Mamba hitam (Dendroaspis polylepis) atau dalam bahasa Inggris disebut Black mamba, adalah spesies mamba besar yang endemik di Benua Afrika. Ular ini adalah ular berbisa terpanjang di Afrika dan juga terpanjang kedua di dunia setelah ular lanang (Ophiophagus hannah). Ular ini juga terkenal sebagai ular tercepat di dunia.
Taksonomi
Deskripsi resmi pertama tentang mamba hitam dibuat pada tahun 1864 oleh ahli zoologi Albert Günther.[1][2] Nama ilmiah genusnya diambil dari kata bahasa Yunani Kuno dendron (δένδρον) yang berarti "pohon" dan aspis (ἀσπίς) yang bermakna "ular aspis", sedangkan nama spesifiknya diambil dari kata poly (πολύ) yang berarti "banyak" dan lepis (λεπίς) yang berarti "sisik".[3]
Deskripsi
Mamba hitam adalah ular bertubuh panjang, ramping, dan silindris. Kepalanya berbentuk peti-mati dengan mata berukuran sedang.[4][5] Ular dewasa berukuran panjang, umumnya antara 2 sampai 3 meter, tetapi pernah diketahui spesimen dengan panjang 4.3 sampai 4.5 meter.[6][5] Ular ini adalah ular berbisa terpanjang kedua setelah ular lanang.[7] Bobot seekor mamba hitam diketahui sekitar 1.6 kg,[8] walaupun hasil studi dari 7 spesimen mamba hitam menunjukkan berat rata-rata 1.03 kg, berkisar dari 520 gram (0.52 kg) untuk spesimen berukuran panjang 1.01 meter sampai 2.4 kg untuk spesimen berukuran panjang 2.57 meter.[9]
Spesimen-spesimen mamba hitam memiliki pewarnaan yang bervariasi, meliputi zaitun, cokelat kekuningan, khaki, atau kelabu gunmetal tetapi jarang berwarna hitam. Ular ini memiliki warna putih-kelabu pada perut bagian bawah dan bagian dalam mulutnya berwarna gelap kelabu-kebiruan hingga nyaris hitam. Matanya berwarna cokelat-kelabu dan nuansa kehitaman, dan pupil mata dikelilingi warna putih-silver atau kuning. Ular yang masih muda berwarna lebih terang daripada ular dewasa, umumnya berwarna abu-abu atau zaitun dan menjadi semakin gelap seiring bertambahnya usia.[10][6][4]
Susunan sisik pada tubuh mamba hitam terdiri dari sisik dorsal (tubuh bagian atas) sebanyak 23 sampai 25 baris di bagian tengah badan, sisik ventral (bagian bawah tubuh) sebanyak 248 sampai 281, sisik subkaudal (divided subcaudals) sebanyak 109 sampai 132, dan sisik anal yang terbagi. Di bagian mulutnya terdapat 7–8 sisik supralabial (sisik keempat dan terkadang juga ketiga berada di bawah mata) dan sisik sublabial sebanyak 10–14 di bagian bawah. Di daerah mata terdapat 3 atau kadang 4 sisik preokular dan 2–5 sisik postokular.[5]
Penyebaran dan habitat
Mamba hitam tersebar luas di Afrika Sub-Sahara. Sebarannya meliputi Angola, Botswana, Burkina Faso, Rep. Afrika Tengah, Eritrea, Senegal, Guinea (Conakry), Guinea-Bissau, Kamerun, Ethiopia, Ivory Coast, Kenya, Malawi, Mozambik, Namibia, Rep. Afrika Selatan, Somalia, Swaziland, Tanzania, Uganda, Rep. Dem. Kongo (Zaire), Zambia, dan Zimbabwe.[2]
Mamba hitam menyukai lingkungan moderat yang kering seperti hutan ringan dan semak belukar, tonjolan berbatu, dan sabana semi-gersang.[11] Ular ini juga menghuni sabana lembab dan hutan dataran rendah.[5] ular ini tidak umum ditemukan pada ketinggian di atas 1.000 meter dpl, meskipun sebarannya mencakup wilayah hingga ketinggian 1.800 meter dpl di Kenya dan 1.650 meter di Zambia.[11]
Perilaku
