Julianus Sunarka
Mgr. Julianus Kema Sunarka, S.J. (25 Desember 1941 – 26 Juni 2020)[4] adalah Uskup Purwokerto yang menjabat dari 10 Mei 2000 sampai 29 Desember 2016.[5] Mgr. Sunarka dikenal sebagai pribadi yang sangat sederhana dan pandai melucu serta segar dalam menyampaikan ucapan-ucapannya.[6] Ia juga dikenal sebagai pribadi yang eksentrik, tetapi punya gaya pastoral yang benar-benar ciamik, bersemangat miskin, dan berpenampilan sangat sederhana.[7] Karena sudah berusia 75 tahun, Mgr. Sunarka pensiun dari jabatan Uskup Purwokerto pada tanggal 29 Desember 2016. Ia kemudian menghabiskan masa pensiunnya di Wisma Emmaus, Girisonta. KaryaSunarka menyelesaikan studi filsafat dan teologi di Belanda. Sunarka ditahbiskan menjadi Diakon pada tanggal 17 September 1975 dan imam pada tanggal 3 Desember 1975 di Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru, Yogyakarta. Pastor Sunarka dikenal cerdas dan piawai dalam urusan pengelolaan keuangan setelah menjadi Bendahara Keuskupan Agung Semarang pada kepemimpinan Kardinal Julius Darmaatmadja dan juga Bendahara Provinsi SJ Indonesia.[8] Ia terpilih menjadi Uskup Purwokerto pada tanggal 10 Mei 2000, untuk meneruskan kepemimpinan Mgr. Paschalis Soedita Hardjasoemarta, M.S.C. yang telah meninggal dunia. Ia ditahbiskan menjadi Uskup pada 8 September 2000, dengan Penahbis Utama adalah Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J., Uskup Agung Jakarta. Bertindak sebagai ko-konsekrator adalah Mgr. Alexander Soetandio Djajasiswaja, Uskup Bandung dan Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Semarang. Selama kepemimpinannya, ia memiliki impian besar akan banyak hal dalam upaya mewujudkan Keuskupan Purwokerto sebagai tanda hadirnya Kerajaan Allah di dunia.[6] Selama sepuluh tahun kurun waktu 1991–2001, Keuskupan Purwokerto hidup dalam arah pengguliran visi Gereja Misioner, yakni Gereja yang diutus Yesus Kristus untuk melaksanakan kerasulan memberikan kesaksian dan juga mewartakan kabar gembira.[9] Mgr. Sunarka sempat menjadi Anggota Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik untuk periode 1987–1990 dan 1990–1993.[10] Mgr. Sunarka resmi mengakhiri tugas sebagai Uskup Purwokerto pada 29 Desember 2016. Keuskupan Purwokerto kemudian mengalami masa takhta lowong (sede vacante) di mana tugas keuskupan diampu oleh Administrator Diosesan, R.D. Tarcisius Puryatno. Pada 14 Juli 2018, Takhta Suci menunjuk Christophorus Tri Harsono, Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor untuk meneruskan kepemimpinan di Purwokerto. Kehidupan pribadiMgr. Sunarka dikenal memiliki kemampuan lebih sebagai 'dukun' pencari lokasi sumber air, dengan telah diminta oleh berbagai kalangan untuk mencarikan tuk (sumber air).[11][12] Hal ini terkait juga dengan kegiatannya dalam bidang keparanormalan, termasuk dalam tulisannya berjudul "Kemampuan Paranormal sebagai Anugerah Kodrati dan secara Istimewa sebagai Anugerah Adikodrati".[13] Referensi
Pranala luar
|
Portal di Ensiklopedia Dunia