Budaya pengenyahanBudaya pengenyahan, budaya penolakan, atau boikot massal (bahasa Inggris: cancel culture, call-out culture) adalah sebuah bentuk ostrakisme modern di mana seseorang dikeluarkan dari lingkaran sosial atau profesional baik secara daring di media sosial, di dunia nyata, atau keduanya. Mereka yang menjadi subjek pada ostrakisme ini dianggap "dienyahkan".[1] Merriam-Webster, dalam mendiskusikan sejarah istilah ini, mencatat bahwa cancel (secara harfiah bermakna "batal"), seperti yang digunakan dalam istilah ini berarti "berhenti memberi dukungan kepada orang itu,"[2] sementara Dictionary.com, dalam kamus budaya populernya, mendefinisikan cancel culture sebagai "menarik (mengenyahkan) dukungan untuk figur publik dan perusahaan setelah mereka melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap tidak pantas atau menyinggung".[3] Ungkapan "cancel culture" sebagian besar berkonotasi negatif dan biasanya digunakan dalam debat tentang kebebasan berbicara dan penyensoran. Gagasan cancel culture adalah variasi dari istilah call-out culture dan merupakan bentuk boikot yang melibatkan individu (biasanya selebritas) yang dianggap telah bertindak atau berbicara dengan cara - cara yang tidak dapat diterima atau kontroversial.[2][4][5][6][7] Bagi mereka yang menjadi subjek budaya pengenyahan, konsekuensinya dapat mengakibatkan perlakuan dikucilkan, diboikot, dijauhi, dipecat atau diserang hingga hilangnya reputasi dan pendapatan yang sulit untuk dipulihkan.[8] ReaksiUngkapan "budaya pengenyahan" atau "cancel culture" sebagian besar berkonotasi negatif dan biasanya digunakan dalam perdebatan tentang kebebasan berbicara dan penyensoran.[9][10] Mantan Presiden AS Barack Obama memperingatkan budaya pengenyahan di media sosial dengan mengatakan "Orang yang melakukan hal-hal yang benar-benar baik juga memiliki kekurangan. Orang yang Anda lawan mungkin mencintai anak-anak mereka dan, anda tahu, membagikan hal-hal tertentu dengan Anda."[11] Sementara Donald Trump mengkritik budaya pengenyahan dalam pidatonya pada Juli 2020, membandingkannya dengan totalitarianisme dan mengklaim hal ini sebagai senjata politik yang digunakan untuk menghukum dan mempermalukan para pembangkang dengan mengusir mereka dari pekerjaan dan menuntut kepatuhan.[12] Asal MuasalJika disimak kembali, ada sebuah album dari sebuah kelompok musik bernama Chic pada tahun1981bertajuk Take it off yang di dalamnya terdapat sebuah lagu berjudul "Your Love Is Cancelled". Lagu ini dianggap menyejajarkan perpisahan dengan pembatalan sebuah acara televisi. Ditulis oleh Nile Rodgers yang mengalami pengalaman buruk saat berkencan dengan seorang perempuan yang memanfaatkan ketenaran Nile demi keuntungan si pacar. Lagu Your Love is cancelled juga menginspirasi seorang penulis skenario bernama Barry Michael Cooper untuk memasukkan peran seorang perempuan yang ditolak alih-alih dibatalkan dalam sebuah film di tahun 1991 yang berjudul New Jack City Opini publik AmerikaJajak pendapat daftar pemilih tetap Amerika Serikat yang dilakukan pada Juli 2020 menunjukkan bahwa budaya pengenyahan, yang didefinisikan sebagai "praktik menarik (atau mengenyahkan) dukungan untuk figur publik dan perusahaan setelah mereka melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap tidak pantas atau menyinggung", adalah hal yang umum: 40% responden mengatakan mereka telah menarik dukungan dari figur publik dan perusahaan, termasuk di media sosial, karena mereka telah melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap tidak pantas atau menyinggung, 8% pernah terlibat dalam hal ini. Perilaku berbeda menurut usia, dengan mayoritas (55%) pemilih berusia 18 hingga 34 tahun mengatakan bahwa mereka telah turut serta dalam budaya pengenyahan, sementara hanya sekitar sepertiga (32%) pemilih di atas 65 tahun mengatakan mereka telah bergabung dengan pile-on di media sosial.[13] Sikap terhadap praktik ini beragam, dengan 44% responden menyatakan tidak setuju dengan budaya pengenyahan, 32% menyatakan setuju, dan 24% yang tidak tahu atau tidak memiliki pendapat. Selain itu, 46% percaya budaya pengenyahan telah bertindak terlalu jauh (keterlaluan), dengan hanya 10% yang menganggapnya belum keterlaluan. Namun, mayoritas (53%) percaya bahwa orang harus bersiap dengan konsekuensi sosial jika mengungkapkan pendapat yang tidak populer pada publik, terutama yang dapat dianggap sangat menyinggung orang lain.[14] ContohNick Buckley, pendiri dan CEO dari organisasi amal Mancunian Way, mengajukan petisi untuk menentang dan akhirnya dipecat karena mengkritik gerakan Black Lives Matter, sebelum akhirnya dipekerjakan kembali lima minggu kemudian.[15] Olivia Pierson, seorang blogger dan penulis Selandia Baru sayap kanan, mengklaim bahwa dia adalah korban dari "cancel culture" setelah pengecer Mighty Ape menghapus bukunya Western Values Defended: A Primer sebagai tanggapan atas tweetnya yang mengejek tatto wajah Menteri Luar Negeri yang baru ditunjuk Nanaia Mahuta. Rekan bloggernya Cameron Slater mengklaim Mighty Ape munafik karena membiarkan buku yang diterbitkan oleh Oswald Mosley dan Joseph Goebbels.[16] Dalam budaya populerSerial televisi animasi Amerika South Park meledek budaya pengenyahan dengan kampanye "#CancelSouthPark"-nya sendiri dalam promosi musim kedua puluh dua acara tersebut.[17][18][19][20] Dalam episode ketiga musim ini, "The Problem with a Poo", ada referensi ke film dokumenter The Problem with Apu, "pengenyahan" Roseanne setelah tweet kontroversial oleh aktris eponim dari acara itu, dan sidang konfirmasi dari Hakim Agung Brett Kavanaugh.[21][22] Baik Dixie Chicks dan Bill Maher mengklaim mereka adalah korban budaya pengenyahan. Pada tahun 2019, budaya pengenyahan ditampilkan sebagai tema utama dalam acara komedi stand-up Sticks & Stones oleh Dave Chappelle[23] dan Paper Tiger oleh Bill Burr.[24] Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia