Butuh waktu 43 tahun bagi Belanda untuk mendirikan monumen nasional bagi para korban perang di Hindia Belanda. Hingga tahun 1961, Hari Peringatan Nasional yang Terkorban (4 Mei) dan Hari Pembebasan (5 Mei) utamanya didedikasikan untuk para korban Belanda di bawah Nazi Jerman. Sejak tahun 1962, peringatan ini mencakup para prajurit dan warga sipil yang gugur selama Revolusi Nasional Indonesia.
Hari Peringatan di Hindia Belanda diperingati setiap 15 Agustus, tanggal dimana Jepang menyerah kepada Amerika Serikat beserta sekutunya termasuk Belanda. Namun, hari peringatan ini bukan hari libur nasional tidak seperti tanggal 5 Mei (tanggal dimana Jerman menyerah kepada Sekutu).
Pada tahun-tahun setelah penyerahan kedaulatan Hindia Belanda ke Indonesia (1949), iklim politik di Belanda ditandai oleh kepekaan terhadap Indonesia dan rasa malu terhadap masa lalu kolonial Belanda. Akibatnya, butuh waktu lama sebelum ada minat terhadap korban perang di bekas koloni Hindia Belanda tersebut.[1]
Insiden Kaifu
Saat Perdana Menteri JepangKaifu Toshiki - yang sedang dalam kunjungan kenegaraan - menaruh untaian bunga pada tanggal 19 Juli1991, pada hari itu juga untaian itu dibuang ke air oleh demonstran Stichting Japanse Ereschulden. Setelah kejadian itu, PMRuud Lubbers minta maaf pada Toshiki Kaifu. Kejadian itu membuat orang-orang yang pernah mengalami masa penjajahan Jepang di Hindia Belanda marah.
^The Indisch Monument, official publication (15 August 1945 Commemoration Foundation, The Hague, 2008) online: "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-14. Diakses tanggal 2012-08-24.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)