Nanti Agung, Tebat Karai, Kepahiang
SejarahDesa Nanti Agung adalah area bekas perkebunan jarak yang dibuka oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pada Tahun 1948 datanglah beberapa keluarga yang pindah dari Semidang Bukit Kabu. Perpindahan masyarakat Semidang Bukit Kabu wilayah ini disebabkan karena terjadinya konflik antara masyarakat dengan harimau. Konflik ini banyak menjatuhkan korban di pihak masyarakat dan memaksa masyarakat harus mengungsi ke tempat yang lebih aman dan jauh dari gangguan harimau. Pengungsian masyarakat Semidang ini tersebar di Kepahiang, dan juga sekaligus eksodus terbesar ke Tanah Rejang. Di samping menghindari konflik dengan Harimau mereka juga harus mencari tempat pemukiman untuk mencari nafkah untuk keluarga melalui pertanian dan perkebunan yang merupakan asal muasal perkembangan desa saat ini. Area bekas perkebunan jaraktersebut dijadikan tempat pengungsian yang aman yang kemudian dijadikan desa yang kemudian diberi nama Nanti Agung yang berarti Menanti Kejayaan. Kepala desa pertamanya pada saat itu bernama M. Sana Penggawo. DemografiNanti Agung memiliki penduduk sebesar 1017 jiwa. Mayoritas penduduknya berasal dari Suku Serawai dan Lembak. GeografiDesa ini memiliki luas 307 hektare dan memilii areal perkebunan yang luas, dengan tanaman utama berupa kopi, padi, dan sayur-sayuran. EkonomiSejumlah 650 jiwa berprofesi sebagai petani, 80 jiwa sebagai pedagang, 35 orang sebagai buruh dan sebagian kecil lainnya berasal dari profesi sebagai PNS, Pensiunan PNS, Polri, TNI, dan lain-lain. Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia