Yaumil Agoes Achir
Prof. Dr. Yaumil Chairiyah Agoes Achir (20 Mei 1941 – 1 Juli 2003) adalah seorang psikolog, akademisi dan birokrat asal Indonesia. Guru besar psikologi di Universitas Indonesia ini menjabat sebagai Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dari tahun 1990 hingga 1994 dan sebagai Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dari tahun 2001 hingga ia meninggal dunia pada tahun 2003. Masa kecil dan pendidikanYaumil lahir pada tanggal 20 Mei 1941 di Pangkalan Brandan sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara dari pasangan Ilyas Sutan Maradjo, kepala kantor pos di Kepulauan Weh. Semua saudara laki-laki dan perempuannya memiliki nama depan yang sama, Yaumil, sedangkan nama kedua mereka adalah nama pemberian mereka. Orang tua Yaumil menyekolahkan semua anaknya yang telah menyelesaikan pendidikan dasar di rumah saudara mereka dan melanjutkan pendidikan di Jakarta.[1] Yaumil tidak terkecuali, dan ia dikirim untuk belajar di SMP Negeri 10 Jakarta pada tahun 1953 setelah menamatkan sekolah dasar di Pulau Weh.[2] Yaumil menggambarkan perpisahan dari orang tuanya sebagai "pengalaman traumatis", tetapi kemudian menyatakan bahwa pengalaman itu membantunya dalam mengembangkan keterampilan sosialnya.[3] Yaumil menyelesaikan sekolah menengahnya di SMA Negeri 1 (Boedoet) Jakarta pada tahun 1959. Berdasarkan rekomendasi dari Soedjono Djoened Poesponegoro, ia memutuskan untuk mengambil jurusan psikologi di Universitas Indonesia (UI). Ia menerima gelar sarjananya dari universitas tersebut pada tahun 1967. Selama kariernya sebagai dosen, ia melanjutkan studi psikologi dengan menghadiri kursus singkat tentang metodologi psikologi anak di Nijmegen pada tahun 1975 dan beberapa kursus pascasarjana psikologi yang diselenggarakan oleh UI. Pada tahun 1979, ia menerima gelar spesialisasinya dari Vrije Universiteit Amsterdam, sebagai bagian dari program kerja sama antara universitas tersebut dan UI.[2] Ia resmi diakui sebagai psikolog spesialis anak dalam upacara pengukuhan yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi UI pada 16 Februari 1981.[4] Pada 29 Desember 1990, Yaumil berhasil mempertahankan disertasi doktoralnya di bidang psikologi. Disertasinya yang meneliti tentang bakat dan prestasi siswa SMA ini melibatkan 2.809 siswa dari dua SMA berbeda di Jakarta.[5][6] Pada tahun 1995, Yaumil mengikuti kuliah di Lembaga Ketahanan Nasional sambil menjabat sebagai Asisten Menteri Negara Kependudukan, bersama pejabat tinggi militer dan sipil lainnya. Ia keluar sebagai lulusan terbaik di angkatannya.[7] Karier akademisYaumil mengawali karier akademisnya pada tahun 1964 sebagai asisten Profesor Sukarni Catur Munandar, yang kemudian menjadi pembimbing doktoralnya.[2] Yaumil dipanggil oleh rekan-rekan dan mahasiswanya dengan sebutan "Mbak Ade". Berkat kepiawaian dan kefasihannya, ia kerap diundang sebagai pembicara dalam seminar dan konferensi akademik.[3] Pada Oktober 1982, Yaumil diangkat sebagai Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan di Fakultas Psikologi UI.[2] Pada 11 September 1990, Yaumil menjadi Dekan Fakultas Psikologi menggantikan Soesmalijah Soewondo.[8] Selama menjabat sebagai dekan, Yaumil diangkat sebagai Guru Besar Psikologi pada 1 April 1993.[2] Pidato pengukuhannya yang dibacakan pada 7 Agustus 1993 berjudul Pendekatan Psikologi dalam Pengembangan Pendidikan Nasional.[9] Ia menjabat sebagai dekan hingga 25 Juni 1994 dan digantikan oleh Suprapti Sumarmo.[10] Karier di pemerintahanYaumil mulai berkecimpung di lembaga-lembaga pemerintah sejak diangkat sebagai Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan. Dari tahun 1980 hingga 1989, ia menjadi konsultan ahli di Badan Pembinaan Hukum Nasional. Ia juga menjadi anggota kelompok kerja kesejahteraan anak di kantor Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan kelompok kerja pembinaan keluarga remaja di kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan.