Desa Latek berdiri pada tahun 1919. Berdasarkan cerita dari para sesepuh Desa Latek, bahwa konon nama Latek berasal Kata Ndilat sampek Katek (disingkat:LATEK), .yang dalam Bahasa Indonesia berarti Menjilat memakai lidah samapi lelah (saking lamanya). Konon menurut cerita, desa Latek sebelum menjadi desa merupakan wilayah jajahan belanda, sehingga orang-orang yang berdomisili diwilayah ini sering merasa ketakutan, suatu ketika saat rombongan penjajah datang ke wilayah ini, semua orang yang tinggal didaerah ini ketakutan kemudian berlari-lari, ada salah satu warga yang lari terseok-seok karna kakinya cacat, beliau sudah tidak kuat lari karna keterbatasan kondisi tubuhnya itu, sehinggga dia harus bersembunyi di gobangan air (sumur) yang terbuat dari kayu, tidak lama kemudian, datanglah seekor Belut Putih yang menghampirinya, kemudian belut itu menjilati kaki orang tersebut dalam waktu yang sangat lama sekali (Katek). Penjajah pun tidak bisa melihat orang tersebut. Sehingga Orang tersebut mengeluarkan Titah “Anak Putu ku sok mben ojo sampek mangan welut” (Keturunanku besok Dilarang makan Belut).
Hingga saat ini Mitos itupun masih dipegang teguh oleh warga asli keturunan Desa Latek, yang tidak berani makan Belut. Adapun Sumur tua tersebut, sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh warga yang lokasinya berada di masjid Al-Azhar desa latek, masih tersambung sanat, banyak orang-orang yang mempunyai anak kesulitan berjalan, saat dimandikan di sumur tersebut juga mengalami perubahan sedikit demi sedikit bisa mulai berjalan. selain itu juga dimanfaatkan untuk air minum dan wudhu.
Latek adalah salah satu desa di kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Indonesia.
Batas