Lily Zakiyah Munir adalah seorang aktivis perempuan Islam yang terjun dalam penelitian tentang isu-isu gender serta memperjuangkan hak-hak perempuan dalam perspektif Islam. Merupakan cicit dari KH. Hasyim Asy'ari [1] yang menjabat sebagai konsultan di UNDP terkait Program Pengarusutamaan Gender bersama Kementrian Pemberdayaan Perempuan Indonesia.[2] Beliau juga aktif di lembaga swadaya masyarakat yang ia dirikan, yaitu Pusat Kajian Pesantren dan Demokrasi/ Centre for Pesantren and Democracy Studies (CEPDES) dan sekaligus menjabat sebagai direkturnya.[3][4]
Latar Belakang
Lahir di Jombang, Jawa Timur dan dibesarkan bersama sebelas saudara kandungnya di lingkungan keluarga yang taat pada agama serta memiliki garis keturunan dari sang pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia. Peran dari orang tuanya juga membantunya dalam memahami dan mempelajari berbagai ilmu-ilmu agama Islam. Bahkan sejak kecilpun beliau sudah memasuki dan merasakan pahit manis dunia pesantren.[1] Ayahnya sendiri, KH. Machfuz Anwar, merupakan ulama yang berpengaruh pada zaman itu, pernah menjabat sebagai hakim pengadilan syariah dan ikut dalam memelopori pendirian Fakultas Ushuludin di Universitas Islam Surabaya (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel) serta merupakan seorang ulama Indonesia pertama yang mendirikan pesantren khusus wanita, Madrasatul Banat pada tahun 1948 di Sepak, Jawa Timur.[5] Ibunya, Hj. Abidah juga merupakan tokoh yang aktif di dunia politik.[6] Pernah menjabat sebagai anggota Majlis Konstituante Indonesia dari tahun 1955-1959, dan juga aktif di dalam keanggotaan Muslimat Nahdhatul Ulama (MNU). Dari peran kedua orang tuanya tersebut, Lily Zakiyah Munir mempelajari banyak hal-hal penting yang tersirat mengenai perdamaian, kesetaraan, dan keadilan.[1]
Pendidikan
Setelah mendapatkan izin dari ayahnya, Nyai Lily Zakiyah Munir melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang Magister. Beliau pernah mengikuti pelatihan sebagai antropolog medis di University of Amsterdam, mengambil jurusan manajemen di Northern Illinois University, di DeKalb, Illinois, kemudian mendapatkan beasiswa penelitian mengenai islam dan hak asasi manusia di fakultas hukum, Emory University, di Atlanta, Amerika Serikat, dan meraih beasiswa untuk kuliah di Institute of Southeast Asian Studies, di Singapura.[2]
Deskripsi
Banyak stereotip yang termakan oleh publik menganggap bahwa status perempuan lebih rendah derajatnya dibanding kaum laki-laki didalam kehidupan kancah sosial. Fenomena tersebut merupakan pandangan yang sangat kontras dengan apa yang telah diajarkan oleh islam melalui kitab sucinya. Lewat berbagai dialog panjang dengan banyak media dan tulisan-tulisan, Nyai Lily Zakiyah Munir memperkenalkan kepada masyarakat dan orang-orang yang belum memahami adanya konsep kesetaraan hak-hak perempuan yang bersumber pada ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi.[7]
Referensi
- ^ a b c "Lily Zakiyah Munir - Islam, Feminism and Islamic Education in Indonesia". www.svabhinava.org. Diakses tanggal 2020-04-16.
- ^ a b "Voter Registration Project AFGHANISTAN". www.iec.org.af. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-16. Diakses tanggal 2020-04-22.
- ^ IslamLib (2004-02-29). "Lily Zakiyah Munir: "Kita Perlu Nalar Kritis dalam Beragama" | IslamLib". islamlib.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-15.
- ^ "IKADI - 15 Tokoh Indonesia Masuk Daftar Muslim Berpengaruh Dunia". www.ikadi.or.id. Diakses tanggal 2020-04-15. [pranala nonaktif permanen]
- ^ DIA, Yayasan (2020-03-02). "Biografi KH. Mahfudz Anwar". Biografi KH. Mahfudz Anwar (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-17.
- ^ Srimulyani, Eka (2012). Women from Traditional Islamic Educational Institutions in Indonesia: Negotiating Public Spaces (PDF). Amsterdam: Amsterdam University Press. hlm. 98. ISBN 978-90-485-1621-6.
- ^ "Lily Zakiyah Munir: The Koran's Spirit of Gender Equality - Qantara.de". Qantara.de - Dialogue with the Islamic World (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-22.