[3] Oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Yaumil diikutsertakan sebagai anggota Badan Pengembangan Ketahanan Sekolah pada tahun 1986. Badan ini dibentuk untuk mengatasi masalah kenakalan remaja di provinsi tersebut. Yaumil mengusulkan program untuk mengembangkan proses belajar mengajar yang lebih menyenangkan di sekolah. Program yang telah diujicobakan di beberapa sekolah ini mendapat tanggapan positif dari para siswa.[3] Beberapa bulan sebelum mengakhiri masa jabatannya sebagai dekan, pada bulan September 1993 ia diangkat menjadi Asisten III Menteri Negara Kependudukan, yang saat itu dijabat oleh Haryono Suyono.[11] Ia bertugas membantu menteri dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan kualitas penduduk.[12] Setelah Haryono diangkat menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan, Yaumil menjadi wakilnya untuk bidang sumber daya manusia.[13] Pada tanggal 3 Agustus 2000, Yaumil menjadi wakil sekretaris Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri untuk kesejahteraan rakyat.[14] Ia mengepalai Kelompok Kerja Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang merumuskan dasar bagi program jaminan sosial Indonesia saat ini.[15] Setahun kemudian, Megawati menjadi presiden Indonesia, dan ia mengangkat Yaumil sebagai Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional pada 14 November 2001.[6] Sebelum pengangkatannya, lembaga ini merangkap jabatan sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan, sehingga menjadi jabatan setingkat kabinet. Presiden Megawati secara resmi memisahkan kedua jabatan tersebut dan menurunkannya dari jabatan setingkat kabinet menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK). Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah mengenai otonomi daerah dan dimaksudkan untuk mendesentralisasikan keluarga berencana dan menyerahkan pelaksanaannya kepada pemerintah daerah di Indonesia. Yaumil menekankan bahwa agenda desentralisasi tidak boleh berdampak negatif terhadap penduduk dan mendorong agar desentralisasi tersebut diserahkan sepenuhnya paling lambat pada Desember 2003. Penyerahan ini berarti bahwa pemerintah pusat tidak memiliki kewenangan untuk mencampuri pelaksanaan keluarga berencana di tingkat daerah. Pada saat wafatnya pada bulan Juli 2003, sekitar 26% daerah di Indonesia telah menerapkan peraturan daerah untuk desentralisasi.[6][16] Yaumil juga menggagas program penyaluran alat kontrasepsi bagi pasangan berpendapatan rendah pada Januari 2003. Penyaluran alat kontrasepsi tersebut akan dikelola oleh pemerintah provinsi berdasarkan permintaan daerah. Program tersebut terhambat oleh dana yang tidak mencukupi untuk mencakup seluruh pasangan berpendapatan rendah.[17] Kehidupan pribadiYaumil menikah dengan Agoes Achir, seorang insinyur teknik kimia, dan dikaruniai dua orang anak serta tiga orang cucu.[3] Yaumil meninggal di Johns Hopkins-National University Hospital (NUH) International Medical Center di Singapura pada 1 Juli 2003 karena kanker limfoma non-Hodgkin. Yaumil didiagnosis menderita kanker tersebut sekitar Februari 2003 dan harus menjalani kemoterapi di Singapura serta dirawat di rumahnya. Meskipun sejak saat itu ia tidak pernah lagi ke kantornya, Yaumil terus menangani masalah keluarga berencana, seperti desentralisasi. Perayaan ulang tahunnya yang terakhir pada 20 Mei 2003 dihadiri oleh Sarlito Wirawan Sarwono, yang saat itu menjabat sebagai dekan fakultas psikologi UI, dan Imam Haryadi, wakilnya bidang pemberdayaan keluarga. Yaumil juga terinfeksi pneumonia di hari-hari terakhirnya.[6] Jenazah Yaumil disemayamkan di rumah duka di kompleks DPR dan kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional sebelum dimakamkan di Pemakaman Umum Karet sehari setelahnya.[18][19] Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia