Victor Ido![]() Victor Ido (Lahir 8 Februari 1869 di Surabaya – wafat 20 Mei 1948 di Hague) adalah nama lain dari penulis dan jurnalis Indo (Eurasia) Hans van de Wall. Lahir di Surabaya, Hindia-belanda dari ayah seorang Belanda dan ibu dari Indo (Eurasia). Ido adalah Editor Seni P. A. Daum's Bataviaasch Nieuwsblad dan kemudian Pemimpin Redaksi surat kabar Batavia Handelsblad serta terkenal sebagai musisi yang berbakat (organis). Sebagai penulis sastra karyanya menyoroti diskriminasi dan realita sosial ekonomi menengah dan kelas bawah Indo-Eropa dari akhir abad ke-19. Sebagai seorang yang inovatif dan pengarang drama yang sukses dia memasukkan banyak adat yaitu unsur budaya Indonesia menjadi format teatrikal barat.[1] Kehidupan awalIbunya yang berasal dari Indo (Eurasia) tergolong lapisan sosial yang lebih rendah dari lapisan masyarakat Eropa, terus menerus kekurangan uang, kemiskinan dan melanjutkan perjuangan untuk hidup yang eksis di akhir abad ke-19. Sebuah suasana yang ia tunjukan dalam karya sastranya. Karena warisan ibunya ia dan saudaranya memiliki kesempatan untuk pergi ke Belanda dan belajar seni (musik). Setelah tinggal di Belanda, ia terlepas dari dunia keibuanya yang lama, seperti dapat dilihat dalam novel Don Juan (1897), yang sebagian bertema masyarakat Batavia kelas atas. Setelah beberapa lama meskipun tulisannya kembali berfokus pada akarnya.[2] NovelisPada tahun 1900 surat kabar Java Bode menerbitkan serial novel "paria Glodok", sebuah kisah tentang seorang Indo-Eropa miskin. Cerita berakhir agak melodramatis, tetapi memenuhi kebutuhan di dalam komunitas Indo untuk mengidentifikasi dan mengakui masalah sosio-ekonomi mereka. Kemudian di novel "orang miskin" (1915) ia terpikat dengan tema ini. Novel ini bercerita tentang kisah "kleine bung" (sebuah istilah campuran Melayu-Belanda yang berarti adik kecil digunakan untuk menggambarkan orang Indo dari lapisan masyarakat bawah) yang penuh dengan kebencian dan frustrasi, yang disebabkan oleh diskriminasi, kurangnya kenaikan kelas sosial dan hidup dalam kemiskinan. Ido jelas menggambarkan karakter kebencian terhadap ekspatriat kulit putih Eropa yang memperlakukan dia sebagai warga kelas kedua.[3] edisi terbaru diterbitkan pada tahun 1978. Pengarang dramaPrestasi penting lainya adalah cara Ido menggunakan budaya pribumi, yaitu epos dan tembang jawa sebagai inspirasi untuk banyak drama yang ditulisnya. Drama populer yang telah dipentaskan di berbagai kesempatan di teater kolonial. Sampai hari ini drama yang ditulis oleh Ido masih dipentaskan di Indonesia[4]
Berkenaan dengan kritiknya, Ido pernah berkata: "Anak-anak, anjing, dan drama tidak boleh disukai semua orang.Semua orang tidak memiliki karakter yang sama." Karya
ReferensiDaftar pustaka
Catatan dan kutipan
|
Portal di Ensiklopedia Dunia