Mafilindo atau Maphilindo[1] (singkatan dari Malaysia, Filipina, dan Indonesia) adalah konfederasi nonpolitik yang diusulkan untuk ketiga negara.
Pada Juli 1963, Presiden Filipina Diosdado Macapagal menghadiri pertemuan puncak di Manila. Mafilindo diusulkan sebagai realisasi mimpi José Rizal menyatukan seluruh bangsa Melayu, yang terpisah oleh koloni.
Mafilindo dideskripsikan sebagai asosiasi regional yang akan menyelesaikan isu dengan semangat konsensus. Namun, Mafilindo juga merupakan bagian dari usaha Jakarta dan Manila untuk memperlambat, atau bahkan mencegah pembentukan[2][3] Federasi Malaysia.[4] Filipina mengklaim Sabah,[5] dan Jakarta memprotes hasil kerja Komisi Cobbold,[6] dan pembentukan Malaysia[4] dengan alasan sebagai rencana imperialisme Britania. Rencana ini gagal ketika Soekarno melaksanakan konfrontasi melawan Malaysia. Pengembangan ASEAN meniadakan semua kemungkinan revitalisasi proyek ini.
Pembentukan Maphilindo gagal menyelesaikan konflik di antara ketiga negara tersebut. Ketika Federasi Malaysia diresmikan pada 16 September 1963 yang mencakup juga Sabah dan Sarawak, Indonesia semakin gencar melawan Malaysia. Soekarno curiga, pembentukan federasi tersebut untuk mengembangkan kolonialisme di Asia Tenggara.
Di sisi lain, Filipina sendiri sudah memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia. Walaupun tidak pernah dibubarkan, Maphilindo menjadi lumpuh karena tiap negara anggota memiliki ketertarikan dan konflik sendiri-sendiri.
Pada tahun 1966, Filipina berusaha mempertemukan Indonesia dan Malaysia untuk menyelesaikan konflik mereka. Menteri Luar Negeri Filipina Narciso Ramos mengusahakan adanya perundingan untuk mencari jalan damai antara Indonesia dengan Malaysia. Usaha ini mengingatkan cita-cita Maphilindo yang hampir mati karena konflik anggotanya.[7]
Referensi