Masjid Jawa (Thai: มัสยิดยะวา; Pegon: مسجد جاوا) adalah sebuah masjid yang berada di Bangkok, Thailand. Masjid ini disebut Masjid Jawa karena didirikan oleh orang Jawa di Bangkok.[1] Masjid ini didirikan di atas tanah wakaf milik Haji Muhammad Saleh, perantauan Jawa pada tahun 2448 dalam tahun Thailand atau sekitar tahun 1906.[2]
Letak
Letak masjid ini di daerah Sathorn, Bangkok, Thailand tepatnya beralamat di jalan Soi Charoen Rat 1 Yaek 9.[3] Masjid dapat dicapai dari Stasiun BTS Surasak melalui gang di samping St Louis Hospital. Kawasan sekitar masjid yaitu Soi Charoen Rat merupakan kawasan yang dihuni oleh banyak masyarakat Melayu dan banyak keturunan dari perantauan orang Jawa.
Deskripsi
Masjid ini berarsitektur Jawa dengan warna bangunan hijau muda dengan atap limasan berundak tiga. Jika dilihat sepintas serasa melihat Masjid Agung Kauman di Yogyakarta dalam ukuran mini.
Bangunan utama masjid berbentuk segiempat ukuran 12 x 12 meter dengan empat pilar di tengah yang menjadi penyangga. Selain sisi arah kiblat, di tiga sisi lainnya terdapat masing-masing tiga pintu kayu. Di luar bangunan utama, terdapat serambi dengan empat pintu yang terbuat dari jeruji besi. Di bagian depan (mihrab), terdapat sebuah mimbar kayu yang dilengkapi tangga.
Di kanan dan kirinya terdapat dua buah jam lonceng, juga terbuat dari kayu.[4]
Ada dua bangunan utama yaitu masjid dan madrasah berbentuk rumah panggung dengan aneka jejeran kursi dan meja di kolong rumah. Sementara di seberang masjid ada tempat pemakaman Islam. Interior masjid sungguh membuat saya merasa sedang berada di sebuah masjid tua di Jawa. Ornamen tiang, langit-langit, mimbar dan teralis jendela, bergaya sangat Indonesia. Tempat wudhu pun tampak khas. Di samping kiri masjid terdapat prasasti peresmian masjid berbahasa Thailand. Saat Sholat Jumat jamaah dapat mencapai 200 orang.
Jawa Mosque punya madrasah dengan 100 siswa. Mereka menggelar pengajian Al Quran pada hari Minggu untuk dewasa dan anak-anak pada Senin-Jumat. Di kampung Jawa ini juga tinggal juga cucu KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah sekaligus tokoh Islam Indonesia. Nama sang cucu adalah Walidah Dahlan.[5]
Tradisi Jawa
Generasi awal masyarakat kampung Jawa di Bangkok ini datang pada masa perang dunia II, terutama karena tentara Jepang yang membawa mereka untuk dipekerjakan di perkebunan atau proyek Jepang lainnya di masa itu. Jumlah warga asal Jawa di Thailand meningkat pesat ketika Jepang menjalankan kerja paksa (romusha) pada Perang Dunia II. Saat itu ribuan orang Jawa diangkut ke Thailand untuk membangun rel kereta yang menghubungkan Thailand dengan Burma kala itu.
Saat ini kampung Jawa dihuni oleh keturunan Jawa yang ketiga. Walaupun hanya beberapa dari mereka yang masih bisa bahasa Jawa namun beberapa tradisi Jawa masih mereka lakukan. Misalnya tradisi kenduren, tiga hari, tujuh hari setelah ada yang meninggal masih dilakukan. Tradisi lain adalah saat pengajian Maulid Nabi makanan khas disediakan seperti mi lontong dan sate. Bukan hanya itu, jika bulan Ramadan tiba budaya buka bersama dengan takjil makanan khas kue cucur dan es cao juga tersedia.[6]
Catatan kaki
Pranala luar