Mahkota Sipil (bahasa Latin: corona civica) adalah tanda penghargaan militer yang digunakan pada masa Republik Romawi dan Kekaisaran Romawi. Bentuknya berupa rangkaian dari daunek biasa yang ditenun menjadi mahkota. Mahkota Sipil terbuat dari daun ek karena pada masa itu, makanan yang tersedia berasal dari pohon ek.[1] Selain itu, penggunaan daun ek dilakukan karena kepercayaan akan adanya perlindungan dari dewa ketika mengenakannya.[2]
Sejarah
Mahkota Sipil diberikan oleh Senat kepada warga Romawi yang dengan berani telah menyelamatkan nyawa rakyat dalam pertempuran.[3] Mahkota ini dianggap sebagai mahkota tertinggi kedua yang bisa dimiliki oleh warga negara, dengan Mahkota Rumput sebagai mahkota tertinggi yang dapat diperoleh. Untuk mendapatkan mahkota ini, warga Romawi harus membunuh musuh dalam konflik militer. Warga negara yang diselamatkan harus mengakuinya sebagai saksi.[4]
Pemberian Mahkota Sipil dilakukan sebagai pemberian kehormatan kepada individu yang telah menunjukkan keberanian dan sikap tidak mementingkan diri sendiri dalam pertempuran. Mahkota ini melambangkan pengakuan publik atas tindakan heroik individu. Mahkota ini juga berfungsi sebagai motivator bagi para prajurit lainnya untuk menunjukkan keberanian mereka.[5]
Mahkota Sipil menyimbolkan kesatuan dan persahabatan antar warga Romawi. Dengan menganugerahi mahkota ini kepada orang-orang yang telah mengorbankan nyawa demi menyelamatkan rakyat, senat ingin meningkatkan rasa bertanggung jawab, loyalitas, dan saling mendukung di dalam kemiliteran Romawi dan masyarakat Romawi.[5]
Setelah reformasi Konstitusi Sulla, setiap penerima Mahkota Sipil berhak masuk ke Senat Romawi. Selain itu, penerimanya diwajibkan oleh hukum untuk mengenakan mahkotanya di setiap pertemuan publik, dan mendapat tepuk tangan bahkan dari orang-orang yang jauh lebih senior dari dirinya.
Pada tahun 31 SM, Setelah Kaisar Augustus dianugerahi Mahkota Sipil, kaisar Romawi pun mendapat hak prerogatif untuk dianugerahi Mahkota Sipil. Penganugerahan Mahkota Sipil ini kepada Kaisar Augustus dilakukan atas jasanya mengakhiri serangkaian perang sipil yang berakhir dengan Pertempuran Actium.[1]
Kehormatan yang sama juga tidak akan lebih besar jika orang yang diselamatkan adalah seorang jenderal, karena para pendiri lembaga ini menginginkan kehormatan yang tertinggi bagi penyelamatan setiap warga negara. Penerima mahkota dapat memakainya selama sisa hidupnya. Ketika dia tampil di pertandingan, sudah menjadi kebiasaan bahwa bahkan senat pun harus menyambutnya di pintu masuk, dan dia berhak duduk di sebelah para senator. Orang yang dianugerahi mahkota, ayahnya, dan kakek dari pihak ayahnya dibebaskan dari semua tugas publik.
Siccius Dentatus, seperti yang telah kami sebutkan di tempat yang tepat, memenangkan empat belas Mahkota Sipil. Capitolinus memperoleh enam mahkota, salah satunya ia peroleh karena telah menyelamatkan nyawa komandannya, Servilius.
Scipio Africanus menolak menerima mahkota karena menyelamatkan ayahnya di Trebbia pada Pertempuran Ticinus di tahun 218 SM. Karakter nasional ini pantas dianugerahi keabadian karena hanya menghargai prestasi yang telah dicapainya dengan kehormatan saja. Walaupun ia ditawari mahkota dengan emas, ia tetap menolak untuk menilai tindakan menyelamatkan warga negara dengan suatu harga. Ia menyerukan dengan lantang bahwa adalah salah menyelamatkan nyawa manusia demi keuntungan!
^ abPliny (1986). "Book 16, Section 5". Natural History. The Loeb Classical Library (dalam bahasa Latin and English). 4. H. Rackham (trans.).Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^It was not actually the Battle of Trebia but the Battle of Ticinus. Roman writers often found the events of Roman history as confusing as moderns do; however, it is not clear what Pliny meant by "Trebia." The honor was offered in camp at Piacenza, which is near the Trebbia river.