Gunung Agung adalah sebuah gunung berapi di pulau Bali di Indonesia yang meletus pada tahun 2017, dan menyebabkan ribuan orang mengungsi dan mengganggu perjalanan udara. Hingga 27 November 2017[update], tingkat siaga berada pada level tertinggi dan perintah evakuasi telah dikeluarkan.
Gempa bumi tektonik dari gunung berapi telah terdeteksi sejak awal Agustus, dan aktivitas gunung berapi tersebut meningkat selama beberapa minggu sebelum menurun secara signifikan pada akhir Oktober. Periode kedua dari kegiatan utama dimulai pada akhir November.
Kronologi dari peristiwa erupsi
Gempa vulkanik telah diamati dari 10 Agustus 2017[2] dan intensitas aktivitas meningkat dalam minggu-minggu berikutnya. Penurunan aktivitas terjadi pada akhir September, sebelum periode kedua dari kegiatan yang lebih besar dimulai pada akhir November.
Periode pertama aktivitas utama
September
Pada September 2017, peningkatan gemuruh dan aktivitas seismik di sekitar gunung berapi mengakibatkan penaikan status dari "waspada" menjadi "level tertinggi" dan sekitar 122.500 orang dievakuasi dari rumah mereka yang berada di sekitar gunung berapi.[3]Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia mendeklarasikan zona eksklusi 12 km di sekitar gunung berapi pada 24 September lalu.[4]
Pengungsi berkumpul di ruang olahraga dan bangunan masyarakat di sekitar Klungkung, Karangasem, Buleleng, dan daerah lainnya.[5] Stasiun pemantauan Gunung Agung terletak di Tembuku, Rendang, Kabupaten Karangasem, di mana intensitas dan frekuensi getaran gunung tersebut terus dipantau akan tanda-tanda akan terjadi letusan besar.[6]
Daerah tersebut mengalami 844 gempa vulkanik pada tanggal 25 September, dan 300 sampai 400 gempa bumi pada tengah hari pada 26 September. Seismolog khawatir pada kekuatan dan frekuensi dari kejadian-kejadian seperti ini merupakan tanda-tanda bahwa gunung tersebut akan mengalami erupsi.[7][8]
Oktober
Pada akhir Oktober 2017, aktivitas gunung berapi menurun secara signifikan, yang mengarah ke penurunan status "waspada" pada 29 Oktober.[9]
Tingkat siaga tetap pada 3 (dari 4) hingga awal kedua periode kegiatan utama, dan abu yang dikeluarkan oleh gunung tersebut juga diamati dalam waktu ini.[10][11]
Periode kedua kegiatan utama
Selasa, 21 November
Ada letusan freatik yang dilaporkan pada pukul 09.05 (UTC), dengan awan abu atas mencapai 3.842 meter (12.605 ft) di atas permukaan laut.[12] Ribuan orang segera melarikan diri dari daerah tersebut,[13] dan lebih dari 29.000 pengungsi sementara dilaporkan akan ditempatkan di lebih dari 270 lokasi terdekat.[14]
Sabtu, 25 November
Sebuah letusan magma dimulai lebih awal pada Sabtu pagi.[15] Abu gunung berapi dilaporkan naik sekitar 1,5–4 km di atas puncak kawah, dan hanyut ke arah selatan dan menyebabkan lokasi di sekitarnya ditutupi oleh abu vulkanik dengan lapisan tipis abu berwarna gelap. Peristiwa ini menyebabkan beberapa maskapai penerbangan membatalkan penerbangannya menuju Australia dan Selandia Baru. Sebuah cahaya oranye kemudian diamati di sekitar kawah di malam hari, yang menyatakan bahwa magma segar sudah mencapai permukaan Gunung Agung.[16][17]
Minggu, 26 November
Pada pukul 23.37 (UTC), letusan lainnya terjadi. Bandar udara Internasional Ngurah Rai ditutup pada hari berikutnya,[18] dan menyebabkan banyak wisatawan terdampar.[19] Lebih dari 100.000 orang dalam radius 10-kilometer (6,2 mi) dari gunung berapi telah diperintahkan untuk mengungsi.[20]
Senin, 27 November
Letusan pada hari Minggu berlanjut pada tingkat yang konstan,[21] dan lahar gunung telah mencapai di bagian selatan dari gunung berapi. Biro Meteorologi Pemerintah Australia melaporkan bahwa bagian atas kolom letusan mencapai ketinggian 9,144 m (5.7 km).[22] Abu terus menyebar ke arah tenggara, dan perkiraan dari Pacific Disaster Center memperkirakan bahwa paparan abu di atmosfer akan mempengaruhi hingga 5.6 juta orang yang berada di satu wilayah padat penduduk di sekitar gunung berapi.
Senin, 13 September 2021
Setelah letusan terakhir tanggal 13 Juni 2019, mulai tanggal 13 September 2021 status Gunung Agung diturunkan menjadi aktif normal.
Dampak
Letusan tersebut menyebabkan sekitar 40.000 orang harus dievakuasi dari 22 desa di sekitar Gunung Agung. Letusan ini juga menyebabkan bandara sekitar gunung tersebut ditutup. Bandara Internasional Lombok, yang terletak di pulau tetangga Lombok, ditutup pada 26 November, namun dibuka kembali keesokan harinya.[23]Bandara Internasional Ngurah Rai, terletak di ujung selatan pulau dan barat daya dari gunung berapi, ditutup pada 27 November.[24] Lebih dari 400 penerbangan dibatalkan dan sekitar 59.000 penumpang tetap tinggal.[25] Penutupan bandara akan diperpanjang sampai 30 November.
Letusan-letusan sebelumnya
Gunung Agung terakhir meletus pada tahun 1963. Dalam letusan itu, penduduk lokal hanya mendapat peringatan beberapa menit sebelum letusan dan mengakibatkan lebih dari 1.000 orang meninggal.[26]
^Global Volcanism Program. Sennert, Sally Kuhn, ed. "Report on Agung (Indonesia)". Weekly Volcanic Activity Report, 13 September-19 September 2017. Smithsonian Institution and US Geological Survey. Diakses tanggal 28 November 2017.
^Global Volcanism Program. Sennert, Sally Kuhn, ed. "Report on Agung (Indonesia)". Weekly Volcanic Activity Report, 1 November-7 November 2017. Smithsonian Institution and US Geological Survey. Diakses tanggal 28 November 2017.
^Global Volcanism Program. Sennert, Sally Kuhn, ed. "Report on Agung (Indonesia)". Weekly Volcanic Activity Report, 8 November-14 November 2017. Smithsonian Institution and US Geological Survey. Diakses tanggal 28 November 2017.
^"VONA". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-30. Diakses tanggal 2017-11-29.
^"Volcanic ash update for Mount Agung". Australian Government Bureau of Meteorology (dalam bahasa Inggris). 27 November 2017. Diakses tanggal 27 November 2017.