Bahasa Sunda Indramayu
Bahasa Sunda Indramayu atau bahasa Sunda dialek Indramayu[6] atau bahasa Sunda Parean-Lelea adalah sebutan untuk varian bahasa Sunda yang secara lokal dikenal sebagai basa Sunda Léa atau basa Sunda Léléa[7] di Kecamatan Lelea, dan basa Sunda Paréan[8] di Kecamatan Kandanghaur di wilayah Kabupaten Indramayu. Secara fonologis, dialek yang dituturkan di daerah-daerah tersebut termasuk ke dalam jenis dialek bahasa Sunda non-h, sehingga dalam kosakatanya, sebagian besar bunyi konsonan /h/ tidak direalisasikan di segala posisi, selain konsonan /h/, dialek ini juga secara alamiah tidak memiliki bunyi vokal /eu/ seperti halnya dialek bahasa Sunda pada umumnya. Dialek ini dianggap sebagai fase bahasa Sunda lama karena kosakatanya terbilang arkais atau masih mempertahankan bentuk-bentuk leksikal dari bahasa pendahulunya, yakni bahasa Sunda Kuno.[9][10] Asal-usulMenurut sebuah hipotesis, asal-usul penduduk asli Indramayu berasal dari lembah pegunungan Ceremai yang membentang hingga ke wilayah Tasikmalaya. Jika hipotesis atau dugaan ini terbukti benar maka dapat dipastikan bahwa pribumi asli Indramayu adalah orang Sunda yang berbudaya serta berbahasa Sunda dan telah menempati wilayah tersebut selama berabad-abad.[11] Dalam Naskah Wangsakerta, disebutkan bahwa di wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Kabupaten Indramayu pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Kerajaan Manukrawa pada abad ke-5 yang lokasinya berada di sekitar hilir sungai Cimanuk, selanjutnya pada abad ke-9 wilayah Indramayu menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang. Sejak abad ke-12 Sumedang Larang menjadi vasal Kerajaan Pajajaran, sehingga otomatis Indramayu menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Galuh/Pajajaran. Pada awal berdirinya, wilayah Kerajaan Sumedang Larang sendiri mencakup Sumedang (wilayah inti), Karawang, Ciasem, Pamanukan, Indramayu, Sukapura, Bandung, dan Parakanmuncang, meskipun pada akhirnya sebagian dari wilayah-wilayah ini melepaskan diri dari pengaruh Sumedang Larang.[12] Dengan dikuasainya wilayah Indramayu sebelah utara seperti Kandanghaur, Lelea, dan Haurgeulis oleh kerajaan Sumedang Larang, membuat kultur di wilayah tersebut masih bertahan pada kultur Sunda yang melekat hingga sekarang termasuk dalam hal bahasa yang dituturkan.[13][14] Berlandaskan asal-usul penduduk Indramayu, dapatlah dikemukakan bahwa penutur jati bahasa di Indramayu pada awalnya adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda yang digunakan di Indramayu membentuk bahasa Sunda dialek Indramayu atau yang sering dikenal dengan sebutan Sunda Parean atau Sunda Lea.[15] Letak persebaran geografisBahasa Sunda di Kabupaten Indramayu umumnya dituturkan di wilayah kecamatan Lelea, tepatnya di desa Lelea dan Tamansari serta di wilayah desa Parean Girang, Ilir, dan Bulak di kecamatan Kandanghaur.[16][17] Selain dituturkan di wilayah-wilayah di atas, bahasa Sunda di Kabupaten Indramayu juga dituturkan di wilayah desa Cikawung (Cikamurang), kecamatan Terisi,[18] beberapa desa di kecamatan Gantar, Cikedung, dan Haurgeulis, serta di desa Mangunjaya, kecamatan Anjatan.[19] Namun, dialek bahasa Sunda yang dituturkan di wilayah terakhir kurang lebih sama dengan bahasa Sunda Priangan yang digolongkan sebagai fase bahasa Sunda baru. Dalam artikel ini, penjabaran mengenai bahasa Sunda di Kabupaten Indramayu akan lebih banyak membahas tentang dialek non-h mulai dari fungsi hingga contoh penggunaan serta perbandingannya dengan bahasa Sunda baku. Klasifikasi dan kekerabatanDalam rumpun bahasa Sunda, bahasa Sunda dialek Indramayu digolongkan sebagai bagian dari bahasa Sunda Cirebon atau dialek Sunda Timur-Laut,[20] walaupun kosakatanya tergolong divergen bila dibandingkan dengan kerabat-kerabat terdekatnya seperti bahasa Sunda Majalengka (dialek Tengah-Timur), bahasa Sunda Kuningan, dan bahasa Sunda Brebes. Bahasa Sunda Cirebon sendiri lingkup penggunaannya meliputi wilayah bekas Keresidenan Cirebon, yaitu Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan yang sering diakronimkan sebagai Ciayumajakuning.[21] Daerah penggunaan dialek Indramayu merupakan enklave dari bahasa Sunda Cirebon karena letak persebarannya cukup jauh dari wilayah penggunaan bahasa Sunda Cirebon lainnya.[22] Beberapa jenis kata pada dialek Indramayu ada yang menunjukkan persamaan dengan bahasa Sunda di daerah Banten.[10] PenggunaanDi Kecamatan Lelea, dialek yang secara lokal disebut sebagai bahasa Sunda Lelea digunakan dalam berbagai aktivitas, khususnya dalam setiap upacara adat,[23] contohnya pada acara tradisi Ngarot di desa Lelea yang merupakan sebuah upacara adat untuk menyambut musim tanam di daerah agraris. Kegiatannya berupa prosesi iring-iringan pemuda dan pemudi yang dihiasi dengan berbagai macam pakaian menuju balai desa.[24] Seluruh rangkaian acara mulai dari penyambutan, pembacaan sejarah tradisi, hingga ke acara inti selalu menggunakan bahasa Sunda Lelea.[25] Contoh penggunaan bahasa Sunda Lelea adalah pada bagian penyampaian Petuah Kekolot Léléa (Petuah Tetua Lelea) yang disampaikan oleh kepala desa Lelea sebagai berikut:[1]
Terjemahan bebas dari teks di atas dalam bahasa Sunda baku dan Indonesia adalah:[26]
Selain digunakan dalam kegiatan formal, bahasa Sunda Lelea juga digunakan dalam kegiatan nonformal seperti pengajian, khutbah Jumat, kenduri, dan lain sebagainya.[27] Bahkan dalam kegiatan pendidikan pun bahasa Sunda Lelea digunakan sebagai bahasa pengantar pelajaran.[28] Pengguna bahasa Sunda dialek Indramayu di Kecamatan Kandanghaur (bahasa Sunda Parean) sebagian besar berprofesi sebagai nelayan karena letak geografis tempat tinggal mereka yang dekat dengan laut, sehingga membuat sebagian masyarakat Sunda yang ada di sana memilih menjadi nelayan sebagai mata pencaharian mereka,[8] selain itu, karena profesi tersebut yang memungkinkan mereka untuk bertemu dengan masyarakat lainnya yang berbeda bahasa menyebabkan mereka rata-rata bisa menguasai 2-3 bahasa sekaligus (memiliki kemampuan bilingual atau trilingual).[29][30][31] FonologiDalam hal fonologi, dialek Indramayu secara gamblang mempunyai perbedaan yang cukup mencolok bila dibandingkan dengan bahasa Sunda baku. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, jika dalam bahasa Sunda baku fonem /h/ dan /eu/ direalisasikan di segala posisi, maka secara alami dialek ini tidak merealisasikan kedua fonem tersebut,[c] yang menyebabkan, bila dalam bahasa Sunda baku terdapat 25 fonem berupa 18 fonem konsonan dan 7 fonem vokal, maka dalam dialek ini, fonem konsonannya hanya ada 17 dan fonem vokalnya ada 6, sehingga, jumlah seluruh fonemnya ada 23. Pelambang fonem dalam contoh-contoh yang ada di bagian fonologi ini menggunakan Ejaan Bahasa Sunda, huruf é (e dengan tanda petik di atas) melambangkan e (pelafalan dalam bahasa Indonesia: [ɛ] atau [e]) seperti pada kata merah atau boleh. VokalFonem vokal dalam dialek Indramayu yang berjumlah sebanyak 6 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Fonem /eu/ yang umum dijumpai dalam bahasa Sunda baku dan dialek-dialek lainnya tidak digunakan dalam dialek ini. Kosakata yang memiliki fonem /eu/ dalam bahasa Sunda baku akan digantikan dengan fonem /ə/ atau /u/ atau bahkan /i/. Contohnya pada kata eusi 'isi' menjadi esi, heubeul 'dahulu', 'lama' menjadi ubul, geus 'sudah' menjadi gis. Akhiran -keun '-kan' dalam bahasa Sunda baku juga berubah menjadi -ken atau -kun dalam dialek ini.[32] Pola pembangunan kata dalam dialek Indramayu berjenis fonotaktik o-u, ini berbeda dengan bahasa Sunda baku yang memiliki fonotaktik i-u, sehingga, beberapa kosakata dalam bahasa Sunda baku seperti ditu ‘sana’, incu ‘cucu’, tilu ‘tiga’, lintuh ‘gemuk’, mintul ‘tumpul’, dan diuk ‘duduk’ akan berubah menjadi dotu ‘sana’, oncu ‘cucu’, tolu ‘tiga’, lontuh ‘gemuk’, montul ‘tumpul’, dan douk ‘duduk’ dalam dialek Indramayu.[10] Fonem vokalTabel berikut menunjukkan fonem vokal di posisi awal, tengah, dan akhir.[33]
KonsonanTerdapat sebanyak 17 fonem konsonan dalam dialek Indramayu yang dapat dijabarkan dalam tabel di bawah ini.
