membuat faksi baru Jamaah Tabligh.[6]
Maulana Saad Kandhlawi memimpin faksi Jamaah Tabligh Markaz Nizhamuddin.[1][4]
Penerimaan
Beberapa pernyataan Kandhlawi membuat ulama Deoband mengeluarkan fatwa terhadapnya. Mufti Ebrahim Desai dari Afrika Selatan menerbitkan sebuah fatwa di situsnya 'Askimam'.[7] Seminari Islam India Darul Ulum Deoband mengeluarkan fatwa menentang Kandhlawi, mempertanyakan kepemimpinannya dan penyimpangannya dari Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah dalam ucapan-ucapannya.[8][9][10]
Zaid Mazahiri dari Darul Ulum Nadwatul Ulama juga menulis banyak risalah mengenai masalah ini termasuk Jamaah Tabligh Ka Bahami Ikhtelaf awr Ittehad-o-Ittefaq awr Sulah-o-Safaii Ki ek Koshish (Perselisihan Internal Jamaah Tabligh: Cara untuk bersatu, dan mendamaikannya).[11] Sarjana Inggris Yusuf Motala pula telah membela Maulana Saad Kandhlawi.[12]
Hotspot COVID-19 Nizamuddin Markaz
Di tengah pandemi COVID-19 di India, sejumlah pasien dari Nizamuddin Markaz disahkan positif mengidap virus corona,[13] yang mengakibatkan Pemerintah Delhi mendaftarkan FIR terhadap Maulana Saad karena menyelenggarakan acara keagamaan Jamaah Tabligh di Markaz, meskipun ada larangan pertemuan besar-besaran seperti itu setelah 16 Maret.[14][15][16][17][18] Pihak berkuasa telah mengosongkan tempat tersebut pada 25 Maret.[19] Pada 23 Agustus 2021, Mahkamah Tinggi Delhi memerintahi polisi Delhi untuk membuka kembali rumah Kandhlawi dalam tempoh 2 hari.[20]
Kehidupan keluarga
Saad adalah menantu Salman Mazahiri, mudir Mazahir Ulum Saharanpur.[21]
Selama penggerebekan polisi pada April 2020,[22] terungkap di media bahwa Maulana Saad memiliki rumah besar di Distrik Shamli Delhi. Rumah itu dilengkapi dengan interior mewah, CCTV, pagar listrik, anjing buas [23], kolam renang,[24] mobil mewah,[25] binatang dan burung eksotik.[26] Media juga mengungkapkan bahwa bil listrik dibayar atas nama putranya, Yusuf bin Saad.[27] Ini membuktikan kepemilikannya pada rumah tersebut. Properti itu telah dirahasiakan dan tidak diketahui secara luas oleh para pengikutnya karena Maulana Saad mengajar hidup sederhana.[25] Kerabat Maulana Saad, Maulana Badrul Hassan telah membela Maulana Saad dengan mengklaim bahwa meskipun ia memiliki rumah besar itu, ia hanya menginap di sana sebulan sekali sahaja.[28]
Referensi