PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia (IDX: AKSI) yang bergerak sebagai perusahaan investasi, terutama di anak usaha yang bergerak dalam bisnis transportasi pertambangan batu bara dan mineral. Berkantor pusat di Treasury Tower, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan,[2] perusahaan ini telah beberapa kali mengganti nama dan bidang usaha yang digelutinya.
Manajemen
- Komisaris Utama: Rosmaria Parlindungan
- Komisaris Independen: Sumarwoto
- Direktur Utama: Doddy Hermawan
- Direktur Independen: William[3]
Kepemilikan
- PT Batulicin Enam Sembilan Transportasi: 92,46%
- Publik: 7,54%[4]
Anak usaha
- PT Rezki Batulicin Transportasi. Didirikan pada 11 Juli 2011, kantor pusatnya berlokasi di Jl. Raya Batulicin, Batulicin, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. PT Rezki melayani pengangkutan batu bara dari beberapa perusahaan tambang, diantaranya dari PT Borneo Indobara, PT Tanah Bumbu Resources, PT Saraba Kawa dan beberapa perusahaan pertambangan lainnya dengan 225 karyawan.[2]
Sejarah
Perusahaan efek
PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk didirikan pada 12 Februari 1990[2] dengan nama PT Asia Kapitalindo, dan pada 24 Oktober 1994 berganti nama menjadi PT Asia Kapitalindo Securities (disingkat Asia Securities).[5] Sesuai namanya, Asia Kapitalindo merupakan perusahaan efek yang bergerak di bidang perantara pedagang efek, penjamin emisi efek dan manajer investasi, dengan titik fokus pada perdagangan portofolio efek, khususnya commercial paper, promissory notes, medium term notes, obligasi maupun efek-efek lainnya.[6] Perusahaan juga menawarkan produk-produk seperti reksadana ke masyarakat,[7] dan memiliki sejumlah saham di sejumlah perusahaan publik.[8][9] Perusahaan ini memiliki beberapa afiliasi, seperti PT Asia Kapitalindo Finance,[10] PT Asia Kapitalindo Komoditi Berjangka,[11] dan PT Asia Kapitalindo Lelang Mandiri yang kesemuanya bergerak dalam bisnis keuangan. Perusahaan yang saat itu dimiliki Jagegopal Hutapea dan Eddie Wibowo ini,[12] mulai 13 Juli 2001 telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sebagai perusahaan publik, dengan melepas 165 juta sahamnya seharga Rp 200/lembar saham.[13] Kode emiten AKSI berasal dari singkatan Asia Kapitalindo Securities.
Mulai 19 Mei 2010, perusahaan telah menyandang nama baru sebagai PT Majapahit Securities Tbk,[14][15] dan pada 20 September 2010, perusahaan mengembalikan izin manajer investasi yang dimilikinya ke Bapepam-LK. Tidak dijelaskan apa tujuan dari perubahan nama ini, walaupun logo Majapahit Securities sebenarnya hanya memodifikasi logo lama Asia Kapitalindo.[16] Beberapa tahun kemudian, pada 8 Januari 2014, Majapahit Securities membentuk sebuah anak usaha baru, yaitu PT Nusadana Securities yang direncanakan menangani bisnis sekuritas perusahaan ini, dan Majapahit nantinya akan berubah sebagai perusahaan perdagangan dan investasi. Sejalan dengan rencana itu, izin perusahaan dan keanggotaan perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah dicabut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada November 2014. Akibat hal ini juga, perdagangan sahamnya sempat dihentikan.[17][18]
Perusahaan investasi
Perusahaan lalu mengalihkan bisnisnya ke jasa konsultasi manajemen yang izinnya didapat pada 8 Oktober 2015. Sebelumnya, nama perusahaan sejak 28 Juli 2015 telah berganti menjadi PT Majapahit Inti Corpora Tbk. Bisnisnya adalah sebagai perusahaan induk dari Nusadana Securities.[17] Tidak lama kemudian, pada 2017, perusahaan mengalami perubahan kepemilikan dan bidang usaha. Dimulai pada 15 Juni 2017, Majapahit melepas anak usahanya, Nusadana Inti Investama (d/h Nusadana Securities)[19] dan mengakuisisi 99,5% saham PT Rezki Batulicin Transport (sebuah perusahaan transportasi batu bara), dan pemilik lamanya (PT Asia Sukses Mandiri) melepas seluruh sahamnya di PT Majapahit Inti Corpora Tbk kepada PT Batulicin Enam Sembilan Transportasi pada 7 Juli 2017,[20] yang semuanya sekitar 57,8%.[21] Maka, kemudian bisa dikatakan bahwa PT Rezki, perusahaan milik keluarga Maming dari Batulicin, Kalimantan Selatan, berhasil melakukan backdoor listing.[22] Melalui tender offer, kemudian kepemilikan PT Batulicin naik menjadi 98,5%,[23] meskipun kemudian dikurangi (dilepas ke publik) untuk memenuhi aturan BEI. Dengan akuisisi ini diharapkan pendapatan perusahaan pada 2018 naik 20% menjadi Rp 180 miliar.[24]
Walaupun demikian, baru pada 23 Desember 2019, nama perusahaan berganti menjadi PT Maming Enam Sembilan Mineral Tbk menyesuaikan pemilik barunya.[25] Pada tahun 2020, pendapatan perusahaan mencapai Rp 520 miliar dan keuntungan mencapai Rp 3 miliar.[2] Tidak lama setelah itu, perusahaan beraset Rp 275 miliar pada 2021 ini mengganti namanya kembali menjadi PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk sejak 30 Desember 2021.[26]
Rujukan
Pranala luar