Penduduk kota ini berjumlah 183.691orang (sensus 2004) dan merupakan kota terbesar di Sahara Barat. Kebanyakan penduduknya adalah pemukim-pemukim Maroko yang pindah (atau dipindahkan) ke wilayah itu setelah Maroko menginvasi Sahara Barat pada tahun 1975, tetapi sebuah minoritas yang cukup besar adalah penduduk asli, orang Sahrawi.
"El Aaiún" adalah transliterasi dari nama dalam bahasa Arab yang digunakan sebagai nama Spanyol untuk kota ini, dan merupakan nama satu-satunya yang digunakan hingga invasi Maroko atas Sahara Barat. "Laâyoune" adaslah transliterasi bahasa Prancis yang digunakan dalam literatur Maroko. Nama yang pertama lebih disukai oleh orang-orang Sahrawi. Nama dalam bahasa Arab ini berarti "mata air" atau "mata".
Sebuah misi PBB di kota itu, MINURSO, mengadministrasi upaya gencatan senjata pada tahun 1991 antara Maroko dan Front Polisario yang telah melawan pendudukan Maroko sejak awal dan mengklaim Sahara Barat sebagai sebuah negara merdeka.
Pada musim semi 2005, demonstrasi oleh suku bangsa Sahrawi yang menuntut kemerdekaan dan pembebasan para tahanan politik mengguncangkan kota itu, dan kecenderungan untuk membuka wilayah yang tertutup itu tampaknya telah dipatahkan, dengan diusirnya sejumlah wartawan asing dan delegasi hak-hak asasi manusia.
Di daerah selatan dari Tindouf, Aljazair, ada sebuah kamp pengungsi Sahrawi yang dinamai El-Aaiun, sesuai dengan nama kota ini.
Geografi
Iklim
Laâyoune (El-Aaiún) memiliki iklim gurun, dimoderasi oleh Arus Teluk dengan suhu rata-rata tahunan 20 °C (68 °F).