Masjid Haji Muhammad Salleh & Makam Habib Nuh
Masjid Haji Muhammad Salleh & Makam Habib Nuh (Jawi: مسجد حاج محمد صالح دان مقام حبيب نوح) adalah sebuah masjid dan makam yang terletak di Jalan Palmer 37, di puncak Bukit Palmer, di Singapura. Masjid beserta makam di dekatnya berada di bawah naungan Majlis Ugama Islam Singapura. Masjid ini memiliki 49 anak tangga yang mengarah ke masjid dan makam Habib Nuh bin Muhammad Al-Habsyi (lebih dikenal dengan nama Habib Nuh). Selain itu, masjid dan makam ini juga dihiasi perabotan yang didominasi oleh warna hijau dan kuning. Kedua warna ini dipilih karena karena memiliki arti penting dalam Islam, yang merupakan tema berulang yang juga terlihat di pemakaman Muslim lainnya. [2][3] Selain Makam Habib Noh, terdapat pula Makam Sayyid Abdur Rahman bin Salim Al-Habsyi, sepupu Habib Noh, yang terletak di belakang makam Habib Nuh. [4] SejarahHabib Nuh meninggal pada tanggal 27 Juli 1866 di Telok Blangah, pada usia 78 tahun.[5] Ada riwayat bahwa ketika jenazahnya hendak dipindahkan ke pemakaman Muslim, peti jenazahnya tidak dapat dipindahkan sampai "seseorang teringat keinginannya untuk dimakamkan di puncak Bukit Palmer". [6] Karena itu, sampai makam Habib Nuh terletak di Bukit Palmer sampai sekarang. Sepeninggalan Habib Nuh, dibangunlah sebuah bangunan makam dengan 52 anak tangga oleh seorang filantropis Arab yang bernama Sayyid Muhammad bin Ahmad Assegaf (atau masyarakat setempat menyebutnya "Nong Chik") pada tahun 1890, dimana dia merupakan bagian dari keluarga Assegaf di Singapura.[6][7] Hingga kini, keturunannya terus menjaga makam tersebut. Makam ini menjadi tempat ziarah umat Islam dan menarik perhatian bagi jamaah haji dari Hindia Belanda dan China dalam perjalanan mereka ke Mekkah kala itu.[8] Pada tahun 1902, sebuah musala dibangun oleh seorang pedagang asal Batavia (sekarang Jakarta), yaitu Haji Muhammad Salleh, dimana dia merupakan sahabat baik Habib Nuh. Kemudian, musalah tersebut diberi nama "Surau Kampong Sambau". Namun, surau tersebut tidak selesai tepat waktu sebelum Habib Nuh meninggal. Pada tahun 1903, musala ini dihancurkan dan dibangun kembali menjadi "Masjid Haji Muhammad Salleh".[4] Pada bulan Juli 2017, masjid dan makam telah ditingkatkan dengan fasilitas yang lebih baik dan aksesibilitas yang lebih besar ke kuil di puncak bukit, dengan mempertahankan fitur arsitektur.[9] PengelolaanAwalnya, keluarga Habib Nuh (dari putra tunggalnya, Sayyid Ahmad) pada awalnya mengelola makam melalui dana perwalian yang dikenal sebagai Dana Perwalian Habib Nuh, dengan tanggung jawab untuk pemeliharaan makam. Kemudian, pada tahun 1936, masjid ini dikelola oleh Dewan Wakaf Muslim dan Hindu pada tahun 1936. Lalu pada tahun 1968, masjid ini dikelola oleh Majlis Ugama Islam Singapura.[7] TransportasiMasjid ini dapat diakses dari stasiun MRT Tanjong Pagar. Lalu, masjid ini juga akan dapat diakses dari stasiun MRT Prince Edward Road setelah selesai dibangun pada tahun 2026. Lihat jugaReferensi
|