Maron adalah desa di kecamatan Loano, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia.
Terletak di sebelah utara kota Purworejo, Maron merupakan daerah yang sangat strategis karena dilalui oleh jalur transportasi utama dari arah Purwokerto menuju Semarang dan jalur utama dari Purworejo ke Wonosobo.
Sejarah
Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo terletak tidak jauh dari Pegunungan Menoreh dan dilewati oleh aliran Sungai Bogowonto. Lokasi tersebut menjadi tempat penemuan dua buah lingga yang merupakan gambaran kekuatan Dewa Siwa sebagai representasi laki-laki dan satu buah lapik arca sebagai simbol keabadian dan kesuburan. Penemuan tiga buah situs sejarah tersebut diperkirakan berasal dari peninggalan Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung pada abad ke-9 masa Kerajaan Mataram Hindu Kuno.
Adapun nama Desa Maron berasal dari suatu peristiwa di mana Pangeran Diponegoro beserta pasukannya bergerilya melawan penjajah di daerah Jawa Tengah. Pangeran Diponegoro membagi pasukan menjadi dua kelompok untuk melancarkan strateginya sehingga daerah ini diberi nama Maron yang berasal dari kata ‘maro’ artinya membagi dua.
Terletak 8 km di sebelah utara Kota Purworejo, Desa Maron merupakan daerah yang sangat strategis karena dilalui oleh jalur transportasi utama dari arah Purworejo menuju Magelang dan jalur utama dari Purworejo ke Wonosobo. Desa Maron terdiri dari 5 dusun yaitu Maron, Pecitran, Solotiyang, Glagah Malang, dan Kedander dengan luas wilayah mencapai 177,77 ha. Adapun nama masing-masing dusun di Desa Maron dipercayai memiliki sejarah tersendiri :
1. Dusun Maron merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Maron. Asal mula nama dusun ini diyakini sama dengan sejarah nama Desa Maron yaitu lokasi saat peristiwa Pangeran Diponegoro membagi pasukannya menjadi dua.
2. Dusun Pecitran berasal dari nama seorang tokoh yang menggagaskan berdirinya dusun tersebut yaitu Mbah Citra Bahu. Untuk mengenang jasa beliau, wilayah tersebut diberi nama Dusun Pecitran.
3. Dusun Solotiyang berasal dari nama seorang perantau dari daerah Solo, Jawa Tengah yang menetap di daerah tersebut sehingga diberi nama Solotiyang. Solo berarti nama tempat di Jawa Tengah, sedangkan ‘tiyang’ dalam Bahasa Indonesia artinya orang.
4. Dusun Glagah Malang dahulu rawan akan banjir. Jika terjadi banjir besar, wilayah tersebut berpotensi menjadi danau. Seorang kyai berinisiatif untuk menanam Pohon Glagah guna menghalangi air agar tidak meluap bahkan menyebabkan banjir. Saat ini wilayah tersebut disebut Dusun Glagah Malang yang berarti Pohon Glagah sebagai penghalang banjir.
5. Sementara hingga saat ini belum ada informasi yang jelas terkait asal mula nama Dusun Kedander.
Kondisi Geografis
Desa Maron memiliki karakteristik wilayah yang beranekaragam antara lain terletak pada ketinggian dari permukaan laut antara 116 mdpl, jenis iklim yang ada di Desa Maron adalah iklim tropis dengan suhu rata-rata 31 °C, sedangkan suhu maksimum bisa mencapai 37 °C dengan curah hujan sebanyak 245 mm/tahun. Desa Maron berada dititik Koordinat UTM 49 S 393906,95 9152836,51
Luas Wilayah
Desa Maron Memiliki luas wilayah sebesar 177,77 ha dengan luas wilayah persawahan sebesar 91,5 ha. Sebagian besar lahan di Desa Maron dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Batas Wilayah
Utara : Kedungpoh
Selatan : Loano
Timur : Wonotopo
Barat : Kebon Gunung
Orbitrase
Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : ± 9 Km
Lama jarak tempuh dari pusat pemerintahan kecamatan : ± 20 Menit
Jarak dari pusat pemerintahan kotatif : ± 8 Km
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten : ± 18 Menit
Pembagian Wilayah Administratif
Maron terdiri dari 5 dusun yaitu:
a. Dusun Maron
b. Dusun Pecitran
c. Dusun Solotiyang
d. Dusun Glagah Malang
e. Dusun Kedander
Di Desa Maron terdapat 12 RT dan 5 RW
Demografi
Data Kependudukan
Berdasarkan data kependudukan Maron dalam angka, jumlah penduduk Desa Maron adalah 2.643 jiwa yang terdiri dari 1.340 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1.303 jiwa berjenis kelamin perempuan dengan Jumlah total kepala keluarga sebanyak 830 kepala keluarga.
Komposisi Tingkat Pendidikan
Penduduk Desa Maron terbagi ke dalam beberapa tingkat pendidikan, yaitu:
1. Belum sekolah : 63 orang
2. PAUD : 23 orang
3. TK : 499 orang
4. SD : 506 orang
5. SMP : 512 orang
6. SMA : 327 orang
7. Diploma : 100 orang
8. S1 : 20 orang
9. S2 : 2 orang
Mata Pencaharian Penduduk
1. Petani : 101 orang
2. Wiraswasta : 396 orang
3. Pensiunan : 216 orang
4. Karyawan : 254 orang
5. Buruh Tani : - orang
6. Jasa : - orang
Sarana & Prasarana
Kesehatan
Dalam menunjang kesehatan di Maron, tersedia sarana untuk meningkatkan hal tersebut, yaitu Puskesmas. lalu ada juga Posyandu dan Posbindu bertujuan untuk memudahkan akses masyarakat dalam menerima pelayanan kesehatan. Poyandu dan Posbindu yang berada di Desa Maron diurus beberapa warga desa yang menjadi kader kesehatan.
Pendidikan
Pendidikan di Desa Maron ditunjang dengan sarana pendidikan yang memadai yaitu 1 sekolah PAUD, 2 Taman Kanak-kanak, 2 Sekolah Dasar,1 Madrasah Ibtidaiyah, 1 Sekolah Menengah Pertama, 1 Sekolah Menengah Atas dan 1 Pondok Pesantren.
• PAUD Tunas Bangsa
• TK Siwi Utomo
• RA Tri Bakti
• SD Negeri 1 Maron
• SD Negeri 2 Maron
• MI Al IKhwan
• SMP Takhosus
• SMA NU
• Pondok Pesantren Al-Anwar An-Nuur
Keagamaan
Desa Maron memiliki 9 mushola dan 3 masjid yang tersebar di beberapa Dusun untuk kemudahan akses beribadah. Berdasarkan data tahun 2021, sebagian besar warga Wonowoso beragama Islam dan hanya sedikit sekali yang beragama lain, sehingga hanya tersedia masjid dan mushola di desa.
Pondok Pesantren Al-Anwar An-Nuur beralamat di Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Pembelajar yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Anwar mengadopsi pembelajaran diniah, yaitu pengajaran kitab-kitab tradisional seperti kitab kuning, shalaf sholihin, pembelajaran nahwu dan sharaf, serta tahfidzul Qur’an dengan metode Yanbu’a.
Sejarah Pondok Pesantren Al-Anwar An-Nuur didirikan oleh seorang ulama yang bernama Kyai Muhammad ‘Alim bin Kyai Ahmad Muhammad ‘Alim. Mulanya, beliau mendirikan pondok pesantren di Dusun Solotiyang, Desa Maron. Kemudian pondok pesantren tersebut diserahkan kepada adik kandungnya yang bernama Kyai Zaenal ‘Alim atau dalam beberapa silsilah disebutkan dengan nama Kyai Mochammad Zen Maron. Kemudian kepemimpinan pondok pesantren tersebut berganti ke putra beliau yaitu K. H. Siraj, dan dilanjutkan pada generasi seterusnya yaitu Kyai Moh Ghozali, K. R. Zainuddin Syafi’I, K. H. R. Chamid Zaid, dan K.H.R Chabib Zaid. Saat ini pondok pesantren dikelola oleh Dewan Masyayyikh yang terdiri dari K.H.R. Rofiq Chamid, K.H.R Abdul Chakim Chamid, K.H.R Mahfudz Chamid serta K.H Syarqowi Siraj.
Sistem pembelajaran pondok pesantren Al-Anwar An-Nuur masih murni menggunakan salaf klasik sehingga semua santri fokus pada pembelajaran kitab kuning serta ilmu-ilmu agama lainnya dan belum terdapat kurikulum pendidikan formal. Meskipun demikian, ada beberapa materi ekstrakulikuler yang mengajarkan santri untuk memiliki kecakapan di bidang pertanian, olahraga, bela diri, dan lain sebagainya.
Pemuda & Olahraga
Desa Maron menyediakan sarana peningkatan kapasitas pemuda, yaitu Balai Desa dan Aula Desa. Kedua tempat ini sering digunakan untuk agenda besar yang diadakan di Maron. Lapangan juga sering digunakan sebagai tempat latihan dan bermain Bulu Tangkis
Karang Taruna
Karang Taruna merupakan organisasi kepemudaan desa yang berusia 11 hingga 45 tahun. Tujuan didirikan karang taruna sebagai wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah Desa Maron. Sebagai organisasi sosial kepemudaan, Karang Taruna “Bina Muda” Desa Maron berupaya untuk melakukan pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya melakukan kegiatan produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di Desa Maron. Karang Taruna ini sudah berdiri sejak 2011 silam. Saat ini, Ketua Karang Taruna Desa Maron dijabat oleh Bapak Widaryanto.
