Masalah privasi YouTube
Masalah privasi YouTube adalah masalah yang berkaitan dengan data privasi para pengguna akun YouTube yang tidak dijaga atau diganggu oleh developer YouTube itu sendiri. Situs berbagi video dari Amerika yang didirikan pada tahun 2005 ini selalu dihadapkan pada masalah privasi yang semakin variatif mulai dari tuduhan bahwa situs tersebut mengizinkan pengguna untuk mengunggah materi berhak cipta tanpa izin, pencurian data pribadi, penyalahgunaan data pribadi pengguna, hingga data privasi anak yang dicuri tanpa seizin dari orang tua mereka. KasusGugatan Viacom terhadap video YouTubeViacom pernah menggugat YouTube dengan tuntutan ganti rugi sejumlah 1 miliar dollar karena terdapat lebih dari 150.000 klip yang tidak sah yang sudah dilihat lebih dari 1,5 miliar kali. Gugatan ini pernah dilayangkan pada 12 Maret 2006. Dalam sengketa tersebut, Viacom memenangkan keputusan pengadilan sehingga YouTube harus menyerahkan 12 terabyte datanya yang dalam rinciannya berisi data setiap pengguna yang telah menonton video di situs tersebut. Selain itu, data juga berupa kebiasaan yang dilakukan para pengguna sehingga hal ini sudah sangat jauh melanggar privasi data. Keputusan pengadilan itu juga telah dikritik oleh Electronis Frontier Foundation yang menyatakan bahwa keputusan tersebut ialah indikasi dari kemunduran terhadap hak privasi khususnya privasi di YouTube.[1] Pengumpulan data anakPada bulan April 2018, terdapat koalisi media yang beranggotakan 23 media, termasuk salah satunya CCFC, CDD, dan Common Sense Media, mengajukan keluhan kepada Federal Trade Commission atas tuduhan bahwa YouTube telah mengumpulkan informasi dari pengguna di bawah usia 13 tahun tanpa izin orang tua. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Perlindungan Privasi Online Anak.[2] Masih dengan kasus privasi anak, pada bulan September 2019, YouTube dikenakan denda sejumlah 170 juta dollar oleh Federal Trade Commission karena telah mengumpulkan informasi pribadi dari anak di bawah 13 tahun. Lagi-lagi, masalahnya sama, yaitu tidak atas seizin orang tua mereka. Federal Trade Commission memutuskan bahwa YouTube ikut bertanggungjawab berdasarkan Undang-Undang tentang Perlindungan Privasi Anak. Hal ini disebabkan peringkat layanan dan kurasi konten yang sesuai untuk anak-anak merupakan penargetan situs web terhadap anak-anak. Sehingga, YouTube diperintahkan untuk membangun dan memelihara sistem yang dapat menentukan apakah suatu konten itu ditujukan untuk anak-anak. Selain itu, YouTube juga mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan 100 juta dollar selama tiga tahun ke depan untuk mendukung pembuatan sistem tersebut.[3] Sistem Perlindungan untuk AnakPada bulan November 2019, sesuai dengan amanat dari Federal Trade Commission, semua channel diwajibkan untuk menyatakan apakah kontennya "dibuat untuk anak-anak" atau bukan. YouTube membuat sistem bahwa video dianggap "dibuat untuk anak-anak" jika penonton utamanya adalah anak-anak atau ditujukan kepada anak-anak berdasarkan berbagai faktor. Kemudian, kegagalan dalam hal sistem ini akan dilimpahkan tanggungjawabnya kepada pemilik saluran. Federal Trade Commission mengenakan denda hingga 42.000 dollar pervideo yang telah melanggar, meskipun Federal Trade Commission menyatakan bahwa denda tersebut akan disesuaikan dengan kondisi finansial perusahaan terkait.[4] Lebih lanjut pada bulan Januari 2020, sistem video yang menandai "dibuat untuk anak-anak" memiliki fungsi yang terbatas untuk mencegah pengumpulan data dari anak di bawah umur. Fiturnya antara lain berupa fitur sosial dan komunitas, fungsi notifikasi, dan komentar dinonaktifkan.[5] Referensi
|