Mona Rudao
Mona Rudao atau Mouna Rudao (1880–1930; Hanzi: 莫那·魯道) adalah putra seorang kepala suku Seediq di Taiwan. Ia menggantikan ayahnya sebagai kepala desa Mahebo (Hanzi: 馬赫坡社) dan menjadi salah satu pemimpin yang paling berpengaruh di wilayah Wushe. Mona Rudao berasal dari klan Tgdaya dari suku Seediq. Mona Rudao yang pernah berkunjung ke Jepang menjadi terkenal karena mengatur insiden Wushe di Kabupaten Nantou pada tahun 1930, suatu pemberontakan melawan Jepang. Dia melakukan aksi bunuh diri dengan cara menembak dirinya dengan pistol pada saat pemberontakan agar tak ditangkap hidup-hidup oleh tentara Jepang. Jenazahnya ditemukan di hutan pada tahun 1933, dan dibawa ke Departemen Arkeologi Universitas Kekaisaran Taihoku (sekarang Universitas Nasional Taiwan) di mana tubuhnya dipamerkan sebagai bentuk peringatan bagi calon-calon pemberontak. Tulang belulang tersebut "diidentifikasi" oleh putrinya meski tidak dikonfirmasi lebih lanjut melalui uji DNA. Setelah kedatangan Kuomintang, jenazah Rudao disimpan di sebuah gudang hingga tahun 1974. Setelah itu, jenazah Rudao dikubur kembali di Taman Peringatan Insiden Wushe. Rakyat Taiwan menghormatinya sebagai pahlawan karena melakukan perlawanan terhadap penjajah dan wajahnya diabadikan dalam koin Dolar Baru Taiwan. Pada tahun 2005, rezim Kuomintang memajang foto besar Mona Rudao di kantor pusatnya untuk memperingati 60 tahun Penyerahan Taiwan.[1] Mona Rudao telah menjadi bagian dari budaya populer Taiwan, muncul dalam buku dan manga. Ia menjadi figur protagonis dalam Drama TV 2003 Dana Sakura (風中緋櫻) dan film Taiwan 2011 Warriors of the Rainbow: Seediq Bale. Putri Mona Rudao, Mahung Mona, dijuluki sebagai "wanita yang membasuh wajahnya dengan air mata" karena semua anggota keluarga dekatnya, termasuk orang tua, saudara kandung, pamannya Tado Mona, suaminya Sapu Pawan, dan anak-anaknya meninggal dalam peristiwa Wushe.[2] Referensi
Pranala luar
|