Mbah Moedjair atau Pak Mujair yang bernama asli Iwan Dalauk (lahir 1890 – meninggal 7 September 1957).
Riwayat hidup
Mbah Moedjair lahir di Desa Kuningan dekat kota Blitar.
Nama ayahnya adalah Bayan Isman dan nama ibunya adalah Rubiyah, Mbah Moedjair meninggal tahun 1957 karena sakit asma, dan dikuburkan di Blitar.
Kisah penemuan
Mbah Moedjair menemukan ikan mujair ketika sedang menangkap ikan di muara Sungai Serang selatan Blitar tanggal 25 Maret 1936.
Beliau pada pertama kali menemukan ikan tersebut merasa tertarik akan kebiasaan induk ikan "menelan" anak-anaknya ketika ada bahaya dan memuntahkannya ketika sudah aman, sehingga dia berniat untuk memeliharanya.
Usaha budidaya
Usaha budidaya yang dilakukan Mbah Moedjair adalah dia berhasil mengubah habitat ikan mujair yang tadinya biasa hidup di air asin menjadi bisa hidup di kolam air tawar sehingga mudah dipelihara. Keberhasilan percobaan Mbah Mujair adalah setelah 11 kali percobaan dengan cara sedikit demi sedikit menurunkan kadar campuran air asin dalam gentong pemeliharaan. Pada hasil percobaan yang ke 11 itulah Mbah Moedjair berhasil mendapatkan 4 ekor ikan yang benar-benar bisa bertahan hidup di air tawar dan bisa dikembang-biakan. Hasil perkembang-biakan itulah kemudian disebar ke tetangganya dan juga sebagian dijual.
Dari hasil 4 ekor ikan hasil budidaya Mbah Moedjair itulah sekarang ikan mujair menjadi ikan yang populer dan cukup banyak ditemukan di kolam, telaga, sungai, dan danau di Indonesia.
Penghargaan
Salahsatu penghargaan atas usaha Mbah Moedjair adalah pemberian nama Moedjair pada ikan yang ditemukannya dari Pemeritahan Hindia Belanda melalui asisten residentKediri yang tertarik dengan usaha Mbah Moedjair.
Penghargaan dari Pemerintahan Republik Indonesia adalah dari Kementerian Pertanian tahun 1951 dan Penghargaan Internasional diterima dari Konsul Komite Perikanan Indo Pasifik tahun 1953.