Stardust (novel)
Stardust adalah sebuah buku fantasi bagi dewasa karangan Neil Gaiman, dengan ilustrasi karya Charles Vess. Buku ini diterbitkan di Inggris pada tahun 1998, dan di Indonesia pada tahun 2007 oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Pada tahun yang sama (th. 2007) film yang berdasarkan pada buku ini dibuat. Film tersebut rilis di dunia internasional pada tanggal 10 Agustus 2007, dan mendapat sambutan yang baik. Lokasi CeritaStardust berlokasi di sebuah desa bernama desa Tembok, berjarak sehari jauhnya dari London. Desa itu dinamakan begitu dikarenakan sebuah tembok yang melingkupinya. Pada sisi timur tembok itu terdapat sebuah lubang keluar, di mana dua penjaga selalu berpatroli. Tidak ada yang boleh melewati tembok itu; karena sesungguhnya jika kita keluar dari tembok itu, ke timur, sampailah kita ke Negeri Peri. Negeri Peri, sebuah negeri yang juga muncul di karya Gaiman yang lain, seperti The Sandman dan The Books of Magic, adalah sebuah negeri yang tidak bisa dipetakan saking tersembunyi dan luasnya, dihuni oleh makhluk-makhluk mitos. Kebanyakan lokasi di Stardust berlokasi di Stormhold, kerajaan dalam Negeri Peri yang didasarkan pada nama Stormhold, sebuah benteng di puncak tertinggi Gunung Huon. Kisah bermula di akhir April 1839, saat Henry Draper baru saja memfoto Bulan dan Charles Dickens baru saja memulai Oliver Twist sebagai serial. Bagian utama buku ini sendiri baru terjadi tujuhbelas tahun kemudian, sekitar Oktober 1856. Tokoh-tokoh Utama
Plot CeritaAlkisah di Pekan Raya desa Tembok, tujuh belas tahun dari setting waktu utama kisah ini, Dunstan Thorn muda bertemu dengan seorang gadis pelayan sebuah karavan. Gadis yang dirantai ini ditawan oleh seorang penyihir. Dunstan tertarik dengan barang dagangan si gadis, bunga-bunga kaca, dan si gadis berjanji akan menyerahkannya secara sukarela jika diberi suatu kecupan. Dunstan Thorn menyanggupinya—dan mendadak ia seperti tertenung. Dunstan kemudian menyerahkan bunga kaca itu pada kekasihnya, Bridget Comfrey, namun hatinya sendiri sudah jatuh cinta pada si gadis Peri. Malam harinya Dunstan menyelinap keluar desa dan menemui si gadis. Di padang rumput itu Dunstan bercinta dengan si gadis. Meskipun begitu, karena si gadis masih tertawan, akhirnya Dunstan menikah dengan Bridget Comfrey. Si gadis Peri hilang tak tahu rimbanya—hingga kemudian, sembilan bulan setelah Dunstan bercinta dengan si gadis Peri, ia dikirimi bungkusan yang berisi seorang bayi, bernama Tristran Thorn. Cerita berpindah tujuhbelas tahun kemudian, saat Tristran Thorn beranjak dewasa. Ia jatuh cinta pada Victoria Forester, putri sahabat Dunstan Thorn, dan suatu malam mengajaknya pulang bersama. Pada saat itulah Tristran merayu Victoria untuk menciumnya dan menikahinya, tepat ketika sebuah bintang jatuh terlihat. Victoria berjanji akan melakukan apapun yang Tristran inginkan jika pemuda itu membawakannya bintang jatuh tersebut. Ternyata Tristran menyanggupi, dan ia pun segera pulang untuk mengambil perbekalan. Ayahnya, Dunstan, memberikan bunga kaca pemberian si gadis Peri sebagai kenang-kenangan. Setelah itu Tristran pergi dari desa Tembok, menuju negeri Peri. Bab selanjutnya dari buku ini mengisahkan tokoh-tokoh lain dalam buku Stardust. Raja Stormhold yang mulia tengah sekarat, sementara para pangeran Stormhold—baik yang masih hidup maupun yang sudah mati—mengawasi dia. Raja Stormhold lalu meminta Primus, Tertius, dan Septimus