Karang Taruna Bina Muda tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran terhadap keadaan dan permasalahan di lingkungan Desa Maron. Karang Taruna Bina Muda aktif melakukan kegiatan sosial kemanusiaan seperti membantu pelaksanaan hajatan dan membantu warga yang terkena musibah. Beberapa kegiatan lain yang pernah dilakukan oleh Karang Taruna Bina Muda adalah kerja sama dengan PMI untuk mengadakan kegiatan donor darah. Dalam rangka melakukan pemberdayaan generasi muda Desa Maron, karang taruna juga mengadakan beberapa kegiatan, seperti pelatihan menjahit dan lomba voli antar dusun.
Potensi Wisata
Makam Solotiyang
Makam Solotiyang terletak di Dusun Solotiyang, Desa Maron, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Makam Solotiyang merupakan makam K. H. R. Zaennudin Syafi’i atau kerap disapa Mbah Zein. Mbah Zein merupakan tokoh ulama yang berjasa di Desa Maron karena mempelopori perkembangan ajaran agama Islam di Desa Maron. Beliau turut mengembangkan pondok pesantren Al-Anwar Maron yang didirikan Simbah Syiraj yang merupakan mertua dari K. H. R. Zaennudin Syafi’i. Oleh karena itu, hingga saat ini makam Solotiyang masih ramai dikunjungi oleh para peziarah.
Tradisi Nyadran di Makam Solotiyang dilaksanakan setiap Bulan Ruwah. Setiap tahunnya, banyak peziarah dari dalam kota maupun luar kota bahkan dari luar Pulau Jawa untuk mengirimkan doa ke makam K. H. R. Zaennudin Syafi’i. Selain itu, masyarakat setempat secara rutin melakukan kerja bakti untuk membersihkan makam. Rutinitas kegiatan ziarah di Desa Maron berpotensi untuk menjadikan desa ini sebagai desa wisata religi.
Kelompok Masyarakat
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan)
Sebagai daerah yang memiliki luas area persawahan sebesar 91,5 ha, masyarakat di Desa Maron memanfaatkan lahan di pinggir sawah atau lahan di pekarangan untuk membuat kolam ikan. Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) berupaya untuk memberikan wadah pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada pengembangan potensi dalam bidang budidaya perikanan. Saat ini, budidaya ikan yang berkembang di Desa Maron adalah ikan lele, ikan nila, dan ikan gurame. Desa Maron memiliki dua pokdakan yaitu Pokdakan Mina Makmur di Dusun Glagah Malang dan Pokdakan Mina Jaya di Dusun Kedander.
Keberadaan pokdakan di Desa Maron menjadi alternatif pekerjaan bagi para anggota pokdakan. Pokdakan yang dirintis pada tahun 2008 silam, saat ini sudah mendapatkan banyak program bantuan dari Pemerintah Daerah Purworejo berupa alat dan bahan budidaya ikan, seperti diesel, drum, induk ikan gurami, induk ikan lele, dan bibit ikan nila. Tidak hanya berorientasi pada profit hasil penjualan ikan, pokdakan juga aktif melakukan kegiatan sosial untuk mempererat silaturahmi antar anggota, seperti pertemuan rutin, arisan, membantu sesama anggota yang sedang mengalami kendala, dan sebagainya. Pada tahun 2008 dan 2009, anggota Pokdakan Mina Jaya berhasil mendapatkan penghargaan pemuda pelopor tingkat Kabupaten Purworejo di bidang kewirausahaan.
Pokdakan di Desa Maron sekali panen dalam satu kolam bisa mendapatkan hasil sekitar 5 sampai 7 kwintal dengan jumlah ikan rata-rata 3.000 sampai 7.000 ekor. Pokdakan Mina Makmur dan Mina Jaya menjual hasil budidaya berupa bibit dan indukan ikan. Hasil budidaya dipasarkan melalui media sosial seperti WhatsApp, Instagram dan Facebook. Selain itu, sudah ada pelanggan tetap yang biasa mengambil hasil budidaya pokdakan. Hasil budidaya ikan dikirim ke luar kota, sementara untuk ikan yang oversize dijual ke Poklahsar Desa Maron untuk diolah menjadi makanan seperti abon lele, pepes lele, nila krispi, dan otak-otak ikan.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Maron Makmur
Gabungan Kelompok Tani Maron Makmur terdiri dari empat kelompok tani di tingkat dusun yaitu Kelompok Tani Margo Mulyo di Dusun Maron, Kelompok Tani Budi Luhur di Dusun Solotiyang, Kelompok Tani Sido Luhur di Dusun Glagah Malang, dan Kelompok Tani Maju Lancar di Dusun Kedander. Masing-masing kelompok tani di Desa Maron memiliki agenda rutin, seperti pertemuan bulanan anggota kelompok, pelatihan optimalisasi hasil pertanian serta pendampingan pelatihan oleh PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan). Seluruh warga desa yang memiliki lahan pertanian dilibatkan untuk aktif di kelompok tani. Mayotitas anggota kelompok tani di Desa Maron menanam padi dan kacang. Untuk mengoptimalkan lahan pertanian yang ada, area pematang sawah juga ditanami mentimun dan kacang-kacangan. Berikut beberapa informasi menarik tentang anggota Gapoktan Maron Makmur :
• Kelompok Tani Sido Luhur di Dusun Glagah Malang sudah dibentuk sejak tahun 1974. Kelompok tani ini berhasil mendapatkan bantuan dari Pemerintah Daerah berupa benih kacang tanah.
