Mapanji Garasakan adalah raja pertama Kerajaan Janggala bergelar abhiseka Śrī Mahārāja Rake Halu Sri Mapanji Garasakan Uttunggadewa, yang memerintah tahun 1042-1052.
Pembagian kerajaan oleh Airlangga
Menurut Serat Calon Arang, pada akhir pemerintahannya, Airlangga dihadapkan pada persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Wilayah kerajaan terpaksa dibagi menjadi dua. Bagian barat disebut Panjalu dengan ibukota di Daha, sedangkan bagian timur disebut Janggala dengan ibukota di Kahuripan. Peristiwa ini terjadi pada akhir November 1042 prasasti Pamwatan dan prasasti Gandhakuti.
Berdasarkan prasasti Turun Hyang II (1044) diketahui raja pertama Janggala bernama Mapanji Garasakan.
Perang saudara melawan Panjalu
Pembagian kerajaan sepeninggal Airlangga tidak membuahkan hasil. Perang saudara tetap terjadi antara Garasakan raja Janggala melawan Sri Samarawijaya raja Panjalu. Mula-mula kemenangan berada di pihak Janggala.
Pada tahun 1044 Garasakan menetapkan Turun Hyang sebagai sima swatantra atau perdikan, karena para pemuka desa tersebut setia membantu Janggala melawan Panjalu.
Dalam Prasasti Kambang Putih tahun 1050, Raja Sri Mapanji Garasakan menceritakan tentang kejadian Kambang Putih yang menyerang Istana Kerajaan Janggala. Kambang Putih (sekarang Tuban) merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Panjalu yang berperang dengan Kerajaan Janggala.
Pada tahun 1052 Garasakan memberi anugerah untuk desa Malenga karena membantu Janggala mengalahkan Aji Linggajaya raja Tanjung. Linggajaya ini merupakan raja bawahan Panjalu. Piagam yang berkenaan dengan peristiwa tersebut terkenal dengan nama prasasti Malenga.
Kemudian Prasasti Garaman dikeluarkan oleh Mapanji Garasakan dari Kerajaan Janggala yang bergelar Śrī Mahārāja Rake Halu pada tahun 975 Çaka atau 1053 Masehi. Prasasti ini berisi anugerah dari Mapanji Garasakan kepada penduduk desa Garamān atas bantuan mereka ketika raja melawan Aji Panjalu, musuh dan anak dari adiknya sendiri, Sri Samarawijaya.[1]
Kemungkinan yang disebut Aji Panjalu raja Panjalu saat itu adalah Sri Jitendrakara yang berkuasa tahun 1051-1112.
Kepustakaan
- Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
- Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
Referensi
- ^ http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156408.pdf