untuk melongok ke luar jendela, ke langit malam. Baik Primus maupun Tertius menjawab tidak ada apa-apa; tetapi Septimus menampik bahwa di jendela yang ia lihat terdapat sebuah bintang. Raja Stormhold meminta dipapah ke jendela itu, kemudian ia melepaskan Kekuatan Stormhold, kalung dengan batu ratna cempaka. Seraya melemparkan Kekuatan Stormhold keluar sang Raja berikrar bahwa siapapun putranya yang menemukan batu itu pertama kali, akan menjadi penguasa Stormhold yang sah. Kemudian dia meninggal dunia. Bagian selanjutnya menceritakan tentang tiga bersaudari Lilim, tinggal di gubuk mereka di tengah hutan Negeri Peri. Di sana terdapat cermin yang menampilkan aula besar, dengan tiga gadis; salah seorang di antaranya akan hilang jika seorang Lilim mendapatkan kemudaan. Si Sulung Lilim melihat sebuah bintang jatuh dan memanggil saudari-saudarinya. Mereka kemudian menentukan siapa yang mengejar bintang itu, dengan saling mengambil jeroan cerpelai. Si sulung mendapatkan jantung cerpelai. Maka si sulung inilah yang pergi memburu bintang jatuh tersebut, dan setelah menelan jantung bintang terakhir yang mereka punya, dengan tubuh yang kembali muda si Sulung pergi. Sementara itu, di lapangan berumput tepi kolam, si bintang jatuh di sesemakan. Dan bab pun berlanjut. Keesokan paginya Tristran bertemu dengan seorang katai berbulu. Si Katai ini menyediakan makanan bagi Tristran, lalu bersama-sama mereka pergi. Si Katai bertanya tentang ke mana Tristran akan pergi, dan percakapan terus berlanjut hingga Tristran teringat pada syair anak-anak lama, Berapa Mil ke Babylon. Saat si Katai menyebutkan bahwa syair itu sebenarnya adalah mantra hebat, mereka terjebak di Hutanlayu, gerombolan pepohonan yang memangsa daging. Di sinilah kita mengetahui bakat terpendam Tristran yang ia warisi dari ibu kandungnya: Tristran bisa mengetahui letak segala tempat di Negeri Peri dengan tepat tanpa berpikir. Maka Tristran dan Si Katai pun selamat dari keganasan Hutanlayu. Pada saat yang hampir sama ketiga pangeran Stormhold mengantarkan jasad ayah mereka ke Aula Leluhur, dan bertolak ke Nottaway, sebuah desa di Stormhold. Mereka menginap di sebuah penginapan. Di sana, saat tengah bersanggama dengan si pelayan penginapan, Letitia, Tertius tewas karena racun yang dicampurkan ke dalam anggur oleh Septimus, yang dititipkan pada Letitia (Letitia tidak menyadarinya). Tertius segera menjadi hantu dan bergabung dengan keempat saudaranya yang telah mati. Primus yang gusar atas kejahatan Septimus kemudian berangkat mencari bintang jatuh itu sendirian. Di tempat lain si Sulung Lilim menemukan seorang pemuda, Brevis, yang disihirnya menjadi bandot putih bertanduk penarik kereta perangnya. Tristran, yang ditinggal oleh si Katai untuk membelikan baju bagi dirinya, didatangi oleh para orang-orang mungil. Mereka menyanyikan senandung yang mengisahkan bahwa segala usaha Tristran akan sia-sia, dan dia justru dicerca pujaan hatinya. Tristran marah atas hal ini, tetapi si Katai justru membenarkan bahwa ucapan orang-orang mungil kerap sekali benar. Tidak menghiraukan Tristran kembali, si Katai memberikan lilin ajaib dari senandung Berapa Mil ke Babylon, yang bisa dengan sekejap mengantarkan Tristran ke si bintang jatuh. Tristran menerimanya, dan ia kemudian menemukan si bintang jatuh dalam wujud seorang wanita. Tristran tanpa basa-basi segera merantai si gadis jelmaan bintang, yang marah-marah karenanya. |
Portal di Ensiklopedia Dunia