Maulwi Saelan
Maulwi Saelan (8 Agustus 1926 – 10 Oktober 2016)[1] adalah seorang tentara Indonesia, pengurus sepak bola, dan penjaga gawang legendaris yang berlaga dalam turnamen putra di Olimpiade Musim Panas 1956.[2][3] Ia juga seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia juga pernah menjadi ajudan pribadi Presiden Soekarno. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pendiri Taman Siswa di Makassar.[4] Riwayat hidupMaulwi Saelan lahir pada tanggal 8 Agustus 1926 di Afdeeling Makassar, Celebes, Hindia Belanda. Dia adalah putra dari Amin Saelan, seorang tokoh nasional Indonesia yang mendirikan Taman Siswa di Makassar.[5] Ia bergabung dengan tim nasional sepak bola Indonesia antara tahun 1954 dan 1958 dan berkontribusi besar terhadap keberhasilan bangsa Indonesia mencapai empat besar Pesta Olahraga Asia 1954 dan memenangkan medali perunggu di Pesta Olahraga Asia 1958.[6] Salah satu penampilan heroik Maulwi adalah saat Indonesia menghadapi Uni Soviet pada 29 November 1956 di Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne. Indonesia saat itu berhasil menahan imbang Uni Soviet yang merupakan salah satu tim terkuat di Eropa dan dunia dengan skor imbang tanpa gol. Maulwi berjuang keras menahan gempuran Igor Netto, Sergei Salnikov, dan Boris Tatushin.[7] Karier militerMaulwi Saelan mengawali karier militernya saat ia bergabung dalam organisasi kelaskaran yang bernama Laskar Pemberontak Republik Indonesia Sulawesi yang dikenal dengan singkatan LAPRIS sebagai Anggota akan tetapi tidak lama kemudian pucuk pimpinan LAPRIS membentuk sebuah pasukan yang mobile / bergerak cepat dengan nama Harimau Indonesia dimana Maulwi Saelan dipercaya menjadi Kepala Staf nya hingga pada puncaknya ia resmi menjadi Perwira TNI dengan pangkat terakhir Kolonel CPM (Purn.) sedangkan jabatan terakhir yang disandangnya adalah Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa, dimana resimen ini merupakan pasukan pengawal dari Presiden Indonesia yang pertama yaitu Soekarno dengan kekuatan sekitar 4 Batalyon dan 1 Detasemen Kawal Pribadi.[8] KematianMaulwi meninggal dunia pada tanggal 10 Oktober 2016, pada usia 90 tahun di Rumah Sakit Pusat Pertamina di Jakarta. Sebelumnya, beliau menderita komplikasi yang berkaitan dengan jantung, ginjal, dan paru-paru, sehingga harus menjalani perawatan di ruang perawatan intensif di Rumah Sakit Pondok Indah.[9] Jenazahnya dimakamkan keesokan harinya di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan, dengan upacara pemakaman militer yang dipimpin oleh Kolonel Sudarma.[10] Referensi
|