Manuk Dadali
"Manuk Dadali" (Indonesia: Burung Garuda) adalah lagu daerah Sunda bertema Nasionalisme yang diciptakan oleh Sambas Mangundikarta pada tahun 1962. Syair lagu ini menceritakan tentang Garuda, simbol nasional Indonesia. Komposisi dan makna lirik"Manuk Dadali" memuat empat bait. Dua bait pertama memuat kegagahan dan keperkasaan fisik Garuda. Dalam mengulas dua bait pertama ini, Nanang Hidayat, pemilik Rumah Garuda, menggunakan baris kedua bait pertama dan selanjutnya, kemudian bait kedua yang kesemuanya itu menggambarkan fisik Garuda. Dalam menulis lagu tersebut, penulis mendeskripsikan Garuda sebagai sosok burung raksasa yang membentangkan sayapnya lebar-lebar, memiliki kaki kuat dan kukuh, serta paruh tajam yang melengkung ke bawah. Garuda memiliki sifat berani, tak gentar, dan lincah sehingga disegani dan dihormati oleh makhluk hidup lain.[1] Dua bait berikutnya memuat nilai-nilai luhur ke-Indonesiaan yang dicerminkan dari sifat Garuda. Garuda, dalam lagu tersebut, memiliki sifat tidak membeda-bedakan, hidup dalam keharmonisan, dan berjiwa kesatria.[1] Dadali dalam bahasa Sunda aslinya bermakna "burung rajawali", tetapi menurut Hidayat, sah-sah saja memaknai "Manuk Dadali" sebagai "burung Garuda yang melambangkan Nusantara [kita].".[1] Dalam tradisi musikal Sunda, lagu ini dimasukkan sebagai kawih atau kakawihan.[butuh rujukan]Kawih berarti nyanyian yang bukan tembang, maksudnya tidak terikat dengan aturan penulisan pupuh.[2] LirikMesat ngapung luhur jauh di awang-awang Meberkeun jangjangna tarik taya nyaringrang Kukuna ranggoas reujeung pamatukna ngeluk Ngepak mega bari hibeurna tarik nyuruwuk
Tandang jeung pertentang taya bandinganana Dipikagimir dipikaserab ku sasama Taya karempan kasieun leber wawanenna
Manuk dadali manuk panggagahna Parlambang sakti Indonesia Raya Manuk dadali pangkakoncarana Resep ngahiji rukun sakabehna
Silih pikanya'ah teu inggis bela pati Manuk dadali ngandung siloka sinatria Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia PopularitasLagu "Manuk Dadali" pertama kali mengudara pada 1962 serta memuncaki tangga musik di RRI yang kala itu menjadi stasiun radio utama di Tatar Pasundan. Populernya lagu ini di masa itu kelak menyebabkan karya ini berevolusi menjadi sebuah identitas ke-Sundaan. Lagu ini bahkan digunakan sebagai lagu suporter sepak bola Persib Bandung. Namun dalam perkembangan selanjutnya, lagu ini berubah menjadi "lagu daerah Sunda" yang telah memiliki berbagai versi gubahan, sehingga eksistensinya dianggap sebagai karya seni bernilai estetika tinggi.[1] Penggunaan
Referensi
|
Portal di Ensiklopedia Dunia