Pada jam-jam penyanderaan, sandera terlihat memegang bendera hitam bertuliskan syahadat dalam bahasa Arab.[11] Pelaku disebut-sebut "memiliki motivasi politik".[12][13] Rekaman televisi lokal menunjukkan lima sandera berhasil kabur, diduga merupakan karyawan kafe berdasarkan celemek yang dikenakan sandera yang kabur. Pada pukul 02:14 tanggal 16 Desember, pasukan taktis polisi menyerbu kafe.[14][15] Kepolisian New South Wales mengumumkan bahwa krisis penyanderaan ini telah berakhir[16] dan membenarkan bahwa Monis tertembak mati dalam serbuan ini; dua orang lainnya juga tewas.[2]
Sandera terlihat sedang memegang bendera hitam bertuliskan syahadat dalam bahasa Arab: "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah".[11][17] Media awalnya salah mengira bahwa bendera tersebut merupakan bendera Negara Islam Irak dan Syam.[13] Salah satu sandera kabarnya dijadikan perisai manusia oleh Haron,[18] sosok yang digambarkan berjenggot, mengenakan baju putih, dan ikat kepala hitam, membawa tas jinjing biru,[19] dan bersenjatakan shotgun.[7][13] Sebelum penyanderaan terjadi, pintu geser otomatis kafe dimatikan.[20][21]
Menurut penyiar radio Sydney 2GBRay Hadley, Haron menuntut untuk berbicara dengan Perdana Menteri secara langsung lewat radio, namun laporan tersebut belum dikonfirmasi kebenarannya.[22] Ada pula laporan lain yang menyatakan bahwa Haron mengaku telah menaruh empat "alat" di sekitar Sydney. Namun demikian, Komisaris Kepolisian New South Wales, Andrew Scipione, menyatakan bahwa tak satupun "alat" ditemukan ketika penyelidikan berlangsung.[23] Dua sandera wanita menghubungi media dan menyampaikan tuntutan Haron, tetapi Kepolisian New South Wales meminta agar tuntutan tersebut tidak dipublikasikan.[13][24]
Kepolisian NSW mengelompokkan peristiwa ini sebagai serangan teroris.[25] Polisi bernegosiasi dengan Haron sepanjang hari.[26]
Kaburnya sandera
Wakil Komisaris Kepolisian NSW, Catherine Burn, membenarkan bahwa sekitar pukul 15:37, dua sandera keluar dari pintu depan bangunan, diikuti sandera ketiga, seorang karyawan, yang berlari dari pintu darurat di samping gedung. Media berpendapat bahwa sandera berhasil kabur, bukan dibebaskan, namun informasi rinci mengenai hal ini belum jelas.[7][27] Pihak kepolisian kemudian mengonfirmasi bahwa ketiga sandera tersebut melarikan diri.[1]
Sekitar pukul 16:58, dua sandera wanita yang bekerja sebagai karyawan kabur lewat pintu yang lain[7] dan langsung disambut pasukan Tactical Operations Unit.[7]
Pukul 02:08 tanggal 16 Desember, sekitar lima sampai tujuh sandera lain melarikan diri dari kafe.[19][28]
Serbuan
Pukul 02:14 tanggal 16 Desember, pasukan kepolisian bersenjata menyerbu kafe setelah melempar beberapa granat kejut, kemudian dua kelompok sandera melarikan diri dari kafe. Kelompok pertama keluar setelah tembakan awal, sedangkan kelompok kedua keluar setelah tembakan kedua.[6][14][29] Pihak kepolisian menyatakan bahwa penyanderaan kafe telah berakhir[16][30] dan membenarkan bahwa Haron tewas dalam serbuan tersebut.[2]
Sandera
Awalnya diperkirakan ada 13 orang di dalam kafe. Setelah menanyai kelompok sandera yang pertama kali kabur, kepolisian menyebutkan bahwa kurang lebih ada 10 sandera yang masih tersisa di kafe.[7] Setelah penyanderaan berakhir, sandera dipastikan berjumlah 17 orang.[31]
Pada tanggal 16 Desember, dua sandera tewas dan tiga lainnya terluka saat polisi menyerbu kafe. Sandera yang tewas adalah pria berusia 34 tahun dan wanita berusia 38 tahun.[31] Salah satu sandera yang cedera, wanita berusia 40 tahunan, tertembak di bagian kaki dan dirawat di Royal North Shore Hospital.[32] Salah satu sandera yang awalnya melarikan diri dari lokasi kejadian dibawa ke rumah sakit karena gejala lama[32][33] dan telah pulih.[13]
Man Haron Monis, kadang dikenal dengan nama Mohammad Hassan Manteghi,[34] diidentifikasi sebagai pelaku penyanderaan. Ia lahir di Iran, dan mencari suaka politik di Australia pada tahun 1996 setelah istri dan anak-anaknya ditahan di Iran.[35][36][37] Ia mengaku sebagai syekh, tetapi tidak diakui di kalangan Muslim Australia.[8][9] Polisi tidak menemukan kaitan antara Haron dan organisasi teroris internasional.[32]
Haron sejak dulu sudah bermasalah secara hukum. Antara tahun 2007 dan 2009,[31] ia memprotes kehadiran pasukan Australia di Afghanistan dengan menulis surat kepada keluarga tentara yang tewas di sana; ia menyebut para tentara sebagai pembunuh[38] dan meminta keluarga tentara untuk menuntut pemerintah menarik tentaranya dari Afghanistan. Salah satu surat membandingkan tentara yang gugur dengan seekor babi dan menyebut jasadnya "telah terkontaminasi".[39] Ia juga mengirim surat serupa kepada keluarga tentara Britania Raya dan ibu pejabat pemerintah yang tewas dalam pengeboman di Jakarta, Indonesia.[34] Haron ditahan atas tuduhan "menggunakan jasa pos atau sejenisnya untuk mengejek, memeras, atau melanggar aturan"; ia mengakui seluruh tuduhan tersebut pada tahun 2013. Kabarnya, ia dijatuhi hukuman uji coba (probation) dan 300 jam kerja sosial. Ia juga dilarang menggunakan jasa pos Australia pada tahun 2010.[40][41][42]
Pada bulan November 2013, ia ditahan karena turut serta dalam pembunuhan mantan istrinya, Noleen Hayson Pal, yang menurut laporan ditusuk 18 kali dan dibakar di tangga rumah pada tanggal 21 April 2013. Rekannya, Amirah Droudis, secara resmi ditahan atas pembunuhan Pal.[41][42][43] Tanggal 14 Maret 2014, Haron ditangkap dengan tuduhan pelecehan seksual terhadap seorang perempuan di Sydney barat pada tahun 2002.[41][44] Pada Oktober 2014, ia juga dituduh melakukan 40 pelecehan seksual yang terkait dengan enam insiden antara tahun 2000 dan 2002.[34] Pada waktu penyanderaan terjadi, Haron sedang dalam keadaan bebas dengan jaminan atas semua kasus tersebut.[41] Ia dijadwalkan hadir dalam sidang dengar pendapat kasus pelecehan seksual pada tanggal 17 Februari 2015.[42]
Sehari sebelum penyanderaan terjadi, Haron menuliskan kata-kata berikut di situs webnya:
"Islam adalah agama yang damai. Itu sebabnya Muslim berjuang melawan penindasan dan terorisme A.S. beserta sekutunya, termasuk Britania Raya dan Australia. Jika kita tetap diam terhadap para penjahat itu, kita tidak akan bisa memiliki masyarakat yang damai. Semakin keras kamu melawan kejahatan, semakin damai pula dirimu. Islam menginginkan perdamaian di Bumi. Maka dari itu, umat Islam ingin menghentikan terorisme Amerika dan antek-anteknya. Apabila kamu mengangkat suara melawan kejahatan, kamu telah maju satu langkah menuju perdamaian."[36]
Ia juga menulis: "Aku dulunya seorang penganut Rafidi, sekarang tidak lagi. Sekarang aku seorang Muslim, alhamdulillah".[8] "Rafidi" adalah istilah yang digunakan orang Salafi untuk mengejek kaum Syi'ah, salah satu cabang agama Islam.[45] Di situsnya, Haron menolak segala tuntutan atas dirinya dan menyebutnya bermuatan politik.[35] Ia mengklaim Kementerian Intelijen Iran dan ASIO sedang merusak nama baiknya.[34]
Dampak
Transportasi
Kereta api tidak berhenti di stasiun kereta api Martin Place karena keadaan sedang genting. Transport New South Wales menyarankan agar masyarakat menjauhi kawasan CBD.[46] Lalu lintas ke selatan lewat Cahill Expressway, York Street, atau Harbour Street ditutup. Lalu lintas ke utara lewat Cahill Expressway juga ditutup, dan semua lalu lintas dialihkan ke Sydney Harbour Tunnel. Lalu lintas ke utara lewat Western Distributor dialihkan ke Sydney Harbour Bridge.[47] Beberapa jalan kota ditutup.[10]
Harga otomatis Uber Sydney membuat orang-orang yang hendak meninggalkan pusat kota dikenai tarif bawah $100 selama penyanderaan berlangsung. Setelah mendapat kecaman, Uber mengumumkan di Twitter bahwa perjalanan dari distrik bisnis pusat Sydney "gratis bagi para pelanggan"; namun demikian, kenaikan harga ke CBD dipertahankan agar menarik perhatian pengemudi Uber.[48]
Evakuasi dan penutupan
Tidak lama setelah penyanderaan dimulai, orang-orang yang berada di lantai di atas kafe diungsikan menggunakan tangga.[49]Sydney Opera House dikosongkan setelah sebuah kotak mencurigakan ditemukan, tetapi laporan ini belum dikonfirmasi oleh kepolisian.[50][51] Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Martin Place juga dikosongkan.[52]
Sejumlah sekolah di Sydney menjalani "pengurungan kategori putih" selama krisis penyanderaan berlangsung, artinya kelompok murid apapun tidak boleh keluar dari kawasan sekolah.[17]
Tanggapan
Pemerintah
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, mengadakan rapat bersama National Security Committee of Cabinet untuk mengetahui perkembangan terkini.[17][57][58] Abbott membuat pernyataan terbuka kepada penduduk Australia, "Warga Australia perlu tahu bahwa pasukan penegak hukum dan keamanan kita terlatih dengan baik dan memiliki perlengkapan yang cukup dan menanggapi [situasi ini] dengan cara yang pantas dan profesional."[59] Ia menambahkan, "Tujuan utama kekerasan yang bermuatan politik adalah menakut-nakuti masyarakat agar tidak bisa menjalani kehidupannya masing-masing. Australia adalah masyarakat yang damai, terbuka, dan baik. Tidak ada yang bisa mengubah mereka, dan karena itulah saya meminta agar semua warga Australia tetap menjalani hari-harinya seperti biasa."[23]
Perdana Menteri New South Wales, Mike Baird, menyampaikan kepada media, "Hari ini kita mendapat sebuah ujian... di Sydney. Kepolisian sedang diuji, masyarakat sedang diuji, namun apapun ujiannya, kita akan menghadapinya dan kita akan tetap menjadi masyarakat sipil yang kuat dan demokratis. Saya menaruh kepercayaan pada Komisaris Polisi dan kerja keras pasukan kepolisian New South Wales."[14][60]
Komunitas
Karena khawatir dengan serangan balik anti-Muslim dari masyarakat, gerakan #illridewithyou dirintis di media sosial untuk membantu secara fisik maupun emosional setiap Muslim yang bepergian sendirian menggunakan transportasi umum.[61][62][63]
Organisasi Islam
Sanier Dandan, presiden Lebanese Muslim Association, memberitahu ABC News bahwa para pemimpin Muslim di Australia mengadakan rapat secara daring untuk membahas apa yang bisa dibantu masyarakat Muslim dalam krisis ini. Ia juga menambahkan bahwa kaitan antara sang pelaku dengan masyarakat Muslim Australia belum diketahui, "Apapun itu, di sana sedang terjadi penyanderaan. Entah ia bagian dari masyarakat Muslim Australia atau tidak, kami masih menunggu informasi dari kepolisian, dan berdasarkan informasi tersebut, apabila ada yang perlu dibantu masyarakat Muslim, kami siap membantu."[64][65] Ibrahim Abu Mohamed, Mufti Agung Australia, juga mengutuk insiden ini dalam pernyataan tertulis.[14][66] Sepanjang sore tanggal 15 Desember, sekitar 50 kelompok Muslim mengeluarkan pernyataan bersama yang intinya mengecam insiden ini.[14]
^ abc"Critical incident established following Martin Place siege". NSW Police. 16 December 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-15. Diakses tanggal 15 December 2014. About 2.10am (Tuesday 16 December), a confrontation occurred between police and a man who had taken a number of people hostage inside a café on Martin Place. Shots were fired during the confrontation. As a result, the 50-year-old man was pronounced dead after being taken to hospital.
^"Sydney siege ends in tragedy". Yahoo!7 News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-25. Diakses tanggal 2014-12-15. Seven Network reporter Chris Reason.... said the two dead are the gunman and a hostage. The hostage was killed by the gunman.
^Fallon, Daniel; Saulwick, Jacob (16 December 2014). "Lindt Cafe hostage drama in Martin Place, Sydney: day two". Sydney Morning Herald. Diakses tanggal 15 December 2014. Fairfax Media has been told that two people are dead, one of whom is the gunman, Man Haron Monis.