Malthusianisme adalah sebuah paham yang membahas teori sosial mengenai pertumbuhan populasi yang cenderung bertumbuh secara eksponensial melebihi daya tampung lingkungan. Berdasarkan pengamatan Malthus, pertumbuhan populasi diumpamakan dengan deret geometri (2,4,8,16,32,48,96...) sedangkan pertumbuhan produksipangan digambarkan secara deret aritmatika (2,3,4,5,6,7,8...).[1] Ketimpangan antara pertumbuhan populasi dan kemampuan lahan untuk dapat memproduksi pangan ini, mengarahkan suatu komunitasmasyarakat pada kelangkaan sumber daya.
Contoh Penerapan
Terdapat kebijakan-kebijakan negara yang bersumber dari pemahaman malthusianisme ini. Dalam membuat kebijakan dalam masalah kependudukan dan pangan misalnya, pengambil keputusan condong memahami bahwa dalam segala hal di dunia ini terdapat ambang batas untuk tumbuh. Batasan untuk berkembang inilah yang menjadi landasan awal munculnya kebijakan membatasi jumlah populasi di suatu wilayah.
Paham malthusianisme dinilai sudah dapat dipatahkan oleh kondisi zaman seiring perkembangan teknologi dan banyak ditemukannya metode-metode agrikultur mutakhir untuk dapat memproduksi pangan dengan sumber daya seefisien mungkin. Hanya dengan sedikit lahan dan sumber daya, manusia modern dapat menghasilkan pangan berkali-kali lipat dari yang dihasilkan oleh manusia di abad pertengahan. Hal ini juga didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang dimiliki peradaban manusia mengenai rekayasa genetik.[2]
Referensi
^Shermer, Michael (2016-05-01). "Doomsday Catch". Scientific American. Diakses tanggal 2022-09-04.
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkankategori. Tag ini diberikan pada Maret 2023.