Dinasti Sajiyah
Dinasti Sajiyah (bahasa Persia: ساجیان, juga dikenal sebagai Bani Saj) adalah sebuah dinasti Muslim Iran yang berkuasa dari 889/890 sampai 929. Sajiyah memerintah Azerbaijan dan bagian dari Armenia pertama dari Maragha dan Barda dan kemudian dari Ardabil.[1][a] Sajiyah berasal dari provinsi Asia Tengah Oshrusana dan merupakan keturunan Iran (Sogdia).[2][3][b] Muhammad bin Abi'l-Saj Diwdad, putra Diwdad, penguasa Sajiyah pertama di Azerbaijan, diangkat sebagai penguasanya pada tahun 889 atau 890. Ayah Muhammad, Abu'l-Saj Devdad, pernah bertempur di bawah pimpinan pangeran Oshrusanan Afsyin Khaidar selama kampanye terakhirnya melawan pemberontak Babak Khorramdin di Azerbaijan, dan kemudian mengabdi kepada para khalifah. Menjelang akhir abad kesepuluh, ketika otoritas pusat Kekhalifahan Abbasiyah melemah, Muhammad mampu membentuk negara yang hampir merdeka. Sebagian besar energi Sajiyah dihabiskan untuk mencoba menguasai negara tetangga Armenia. Dinasti tersebut berakhir dengan kematian Abu'l-Musafir al-Fath pada tahun 929. SejarahPada akhir abad kesembilan (898–900) koin-koin yang dinamai Muhammad bin Abu Saj dicetak. Muhammad bin Abu Saj berhasil menggabungkan sebagian besar Kaukasus Selatan ke dalam negara Sajiyah. Ibu kota pertama Sajiyah adalah Maragha meskipun mereka biasanya tinggal di Barda.[1][3][4] Yusuf bin Abi'l-Saj berkuasa pada tahun 901 dan merobohkan tembok Maragha dan memindahkan ibu kota ke Ardabil. Batas timur dinasti Sajiyah meluas ke pantai Laut Kaspia, dan batas barat ke kota Ani dan Dabil (Dvin). Hubungan Yusuf bin Abi'l-Saj dengan khalifah tidak baik. Pada tahun 908, pasukan khalifah dikirim untuk melawan Yusuf, tetapi al-Muqtafi meninggal dan penggantinya, al-Muqtadir, mengerahkan pasukan besar untuk melawan Yusuf nin Abi'l-Saj dan memaksanya membayar upeti sebesar 120 ribu dinar setahun. Abu'l-Hasan Ali bin al-Furat wazir al-Muqtadir, memainkan peran kunci dalam membangun perdamaian, dan sejak itu Yusuf bin Abi'l-Saj menganggapnya sebagai pelindungnya di Bagdad dan sering menyebutnya pada koin-koinnya. Perdamaian tersebut memperbolehkan Yusuf bin Abi'l-Saj untuk menerima pelantikan jabatan gubernur di Azerbaijan oleh khalifah pada tahun 909.[5][6][7] Setelah pemecatan (tahun 912) pelindungnya di Bagdad, wazir Ibnu al-Furat, Yusuf bin Abi'l-Saj menghentikan pembayaran pajak tahunan ke kas kekhalifahan.[8][4] ![]() Menurut sejarawan Azerbaijan Abbasgulu aga Bakikhanov, dari tahun 908–909 hingga 919, Sajiyah membuat Yazidi Shirvanshah bergantung pada mereka. Dengan demikian, pada awal abad kesepuluh, negara Sajiyah mencakup wilayah dari Zanjan di selatan hingga Derbent di utara, Laut Kaspia di timur, hingga kota Ani dan Dabil di barat, yang meliputi sebagian besar wilayah Azerbaijan saat ini.[8] Pada masa pemerintahan Yusuf bin Abi'l-Saj, para penyerang Rusia menyerang wilayah Sajiyah dari utara via Volga pada tahun 913–914. Yusuf bin Abu Saj memperbaiki tembok Derbent untuk memperkuat perbatasan utara negara tersebut. Ia juga membangun kembali bagian tembok yang runtuh di dalam laut.[9] Pada tahun 914, Yusuf bin Abi'l-Saj mengorganisasikan kampanye menuju Georgia. Tbilisi dipilih sebagai pusat operasi militer. Ia pertama kali menduduki Kakheti dan merebut benteng Ujarma dan Bochorma, dan kembali setelah merebut beberapa wilayah.[10][4] Setelah kematian Yusuf bin Abu Saj, penguasa terakhir dinasti Sajiyah, Fath bin Muhammad bin Abi 'l-Saj, diracun di Ardabil oleh salah seorang budaknya, yang mengakhiri dinasti Sajiyah dan memungkinkan perluasan dinasti Sallariyah ke Azerbaijan pada tahun 941.[4][10] Kronologi
Catatan
Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia