Krisis KorsikaKrisis Korsika adalah suatu peristiwa dalam politik Inggris selama 1768-69. Krisis itu dipicu oleh invasi pulau Korsika oleh Prancis. Pemerintahan Inggris di bawah Adipati Grafton ke-3 (Augustus FitzRoy) gagal untuk turut campur tangan, hingga banyak dikritik dan merupakan salah satu dari banyak faktor yang menjadi penyebab kejatuhannya pada awal tahun 1770. Latar belakangKorsika telah berada di bawah kekuasaan Republik Genoa selama lima abad, ketika pemberontakan besar pecah di pulau pada tahun 1750. Pada tahun 1755, pemimpin mereka Pasquale Paoli menyatakan bahwa Republik Korsika telah berdiri dan menegakkan kekuasaannya atas banyak wilayah di pulau itu. Setelah sembilan tahun berupaya untuk merebut kembali kekuasaan mereka atas pulau itu gagal, Genoa lalu menjual pulau itu ke Prancis pada tahun 1764, dalam suatu perjanjian yang dirahasiakan. Paoli telah menciptakan Konstitusi Korsika yang liberal dan banyak dipengaruhi konstitusi Inggris. Ia menciptakan pemegang hak suara paling ekstensif di dunia, dan berusaha mereformasi secara radikal bidang pendidikan. Karena Inggris bermusuhan dengan Prancis, dan karena Inggris memiliki sejarah telah mendukung orang-orang Korsika buangan — Paoli berusaha untuk membentuk aliansi dengan Inggris. Inggris membuka konsulat di pulau itu, tetapi peristiwa-peristiwa di Korsika tidak menonjol dalam pemberitaan di Inggris hingga tahun 1768.[1]:556 Hubungan antara Inggris dan Prancis tetap tegang sejak Perjanjian Paris mengakhiri Perang Tujuh Tahun di antara keduanya. Prancis ketika itu mencoba untuk mendapatkan wilayah baru seperti Guyana dan Lorraine untuk mengganti lahan yang hilang selama perang. Invasi PrancisPada 1768, pasukan Prancis mendarat dan berusaha untuk membangun kekuasaan atas pulau itu, sementara Perjanjian Versailles (1768) secara resmi mengakui transfer pulau itu dari Genoa ke Prancis. Skema ini adalah proyek hasil pemikiran Choiseul, yang telah mencari cara agar Prancis dapat membalas kembali pada Inggris sejak berakhirnya Perang Tujuh Tahun pada tahun 1763. Orang-orang Korsika melakukan perlawanan di bawah kepemimpinan Paoli, yang bertekad untuk mempertahankan kemerdekaan mereka. Segera muncul seruan kepadauntuk pemerintah Inggris untuk campur tangan di pihak Korsika. Walaupun Grafton dan menteri luar negerinya Shelburne menentang perbuatan Prancis merebut pulau itu, mereka melihat hanya sedikit yang bisa mereka lakukan untuk mencegahnya.:556 Para menteri yang masih muda dan umumnya kurang berpengalaman dalam urusan luar negeri,:555 dan memberikan jauh lebih banyak perhatian pada kejadian-kejadian penting di Tiga Belas Koloni Inggris di Amerika. Akibatnya, Inggris cenderung untuk menghindari konflik dengan Prancis dalam Krisis Korsika.:567 Reaksi InggrisBerbeda dengan pemerintahnya yang kurang berminat, berita invasi telah memicu dukungan rakyat Inggris dalam perjuangan Korsika. James Boswell, yang telah lama memperjuangkan kepentingan Korsika, melobi anggota terkemuka masyarakat dan mengupayakan agar tiga puluh meriam yang dapat dikirim dari Bengkel Besi Carron di Falkirk. Boswell menerbitkan buku An Account of Corsica, yang menjadi buku laris dan membantu peningkatan ketertarikan umum atas penderitaan Korsika. Inggris pada tahun 1760-an tidak mampu membangun sistem aliansi dengan negara-negara Eropa lainnya sebagaimana yang pernah dilakukannya di masa lalu, suatu masalah yang menjadi semakin akut selama Krisi Korsika dan Perang Kemerdekaan Amerika. Invasi Prancis tidak populer di mata Spanyol dan Sardinia, dan didorong untuk bertindak oleh serangan-serangan publik pada mereka, pemerintah Inggris mulai berunding secara tentatif untuk mencoba untuk membangun koalisi dari negara-negara yang akan menentang aneksasi Prancis atas pulau itu. Namun, karena kekurangan minat dari kedua belah pihak, koalisi ini runtuh dengan cepat. Meskipun diseru di Parlemen, Grafton tetap menolak untuk mempertimbangkan pengiriman pasukan ke Korsika, atau memobilisasi angkatan laut. Kejatuhan Republik KorsikaPada 9 Mei 1769, pertahanan Korsika hancur dalam Pertempuran Ponte Novu, yang memaksa Paoli dan para pengikutnya pergi ke pengasingan. Paoli pergi pertama kali ke Wina, tetapi akhirnya memilih bertempat tinggal di Inggris, di mana ia kemudian tinggal selama dua puluh tahun. Lemahnya reaksi Inggris meyakinkan Choiseul bahwa Inggris tidak siap untuk terjun dalam perang besar baru dan akan kembali surut ketika terancam — suatu pertimbangan bahwa angkatan laut Inggris yang superior tidak berguna karena berada di tangan pemerintah yang tidak siap untuk menggunakannya.[2]:126–7 Ini meningkatkan harapan orang-orang terkemuka Prancis untuk mencapai kemenangan telak atas Inggris, sebagai balasan atas Perang Tujuh Tahun. Pada tahun 1770, Grafton mengundurkan diri sebagai menteri utama, dan digantikan oleh North. Tahun yang sama, Korsika secara resmi dianeksasi menjadi provinsi Prancis. KesudahanKejatuhan Korsika dicela dalam Surat Junius yang menegaskan bahwa Korsika tidak akan pernah diinvasi apabila Inggris dapat menunjukkan ketegasannya.:562 Kekuatan-kekuatan utama di Eropa membuat catatan atas kegagalan Inggris dalam bertindak, dan kerusakan parah telah terjadi atas kedudukan internasional Inggris.:127 Ini memiliki efek berkelanjutan yang membuat Rusia segan menjalin perjanjian aliansi dengan Inggris, menyebabkan Inggris menjadi tanpa sekutu utama ketika memasuki masa menuju Perang Kemerdekaan Amerika. Kegagalan Kabinet Grafton untuk bertindak dibandingkan secara jelek dengan tindakan yang lebih tegas dari Kabinet North selama Krisis Falklands pada tahun 1770, ketika Angkatan Laut Kerajaan berhasil dimobilisasi untuk mencegah Spanyol menduduki Kepulauan Falklands. Sejumlah orang-orang Korsika buangan turut bertugas bersama pasukan Inggris selama Perang Kemerdekaan Amerika, dan banyak yang kemudian memilih bertempat tinggal di Inggris. Pasukan inggris di kemudian hari berusaha untuk mengembalikan Korsika yang independen pada tahun 1790-an, yaitu selama Perang Revolusi Prancis, dalam bentuk Kerajaan Inggris-Korsika. ReferensiDaftar pustaka
|