Mamba hitam adalah jenis mamba yang mampu berkelana di tanah (terestrial) maupun di atas pepohonan (arboreal). Ketika di atas tanah, ular ini bergerak dengan mengangkat kepala dan lehernya, dan umumnya memilih gundukan rayap, sarang terbengkalai, celah bebatuan, dan batang pohon tumbang sebagai tempat berlindung. Ular ini beraktivitas pada siang hari (diurnal). Di Afrika Selatan, ular ini diketahui suka berjemur di bawah sinar matahari antara pukul 7 sampai 10 pagi dan juga antara pukul 14 sampai 16 (jam 2 sampai 4 sore). Ular ini kemungkinan menggunakan lokasi berjemur yang sama secara rutin.[4][5]
Pertahanan dan kecepatan
Mamba hitam adalah ular yang lincah dan kadang sulit ditebak, ular ini cukup cekatan dan dapat bergerak cepat.[5][10] Di alam liar, mamba hitam jarang mentoleransi kedatangan manusia dalam jarak kurang dari sekitar 40 meter.[5] Ketika merasa terancam, ular ini akan menjauh ke semak-semak atau lubang.[5] Jika terkonfrontasi, ular ini akan menunjukkan tampilan mengancam, membuka dan memperlihatkan bagian dalam mulutnya yang berwarna hitam dan menggerak-gerakkan lidahnya.[10]
Ukuran tubuh mamba hitam dan kemampuannya untuk mengangkat kepala sampai jarak cukup tinggi di atas tanah memungkinkannya "berdiri" sampai setinggi 40% dari panjang keseluruhan tubuhnya, sehingga ular ini mampu menyerang atau menggigit tubuh bagian atas pengganggunya.[5][10] Mamba hitam juga terkenal sebagai ular tercepat di dunia. Reputasi tentang kecepatan geraknya terlalu dibesar-besarkan; ular ini tidak mampu bergerak dengan kecepatan melebihi 16 km/jam.[4]
Makanan dan pemangsa
Mamba hitam memangsa hewan-hewan kecil, umumnya burung, terutama anak burung, dan mamalia kecil seperti tikus, kelelawar, hyrax, dan galago.[12]
Ular ini juga merupakan makanan bagi hewan-hewan pemangsa, terutama burung pemangsa seperti elang-ular Afrika (Circaetus cinereus), yang diketahui memangsa mamba hitam sepanjang 2.7 meter.[13]
Reproduksi
Mamba hitam diketahui berkembangbiak pada periode bulan September hingga Februari.[14] Ular betina berkembangbiak dengan bertelur (ovipar); jumlah telur yang dihasilkan berjumlah 6 sampai 17 butir.[5] Telur tersebut berbentuk oval memanjang, umumnya berukuran panjang 60 sampai 80 mm dan diameternya sebesar 30 sampai 36 mm. Anak ular yang baru menetas berukuran panjang antara 40 sampai 60 cm. Ular muda mungkin tumbuh dengan cepat, mencapai 2 meter setelah tahun pertamanya. Mamba hitam muda sangat gugup dan dapat mematikan seperti ular dewasa.[5][10] Mamba hitam diketahui hidup hingga usia 11 tahun atau mungkin bisa lebih.[8]
Galeri
Bisa
Mamba hitam adalah ular yang paling ditakuti di Afrika karena ukurannya, sifat agresifnya, toksisitas racun dan kecepatan timbulnya gejala setelah gigitan,[14] dan diklasifikasikan sebagai ular dengan kepentingan medis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[15]
Kandungan bisanya didominasi neurotoksin, dan gejalanya sering muncul dalam waktu sepuluh menit.[14] Gejala neurologis awal yang menunjukkan envenomasi parah meliputi metallic taste, kelopak mata menunduk (ptosis), dan bulbar palsy secara bertahap.[16]
Referensi
- ^ "Dendroaspis polylepis". Integrated Taxonomic Information System. Diakses tanggal 12 December 2013.