Hilangnya fonem h dalam dialek Indramayu merupakan inovasi internal yang terjadi di wilayah Kandanghaur dan Lelea. Ketiadaan fonem h dalam dialek Indramayu menyebabkan dialek ini tidak merealisasikan fonem /h/ di segala posisi (initial, medial, dan final kata). Bunyi [h] dalam bahasa Sunda baku bervariasi dengan bunyi [Ø] atau [ʔ] (hamzah) dalam dialek ini, misalnya di posisi initial seperti [untuʔ] ‘gigi’; [ɛd͡ʒo] 'hijau'; [idɨŋ] 'hitam'; [ud͡ʒan] ‘hujan’, dan sebagainya, di posisi medial seperti pada bentuk: [saʔa] 'siapa’, [poʔo] lupa’, [kumaʔa] 'bagaimana’, dan sebagainya, dan di posisi final seperti pada bentuk [labuʔ] ‘jatuh’, [d͡ʒauʔ] ‘jauh’, [utaʔ] ‘muntah’.[38] Fonem konsonanTabel berikut memaparkan fonem konsonan posisi awal, tengah, dan akhir.[39]
Selain perbedaan di atas, di bawah ini dituliskan beberapa perbedaan lain sistem bunyi antara dialek Indramayu dengan bahasa Sunda baku.[42][43]
MorfologiMorfologi atau ilmu tata kata dalam dialek Indramayu tidak jauh berbeda dengan bahasa Sunda baku, tetapi dalam beberapa kasus, dialek ini memiliki beberapa kekhasannya tersendiri terutama dalam hal afiksasi. Beberapa contohnya dijabarkan di bawah ini. SufiksasiAda beberapa sufiks yang hanya ditemui dalam dialek Indramayu, yaitu sufiks -é seperti asalé 'asalnya', -né seperti artiné 'artinya', yang berdampingan dengan sufiks -na seperti dalam bahasa Sunda baku, kemudian ada juga sufiks -a seperti pada kata ngaputa 'menjahit'. Dalam bahasa Sunda baku, sufiks -na '-nya' yang menunjukkan kepemilikan orang ketiga memiliki satu bentuk yaitu -na saja, seperti pada contoh kata bajuna 'bajunya' dan sababna 'karenanya', tetapi dalam dialek Indramayu, variasi sufiks ini mencakup -na bila huruf terakhir dalam kosakata tersebut berupa vokal, dan menjadi sufiks -a bila huruf terakhir kosakata tersebut berupa konsonan, seperti contohnya bajuna 'bajunya' dan sebaba 'karenanya'.[46][47] Selain itu, sufiks -un dalam dialek Indramayu terkadang memiliki fungsi gramatikal yang mirip dengan sufiks -keun dalam bahasa Sunda baku, seperti ngarosulun 'merasulkan' dalam dialek Indramayu yang berpadanan dengan ngarosulkeun dalam bahasa Sunda baku.[46] SimulfiksasiSimulfiksasi ialah penambahan prefiks dan sufiks, yaitu afiks yang ditambahkan pada awal dan akhir suku kata. Dalam dialek Indramayu, prefiks pa- (berfungsi sebagai pemberi ciri pada kata keterangan yang 'menyendiri' sehingga dapat diperlakukan sebagai subjek)[48] dan ba- (berfungsi sebagai pemberi tanda pada kata yang dilekatinya sebagai kata keterangan, sifat, keadaan, atau gerak)[49] kadang-kadang berubah menjadi pe- dan be-, seperti pegunungan (bahasa Sunda baku: pagunungan) 'pegunungan' dan betempuran (bahasa Sunda baku: batempuran) 'bertempuran'.[50] NasaliasiNasalisasi pada dialek Indramayu sama dengan nasalisasi yang ada di bahasa Sunda baku. Jika dalam bahasa Sunda baku nasalisasi biasanya berfungsi untuk mengubah kelas kata nomina menjadi verba atau membentuk kalimat aktif, dalam dialek Indramayu, karena ada gejala penghilangan fonem /h/, ada kata dasar yang mengalami nasalisasi seperti pada kata héés 'tidur' dalam bahasa Sunda baku, dalam nasalisasinya berupa éés → ngéés 'tidur'.[51] Contoh
TeksPenelitian tentang penggunaan dialek Indramayu sudah beberapa kali dilakukan oleh para ahli bahasa,[54] seperti contohnya yang pernah dilakukan secara parsial oleh Abdurrachman, Oyon Sofyan Umsari dan Ruswandi Zarkasih yang disajikan dalam buku yang berjudul Struktur Bahasa Sunda Dialek Cirebon yang diterbitkan pada tahun 1985.[55] Dalam buku tersebut, ada transkripsi rekaman cerita berupa percakapan beserta terjemahannya dari seorang informan penutur dialek Indramayu yang berlokasi di Kecamatan Lelea,[56] di bawah ini akan disajikan sebagian kutipan transkripsi rekaman tersebut untuk memberikan gambaran bagaimana karakteristik dialek Indramayu. Ejaan dalam buku tersebut telah disesuikan dengan ejaan bahasa Sunda yang digunakan dalam artikel ini. Teks asli[57]
Terjemahan[58]
LeksikologiSebuah penelitian lain mengenai dialek Indramayu yang pernah dilakukan di Kecamatan Kandanghaur (secara lokal dialek ini dikenal sebagai bahasa Sunda Parean), menyajikan data dari berbagai informan berupa kosakata-kosakata khas beserta variasi pemakaiannya yang digunakan di wilayah tersebut.[59] Variasi bahasa Sunda akan dijabarkan ke dalam beberapa bidang makna yang meliputi: bagian tubuh, kata ganti dan salam; istilah kekerabatan; bagian rumah; waktu, kondisi alam, dan arah; pakaian, dan perhiasan; serta aroma dan rasa. Di bawah ini akan dijabarkan secara lengkap variasi pemakaian bahasa Sunda Parean di Kecamatan Kandanghaur berdasarkan aspek kebahasaan yang meliputi fonologi, morfologi, dan leksikal.[60][59][61][62][62][63][64][64] Istilah bagian tubuh
Pronomina dan Salam
Istilah kekerabatan
Istilah lain tentang keluarga dalam dialek Indramayu di antaranya yaitu:
Istilah panotog untuk menyatakan istri atau panotog aing untuk menyatakan istri saya adalah bentuk eufimisme (penghalusan bahasa) yang menggantikan istilah éwé karena istilah tersebut sekarang dinilai tabu oleh beberapa penutur dialek bahasa Sunda lainnya karena dianggap berkonotasi negatif meskipun kosakata éwé sendiri telah lama muncul dalam bahasa Sunda Kuno. Bagian-bagian rumah
Waktu, Kondisi alam, dan arah
Pakaian dan perhiasan
Rasa dan aroma
Di bawah ini adalah tabel yang berisi nomor kardinal dan nomor ordinal dalam dialek Indramayu beserta padanannya dalam bahasa Sunda baku dan bahasa Indonesia.[65]
Lihat pula
RujukanKeterangan
Catatan kaki
Daftar pustaka
Bacaan lanjutan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Indramayu Sundanese language. Lihat Lampiran:Daftar Swadesh bahasa Sunda Indramayu di Wiktionary, kamus gratis. Bahasa Sunda Indramayu
Bahasa Sunda Umum
|
Portal di Ensiklopedia Dunia