• Pada tahun 2008 hingga 2014, Kelompok Tani Maju Lancar di Dusun Kedander melakukan budidaya padi organik. Beberapa program bantuan yang didapatkan oleh kelompok tani ini adalah traktor, apo (mesin pemotong rumput), dan bantuan dana untuk pembuatan saluran pertanian. Kelompok Tani Maju Lancar juga pernah mendapatkan kunjungan dari Menteri Pertanian pada tahun 2008 dalam rangka menghadiri pesta panen raya di Dusun Kedander. Saat ini, pengurus kelompok tani berusaha untuk mengajak masyarakat untuk kembali menjadi petani organik.
Poklahsar
Kelompok Pengolah Pemasar (Poklahsar) merupakan kumpulan pengolah dan pemasar hasil perikanan di Desa Maron. Desa Maron memiliki poklahsar yang bernama Poklahsar Srikandi. Poklahsar Srikandi berada di Dusun Kedander. Nama Srikandi dipilih karena memiliki filosofi yang baik, dimana mencerminkan wanita kuat dan Tangguh. Anggota kelompok Poklahsar Srikandi yang mayoritas merupakan perempuan berusaha untuk dapat menghasilkan uang sendiri dari usaha yang mereka lakukan. Poklahsar Srikandi berdiri pada tanggal 24 September 2017. Saat ini, Poklahsar Srikandi memiliki produk unggulan yaitu abon lele “Ekant”. Selain abon lele, Poklahsar Srikandi biasa memproduksi olahan ikan lain, seperti nugget lele, lele krispi, nila krispi, pepes lele, sego pelas dan otak-otak ikan. Hasil produk olahan ini sudah dijual hingga luar kota. Selain dipasarkan melalui media sosial, produk Poklahsar Srikandi sering diikutkan dalam pameran wirausaha yang diadakan oleh instansi pemerintah setempat. Produk olahan Poklahsar Srikandi selalu menggunakan bahan baku ikan segar yang diambil langsung dari kolam hasil budidaya pokdakan setempat.
Pengurus Poklahsar Srikandi sering diundang oleh instansi pemerintahan setempat untuk mengisi pelatihan kewirausahaan atau berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang pengolahan hasil budidaya perikanan secara optimal. Poklahsar Srikandi juga mendapatkan bantuan dari Dinas Perikanan Jawa Tengah dalam bentuk barang, berupa freezer, food processor, spinner, mesin pengering abon, dan kompor komersil. Poklahsar Srikandi dilibatkan untuk menyediakan konsumsi saat ada acara yang diselenggarakan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Purworejo. Selain itu, Poklahsar Srikandi juga bekerja sama dengan beberapa lembaga masyarakat di Desa Maron, seperti pokdakan dan kelompok wanita tani.
Kelompok Wanita Tani
Selain Kelompok Tani, di Desa Maron juga terdapat Kelompok Wanita Tani yang khusus beranggotakan wanita. Desa Maron memiliki satu Kelompok Wanita Tani yang berada di Dusun Kedander yaitu Kelompok Wanita Tani Tearatai. Nama Teratai memiliki filosofi bahwa selalu memesona dalam kondisi apapun. Harapannya, Kelompok Wanita Tani Teratai dapat bermanfaat kapanpun dan dimanapun. KWT Teratai berdiri sejak tahun 2014 dan beranggotakan 12 orang warga yang berdomisili di Dusun Kedander. Saat ini, KWT Teratai aktif untuk memproduksi kripik pisang, kripik singkong, jamu bubuk jahe, dan jamu bubuk kunyit. Bahan baku yang digunakan untuk produksi merupakan hasil panen petani setempat. Selain bercocok tanam dan mengolah hasil pertanian, KWT Teratai juga sering memasarkan hasil oalahan ke berbagai pameran.
Email : pemdesmaron2022@gmail.com
Instagram : @maron_wisata
Youtube : Pemdes Maron