Starbucks Israel
Starbucks Israel (bahasa Ibrani: סטארבקס) adalah jaringan kedai kopi di Israel yang dibuka tahun 2001. Jaringan ini sempat memiliki enam kedai di Tel Aviv sebelum ditutup pada tahun 2003. SejarahStarbucks Coffee International, anak perusahaan Starbucks Coffee Company, bekerja sama dengan Delek Group of Israel untuk membentuk anak perusahaan Starbucks di Israel lewat usaha patungan bernama Shalom Coffee Company.[4] Usaha patunan ini dibentuk pada tahun 2001.[5] 19,5% sahamnya dipegang oleh Starbucks, sedangkan 80,5% sisanya dipegang oleh Delek. Starbucks memiliki opsi saham sampai 50%.[6] Delek membayar $250.000 untuk mendapatkan hak waralaba Starbucks dan menyerahkan 6% hasil penjualannya ke Starbucks.[2] Pada 1 September 2001, Starbucks membuka kedai pertamanya di Rabin Square, Tel Aviv. Starbucks berencana membuka 20 kedai di Israel pada tahun pertama operasinya.[7] PenutupanPada tahun 2002, satu tahun setelah Starbucks Israel didirikan, Delek mulai menjual sahamnya.[2] Sebelum ditutup, Starbucks memiliki 6 kedai di Tel Aviv[8] dengan 120 karyawan.[9] Selain itu, mereka berencana membuka satu kedai di Yerusalem tetapi tidak jadi karena khawatir akan serangan teror.[10] Pada 31 Maret 2003, Starbucks mengumumkan akan menutup seluruh kedainya di Israel.[4] Penutupan Starbucks memunculkan berbagai kontroversi mengenai rumor bahwa Starbucks ditutup dengan alasan politik. Serangkaian rumor beredar di Internet bahwa penutupan Starbucks adalah bagian dari boikot perusahaan Amerika Serikat di Israel yang dilancarkan pihak Arab.[11] Berdasarkan informasi dari Starbucks, tak ada satupun pernyataan yang menyatakan adanya tekanan dari pihak anti-Israel.[12] Bill O’Shea, Wakil Presiden Bidang Pengembangan Bisnis Starbucks untuk kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, merilis sebuah surat yang menyatakan bahwa Starbucks menutup kedai-kedainya di Israel atas alasan bisnis, bukan politik.[13] Pembukaan kembaliBulan September 2005, Starbucks mengontrak MAN Properties Real Estate Consultants untuk mempelajari kemungkinan dibukanya kembali kedai Starbucks di Israel. Starbucks saat itu sedang mencari rekan pengelola untuk beroperasi kembali di Israel.[6] BoikotPada tahun 2006, 2009, 2010, dan 2014, ketika pertempuran di Israel semakin memburuk, muncul berbagai seruan untuk memboikoit Starbucks karena mendukung Israel.[14] Ketua dan CEO Starbucks, Howard Schultz, berasal dari keluarga Yahudi. Namun demikian, setelah beberapa seruan boikot, Starbucks menyatakan bahwa perusahaan tersebut maupun Schultz secara pribadi tidak mendukung pemerintah Israel atau Pasukan Pertahanan Israel.[15] Starbucks juga menegaskan bahwa mereka menutup gerai di Israel bukan karena alasan politik, melainkan tantangan pasar.[16] Lihat pulaReferensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia