Letto merupakan sebuah grup musik Indonesia yang pertama kali dibentuk 21 April 2004. Grup musik asal Yogyakarta ini beranggotakan Noe (Sabrang Mowo Damar Panuluh, Yogyakarta 10 Juni1979) sebagai vokalis, Patub (Agus Riyono, Yogyakarta, 2 Agustus1988) sebagai gitaris, Arian (Ari Prastowo, Bantul, 27 Maret1988) sebagai bassis, dan Dhedot (Dedi Riyono, Yogyakarta, 23 Januari1987) sebagai drummer. Vokalis Letto, Noe, adalah putra penyair Emha Ainun Nadjib. Anggota grup musik ini telah bersahabat sejak masih sekolah di SMU 7 Yogyakarta. Setelah berpisah akibat kesibukan kuliah, mereka akhirnya bertemu kembali dan berkarya bersama.[1] Aktif dengan 4 personel sejak tahun 2004, pada tahun 2016 Letto menambah 2 personel yaitu Cornel (Cornelius Prapaska, Madiun, 6 Maret1987) sebagai gitaris, dan Widi sebagai keyboardis setelah keduanya menjadi additional player untuk Letto dua tahun sebelumnya.
Album pertama mereka bertajuk "Truth, Cry, and Lie" yang dirilis pada 2005. Namun sebelumnya Letto juga pernah merilis album PILIH 2004, tetapi saat itu nama grupnya masih Leto (satu T). Album perdana mereka meraih penghargaan kategori 'Album Pendatang Baru' pada ajang SCTV Music Award 2007.
Tak hanya di Indonesia, kepopuleran Letto juga merambah ke Malaysia. Letto meluncurkan album Truth, Cry & Lie di pasar musik Malaysia tanggal 23 Juli 2007. Mereka memutuskan untuk ikut meramaikan dunia musik Malaysia setelah lagu-lagu mereka seperti, "Ruang Rindu" dan "Sandaran Hati" berhasil menduduki tangga teratas di beberapa stasiun radio Malaysia. Album Letto yang pertama ini sebelumnya juga mendapatkan anugerah 'Planet Muzik 2007' sebagai grup musik terbaik di Singapura pada 8 Juni 2007.
Sukses dengan album pertama, Letto meluncurkan album kedua bertajuk "Don't Make Me Sad" yang dirilis pada tanggal 16 Agustus 2007. Dalam album ini, Letto menjagokan lagu "Sebelum Cahaya". Bukan hanya lagunya yang unik, video klipnya juga dibintangi Amanda, seorang model yang tuna rungu. Lirik lagunya berkisah tentang seseorang yang merasa kesepian karena ditinggalkan teman. Sebagian hasil dari penjualan album ini, Letto akan mendedikasikan untuk membuat buku huruf Braille. Musica akan mempromosikan album ini ke Malaysia. Lagu-lagu lain yang menarik untuk disimak dalam album ini di antaranya lagu berbahasa Inggris "Ephemera", "Bunga di malam itu" yang bertutur tentang indahnya pertemuan dengan Sang Nabi Muhammad SAW, dan "Permintaan Hati" yang berirama lebih rancak menghentak.
Album ini hanya mengeluarkan 3 Single, yaitu, Lubang Di Hati, Senyumanmu, dan, Kepada Hati itu. Setelah itu Letto Vakum selam kurang lebih 1 tahun. Album ini terbilang unik karena masih berisi ciri khas dari Letto
Album ke-empat ini diberi judul "Cinta, Bersabarlah...". Secara berseloroh personel Letto mengartikan judul tadi sebagai ungkapan kepada penggemarnya yang mau bersabar karena Letto cukup lama menghilang. "Jadi, kalau mereka mencintai Letto, mereka harusnya bisa bersabar," kata Patub, bercanda.
"Cinta, Bersabarlah..." menjadi album pertama di mana Letto tidak lagi mempersembahkan komposisi berlirik bahasa Inggris, yang sudah menjadi semacam tradisi di tiga album pertamanya. Kebiasaan macam itu bukan disengaja oleh Letto (sekadar sok-sokan dengan alasan untuk modal 'go international', misalnya), tetapi karena kebutuhan akan keutuhan keseluruhan presentasi di tiga album pertama memang demikian.[1]
Songlit
Kepopuleran lagu-lagu Letto menginspirasi beberapa orang untuk membuatnya menjadi novel atau yang disebut songlit (lagu yang dinovelkan). Lagu pertama Letto yang dijadikan novel adalah "Ruang Rindu" yang pernah menjadi soundtrack sinetron Intan. Novel Ruang Rindu ditulis oleh Andi Eriawan dan diterbitkan oleh Gagas Media pada bulan Agustus 2007.