MisiologiMisiologi,atau ilmu pengetahuan misi, adalah wilayah lingkup teologi yang mempelajari mandat, pesan dan karya misionaris Kristen. Misiologi adalah refleksi multi-disipliner dan cross-cultural pada semua aspek penyebaran agama Kristen, meliputi teologi, antropologi, sejarah, geografi, teori dan metode komunikasi dan metodologi. Ilmu pengetahuan misi mempelajari akibat positif dan negatif dan strategi penyebaran Kristen. Misiologi juga mempelajari dampak evangelisasi dan amal. Salah satu tujuan misiologi adalah memisahkan antara praktik yang penting untuk Kristen dan praktik Kristen yang dapat bervariasi di antara komunitas-komunitas namun masih menyatakan kepercayaannya pada agama Kristen. SejarahTheologi Kristen dikembangkan selama beberapa abad, dimulai pada abad ke-dua dan berlanjut sampai sekarang. Misiologi sebagai sebuah disiplin theologia terlihat pada masa Kristen, hanya pada abad ke-19. Adalah misionaris Scottish, Alexander Duff, yang kali pertama mengembangkan sebuah sistematika teori misi dan ditetapkan pada tahun 1867 sebagai ketua baru dari Theologi Penginjilan di Edinburgh.[1] Ketua misiologi pertama berakhir setelah keluarnya Duff, tapi landasan sudah diletakkan. Beberapa tahun kemudian, theolog lain, diakui sebagai pendiri misiologi dengan memegang disiplin dalam dirinya sendiri.[2] Gustav Warneck mendirikan Allgemeine Missions Zeitschrift, sebuah perioda mula-mula pengetahuan misionaris, tahun 1874. Pada tahun 1897, dia ditetapkan sebagai ketua misionaris di The University of Halle, Jerman. Tiga bidang pekerjaannya dalam teori misi Protestan dan resetnya dalam sejarah misionaris protestan melahirkan kekuatan disiplin yang luar biasa. Terpengaruh oleh karya Warneck, sejarawan gereja Katolik Joseph Schmidlin mulai mengajar misiologi sejak tahun 1910 di University of Munster dan ditetapkan sebagai Ketua Misiologi Katolik di perguruan tinggi yang sama, tahun 1914.[3] Cakupan pembelajaran
Dengan cara ini, misiologi menjadi disiplin theologi Kristen yang terinteraksi dengan beberapa disiplin ilmu, antara lain antropologi, sejarah, geografi, teori komunikasi, perbandingan agama, ilmu sosial, pendidikan, psikologi, hubungan antarmat beragama, dan lain-lain. Inti dari disiplin baru terdapat pada pengajaran gereja: "Inherent in the discipline is the study of the nature of God, the created world, and the Church, as well as the interaction among these three."[4] Dan pada saat yang sama ajaran Kristen perlu untuk menggambarkan bukti dari berbagai ilmu-ilmu lain sehingga melalui disiplin misiologi, misionaris memperoleh pemahaman yang lebih baik dari berbagai cara lain pengajaran dan menerima Injil oleh orang-orang dari dunia. DefinisiCakupan luas dari studi disiplin misiologi membuat bagi para missiologis untuk menyepakati definisi terpadu bagaimana semestinya misiologi. Sebuah pendekatan dilakukan untuk merefleksikan bahwa misi dan kemudian menetapkan cara bagaimana misi terjelaskan secara theologikal: “Mission is the participation of the people of God in God’s action in the world. The theological and critical reflection about mission is called missiology”[5] Referensi
Pranala luar |