- ^ a b Dendroaspis polylepis di Reptarium.cz Reptile Database
- ^ Liddell, Henry George; Scott, Robert (1980). A Greek-English Lexicon (edisi ke-Abridged). Oxford University Press. hlm. 109, 154, 410, 575. ISBN 978-0-19-910207-5.
- ^ a b c d Spawls, Stephen; Howell, Kim; Drewes, Robert; Ashe, James (2017). A Field Guide to the Reptiles of East Africa (edisi ke-2nd). Bloomsbury. hlm. 1201–1202. ISBN 978-1-4729-3561-8.
- ^ a b c d e f g h i j k Marais, Johan (2004). A complete guide to the snakes of southern Africa (edisi ke-New). Struik. hlm. 95–97. ISBN 978-1-86872-932-6.
- ^ a b Haagner, G. V.; Morgan, D. R. (1993). "The maintenance and propagation of the Black mamba Dendroaspis polylepis at the Manyeleti Reptile Centre, Eastern Transvaal". International Zoo Yearbook. 32 (1): 191–196. doi:10.1111/j.1748-1090.1993.tb03534.x.
- ^ Mattison, Chris (1987). Snakes of the World. Facts on File, Inc. hlm. 84, 120. ISBN 978-0-8160-1082-0.
- ^ a b "Black mamba". National Geographic. 10 September 2010. Diakses tanggal 3 December 2010.
- ^ Branch, W. R.; Haagner, G. V.; Shine, R. (1995). "Is there an ontogenetic shift in mamba diet? Taxonomic confusion and dietary records for black and green mambas (Dendroaspis: Elapidae)". Herpetol. Nat. Hist. 3: 171–178.
- ^ a b c d e FitzSimons, Vivian F. M. (1970). A Field Guide to the Snakes of Southern Africa (edisi ke-Second). HarperCollins. hlm. 167–169. ISBN 978-0-00-212146-0.
- ^ a b Håkansson, Thomas; Madsen, Thomas (1983). "On the Distribution of the Black Mamba (Dendroaspis polylepis) in West Africa". Journal of Herpetology. 17 (2): 186–189. doi:10.2307/1563464. JSTOR 1563464.
- ^ Marais, Johan (10 December 2018). "True facts about the Black Mamba". African Snakebite Institute (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 5 June 2019.
- ^ Steyn, P. (1983). Birds of prey of southern Africa: Their identification and life histories. Croom Helm, Beckenham (UK). 1983.
- ^ a b c Hodgson, Peter S.; Davidson, Terence M. (1996). "Biology and treatment of the mamba snakebite". Wilderness and Environmental Medicine. 7 (2): 133–145. doi:10.1580/1080-6032(1996)007[0133:BATOTM]2.3.CO;2. PMID 11990107.
- ^ WHO Expert Committee on Biological Standardization. "Guidelines for the production, control and regulation of snake antivenom immunoglobulins" (PDF). WHO Technical Report Series, No. 964. hlm. 224–226. Diakses tanggal 1 January 2019.
- ^ Dreyer, S. B.; Dreyer, J. S. (November 2013). "Snake Bite: A review of Current Literature". East and Central African Journal of Surgery. 18 (3): 45–52. ISSN 2073-9990.
Publikasi dan pranala luar
- Günther, 1864 : Report on a collection of reptiles and fishes made by Kirk in the Zambesi and Nyassa Regions. Proceedings of the Zoological Society of London, vol. 1864, p. 303-314 (lihat teks).
- Peters, 1873 : Über Zwei Giftschlangen aus Afrika und über neue oder weniger bekannte Gattungen und Arten von Batrachiern. Monatsberichte der Königlich Preussischen Akademie der Wissenschaften zu Berlin, vol. 1873, p. 411-418 (lihat teks).