Malik Ahmad
Buya Haji Abdul Malik Ahmad (7 Juli 1912 – 3 Oktober 1993) adalah seorang ulama Indonesia yang berasal dari Sumatera Barat. Ia merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ayahnya, Haji Ahmad bin Abdul Murid (1883-1928), adalah seorang pembaru --> di masanya.[1] PendidikanJenjang pendidikan Malik Ahmad dimulai dari Sekolah Rakyat yang berada di Tabek Patah. Setelah menamatkan sekolahnya tahun 1924, atas dasar dorongan Haji Ahmad, ia pun melanjutkan studinya di Sumatra Thawalib Parabek yang dibina oleh Syaikh Ibrahim Musa. Setahun kemudian, atas permintaannya, Malik Ahmad memutuskan pindah ke Sumatra Thawalib Padang Panjang dan duduk di kelas 6A.[1] KarierAktivitas Malik Ahmad tidak sebatas belajar di Sumatra Thawalib Padang Panjang, ia mulai aktif di Muhammadiyah Padang Panjang sejak tahun 1928. Buya Sutan Mansur mempunyai peran yang penting dalam membentuk pribadi Buya Malik Ahmad yang tegas dan konsisten.[1] Ketika dirinya masih aktif di Muhammadiyah, ia pernah ditawari posisi sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Akan tetapi, ia menolak jabatan itu dikarenakan ketidak setujuannya terhadap asas tunggal Pancasila. Menurutnya, posisi Tauhid tidak boleh bergeser setapal pun meski itu demi alasan pragmatis.[2] KeluargaIa menikahi seorang wanita dari suku Guci bernama Rohana. Rohana berasal dari Pasir, IV Angkat Candung, Bukittinggi, Sumatera Barat. Bersamanya, ia dikaruniai 6 orang anak yaitu:
ReferensiCatatan KakiBacaan lanjutan
Pranala luar
|