Sejumlah peninggalan sejarah saksi kebesaran dan kejayaan Islam di Sulawesi Selatan masih tegak berdiri. Antara lain, puluhan masjid yang usianya sudah ratusan tahun. Meskipun tua, masjid-masjid tersebut masih terawat dan digunakan untuk kegiatan ibadah dan keagamaan lainnya.
Sebagai peninggalan sejarah, masjid-masjid tersebut memiliki nilai dan arti yang sangat penting terutama dalam menghidupkan dan memakmurkan rumah Allah tersebut dan juga sebagai sara mensyiarkan Islam di bumi Sulawesi Selatan.
Salah satu mesjid peninggalan sejarah tertua adalah Masjid Jami’ atau biasa disebut “Mesjid Tua Palopo”, terletak di Kota Palopo, sekitar 400 km dari Makassar pada tepian utara-barat dari Teluk Bone.
Berdasarkan sejarah perkembangan agama Islam di Kerajaan Luwu mencapai puncaknya pada masa pemerintahan raja Datu Luwu bergelar panjang Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi Sultan Abduliah Matinroe. Beliau menggantikan ayahnya menjadi raja pada tahun 1604. Pada awal pemerintahan ia memindahkan pusat pemerintahan Luwu dari Pattimang ke Ware tempatnya sekarang, berada di tengah-tengah Kota Palopo. Alasan pemindahan tersebut antara lain berdasarkan pertimbangan strategis, tempat yang baru berada di pantai sehingga dekat dengan pelabuhan, ekonomis dan berkaitan dengan penyebaran dan pengembangan agama Islam.
Pusat pemerintahan Kerajaan Luwu yang baru, dilengkapi dengan masjid, berada di sebelah barat-utara dari istana. Struktur atau tata letak pusat pemerintahan ini tidak berbeda dengan pusat-pusat pemerintahan islam di Jawa. Pada tahun 1900an tata ruang ini telah berubah, namun masjidnya masih dilestarikan. Arsitektur masjid didirikan pada tahun 1604, pada 1900an masih utuh asli telah dipugar sedangkan arsitektur istana yang sekarang digunakan untuk ruang museum, dan pada masa penjajahan sudah di ubah dengan arsitektur modern.
Konstruksi masjid Tua Palopo sangat unik, kemungkinan besar hanya satu-satunya di Indonesia dan juga di dunia. Keunikannya antara lain pada bentuk dan konstruksi dinding terbuat dari batu cadas dibentuk menjadi blok-blok segi empat sangat tebal (0.92 Cm) dapat dipastikan mendapat pengaruh arsitektur candi di Jawa.
Keunikan lain dari Masjid Tua Palopo terlihat pada perpaduan konstruksi candi tersebut diatas dengan konstruksi atap kayu bertutup sirap dari arsitektur joglo Jawa. Atapnya piramida bertumpuk tiga sama dengan konstruksi tajug, konstruksi Jawa khusus untuk masjid.[1]
- ^ Effendy, Muslimin (2013). Monumen Islam di Sulawesi Selatan. Makassar: Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar. hlm. 54–56. ISBN 978-602-8405-50-8.