Reichstag (Jerman Nazi)

Reichstag

Großdeutscher Reichstag
Badan legislatif Jerman Nazi
Coat of arms or logo
Jenis
Jenis
Sejarah
Dibentuk1933
Dibubarkan1945
Didahului olehReichstag Weimar
Digantikan oleh
Anggota876 (saat pembubaran)[1]
Pemilihan
Pemilihan acara langsung
Pemilihan terakhir
13 Maret 1938
Tempat bersidang
Kroll Opera House, Berlin
L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Reichstag adalah lembaga legislatif Jerman yang berfungsi sebagai parlemen nasional selama periode Republik Weimar (1919–1933) dan awal pemerintahan Nazi di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Meskipun secara formal tetap ada setelah Nazi berkuasa pada tahun 1933, peran Reichstag dalam sistem politik Jerman secara drastis berkurang hingga menjadi simbol belaka tanpa kekuasaan nyata.

Latar Belakang

Sejarah Reichstag Sebelum Era Nazi

Reichstag pertama kali didirikan pada tahun 1871 setelah unifikasi Jerman di bawah pimpinan Otto von Bismarck. Pada masa Kekaisaran Jerman (1871–1918), Reichstag memiliki kewenangan terbatas karena kekuasaan utama berada di tangan Kaisar (Kaiser). Setelah Perang Dunia I dan jatuhnya monarki, Reichstag menjadi lembaga utama dalam sistem demokrasi parlementer Republik Weimar (1919–1933).

Namun, stabilitas politik Reichstag selama Republik Weimar sering terganggu oleh konflik internal antara partai-partai politik, ekstremisme kanan dan kiri, serta krisis ekonomi seperti Depresi Besar (1929). Situasi ini menciptakan peluang bagi Adolf Hitler dan Partai Nazi (NSDAP) untuk naik ke tampuk kekuasaan.

Transformasi Reichstag di Era Nazi

Kenaikan Adolf Hitler dan Akhir Demokrasi

Pada pemilu 1932, NSDAP menjadi partai terbesar di Reichstag dengan memperoleh 230 kursi. Meskipun tidak memiliki mayoritas mutlak, Hitler berhasil diangkat sebagai Kanselir Jerman pada 30 Januari 1933 melalui manuver politik dan dukungan dari kelompok konservatif. Setelah Reichstag Fire (pembakaran gedung Reichstag) pada 27 Februari 1933, pemerintah Nazi menggunakan insiden tersebut sebagai dalih untuk menindak oposisi politik.

Pada 23 Maret 1933, Reichstag mengesahkan Undang-Undang Pemberian Kekuasaan (Enabling Act), yang memberikan Hitler wewenang untuk mengeluarkan undang-undang tanpa persetujuan Reichstag atau Presiden. Undang-undang ini secara efektif mengakhiri demokrasi di Jerman dan meletakkan dasar bagi diktator Nazi.

Peran Reichstag Selama Pemerintahan Nazi

Setelah pengesahan Enabling Act, Reichstag kehilangan fungsinya sebagai lembaga legislatif independen. Beberapa perubahan penting terjadi:

  • Penghapusan Partai Politik
    • Pada Juli 1933, semua partai politik selain NSDAP dilarang. Reichstag kemudian hanya diisi oleh anggota Nazi.
    • Pemilu multipartai digantikan dengan pemilihan satu calon yang disponsori oleh Nazi.
  • Sesi Parlemen yang Jarang
    • Reichstag jarang mengadakan sidang resmi. Ketika sesi diadakan, biasanya hanya untuk mendukung kebijakan Hitler secara simbolis.
    • Contohnya, pada tahun 1938, Reichstag mengadopsi Anschluss (penggabungan Austria ke Jerman) tanpa diskusi substantif.
  • Führerprinzip
    • Prinsip "Führer" (Pemimpin) menjadi doktrin utama dalam pemerintahan Nazi. Hitler memegang kendali penuh atas semua aspek negara, sementara Reichstag hanya menjadi alat propaganda.
  • Gedung Reichstag sebagai Simbol
    • Gedung Reichstag di Berlin, meskipun masih berdiri, kehilangan relevansi praktis. Pembakaran Reichstag pada 1933 menjadi simbol runtuhnya demokrasi Jerman.

Fungsi Propaganda Reichstag

Meskipun tidak lagi memiliki kekuasaan legislatif, Reichstag tetap digunakan oleh rezim Nazi sebagai alat propaganda. Beberapa contoh penggunaannya meliputi:

  • Pidato Adolf Hitler
    • Hitler sering menggunakan sesi Reichstag untuk menyampaikan pidato penting kepada publik Jerman dan dunia internasional. Misalnya, pidatonya tentang invasi ke Polandia pada 1 September 1939.
  • Legitimasi Formal
    • Sesi Reichstag kadang-kadang diadakan untuk memberikan kesan bahwa kebijakan Nazi memiliki legitimasi konstitusional, meskipun sebenarnya keputusan diambil secara unilateral oleh Hitler.
  • Mobilisasi Massa
    • Acara-acara besar di gedung Reichstag dimanfaatkan untuk memobilisasi dukungan rakyat terhadap agenda Nazi, seperti kampanye anti-Semitisme dan militarisme.

Akhir Reichstag di Era Nazi

Selama Perang Dunia II (1939–1945), Reichstag semakin kehilangan relevansinya. Gedung Reichstag sendiri rusak parah akibat pengeboman Sekutu pada tahun 1945. Setelah kekalahan Jerman pada Mei 1945, Reichstag secara resmi dibubarkan bersamaan dengan runtuhnya rezim Nazi.

Pasca-perang, Jerman dibagi menjadi dua negara: Jerman Barat (Republik Federal Jerman) dan Jerman Timur (Republik Demokratik Jerman). Gedung Reichstag tetap berada di Jerman Timur dan tidak digunakan sebagai pusat pemerintahan hingga reunifikasi Jerman pada tahun 1990.

Warisan Historis

Relevansi Modern

Setelah reunifikasi Jerman, gedung Reichstag direnovasi dan kembali digunakan sebagai tempat pertemuan parlemen Jerman (Bundestag) mulai tahun 1999. Arsitektur modernnya dirancang oleh Sir Norman Foster, yang menggabungkan elemen historis dengan teknologi kontemporer.

Reichstag era Nazi sering dipelajari sebagai contoh bagaimana institusi demokratis dapat direduksi menjadi alat tirani jika tidak dilindungi dengan baik. Kasus ini juga menjadi peringatan tentang bahaya populisme dan manipulasi politik.

Referensi

  1. ^ Statistisches Reichsamt. Statistisches Jahrbuch für das Deutsche Reich Band 1941/1942. Berlin, Germany: 1943. Pp. 659.
  1. Evans, Richard J. The Coming of the Third Reich . Penguin Books, 2003.
  2. Shirer, William L. The Rise and Fall of the Third Reich . Simon & Schuster, 1960.
  3. Fest, Joachim C. Hitler: A Biography . Harcourt Brace Jovanovich, 1973.
  4. Kershaw, Ian. Hitler: 1889–1936: Hubris . W.W. Norton & Company, 1998.

 

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia