Kopi Jambi memiliki tiga jenis kopi yang berbeda, yakni arabika, robusta, dan liberika.[1] Banyak dibudidayakan di daerah Kerinci, Merangin, dan Kuala Tungkal. Kopi jenis robusta dan arabika banyak dibudidayakan di Kerinci dan Merangin, sedangkan jenis liberika hanya dibudidayakan di Kuala Tungkal, serta setiap tempat memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing. Jadi daerah pengembangan komoditi kopi di Provinsi Jambi dibagi menjadi 2 zona yakni zona barat dan zona timur. Untuk zona barat berada di Kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, dan Kabupaten Merangin. Sedangkan zona timur berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Strategi pengembangan komoditi kopi di Provinsi Jambi di Fokuskan pada luasnya areal tanam, ekspor kopi mentah, dan industri pengolahan kopi.[2]
Perkebunan Kopi Kerinci tersebar di daerah pegunungan, tepatnya di Kayu Aro, Kayu Aro Barat, dan Gunung Tujuh. Semua perkebunan ini terletak di atas ketinggian 900-1200 mdpl.[3]
Kopi Kerinci sendiri terkenal dengan rasanya yang cenderung fruity ke arah rasa buah lemon yang asam segar. Aftertaste-nya sendiri cenderung lebih terasa manis yang tertinggal cukup lama.[3]
Kopi jangkat atau Kopi robusta merangin merupakan varietas kopi robusta yang menjadi salah satu komoditi unggulan dari daerah dataran tinggi kabupaten Merangin, provinsi Jambi.[4] Kopi ini dianugerahi sebagai kopi robusta terbaik tingkat nasional dalam kompetisi pengolahan full wash, pada event specialty coffe association of Indonesia (SCAI) Expo 2018, di hotel grand inna Bali.[5] Pada tahun berikutnya, di kompetisi pengolahan honey, event SCAI 2019, di ibis hotel Bandung, kopi jangkat kembali meraih penghargaan sebagai kopi robusta terbaik tingkat nasional.[6]
Kopi Tungkal ini dibudidayakan di Kuala Tungkal, unik dan khasnya kopi Liberika Tungkal Komposit ini lantaran dibudidayakan di daerah gambut dengan tingkat keasaman yang cukup tinggi.[7] Saat ini, kopi Liberika Tungkal di budidayakan oleh masyarakat kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pada umumnya masyarakat Kecamatan Betara mengolah kopi sampai pada tahap green bean. Hal ini disebabkan karena alat pengolahan kopi masih terbatas. Untuk produk dalam bentuk green bean asalan, masyarakat biasa mengolah secara mandiri.[8] Kopi Liberika Tungkal telah meraih pengakuan Hak Paten dan Sertifikat Indikasi Geografis dari Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia[9] pada Rangkaian acara Hari Dharma Karyadhika Tahun 2015 di gedung Kementrian Hukum dan HAM.[10]
^Arman, Dedi (2019-11-21). "Liberika, Kopi Khas Tanjungjabung Barat". Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2024-06-21.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)