Kohesi adalah hubungan antar proposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat yang membentuk wacana. Kohesi merupakan aspek formal dalam tata bahasa terutama dalam organisasi sintaksis yang terdiri dari kalimat dalam rangka menghasilkan tuturan yang utuh.[1][2] Maka dari itu, kohesi harus direalisasikan ke dalam tiga sistem bahasa, yaitu sistem semantis (makna), sistem leksikogramatikal (bentuk, gramatikal, leksikal), morfologis dan fonologis (tulisan dan bunyi).[3] Kohesi mengacu pada hubungan antar kalimat dalam wacana, baik dalam tataran gramatikal maupun dalam tataran leksikal, sehingga terciptalah pengertian yang koheren. Kohesi merujuk pada perpautan bentuk yang terdiri dari kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.[1]
Wacana bersifat kohesif jika ada kesesuaian bentuk bahasa terhadap ko-teks (situasi dalam bahasa) sebagai lawan dari konteks (situasi luar bahasa). Artinya, tidak sesuainya bentuk bahasa antara ko-teks dengan konteks akan menghasilkan sebuah teks yang tidak kohesif. Kohesi dalam paragraf yaitu tarik menarik antar kalimat dalam paragraf, sehingga tidak saling bertentang, tetapi tampak bersatu mendukung pokok pikiran atau gagasan utama sebuah paragraf. Paragraf yang sudah masuk kriteria tersebut maka disebut sebagai paragraf kohesif.[4]
Jenis
- Kohesi leksikal memiliki hubungan antar unsur secara semantis dalam wacana. Kohesi leksikal merupakan pendukung keutuhan sebuah wacana selain kohesi gramatikal. Alat kohesi leksikal adalah sinonim, antonim, ekuivalensi, repetisi, dan kolokasi.[5] Tujuan dari penggunaan alat kohesi tersebut adalah untuk mendapatkan efek intensitas makna, keindahan bahasa dan kejelasan informasi. Kohesi leksikal dapat terjadi melalui pemilihan kata yang secara ketat dilakukan demi adanya hubungan bentuk atau makna di antara suatu kata dengan kata lain yang sudah digunakan sebelumnya.[3]
- Kohesi gramatikal adalah hubungan kohesif yang dicapai dengan cara menggunakan bagian sistem gramatikal dan hubungan antar unsur. Alat kohesi gramtikal mencakup referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi.[5]
Pembentuk kohesi
- Penggunaan hubungan berbagai unsur yang menyatakan pertentangan dengan menggunakan kata penghubung tetapi atau namun, konsesif dengan memakai kata penghubung walaupun atau semakin, tujuan dengan memakai kata penghubung agar atau supaya, kelebihan dengan menggunakan kata penghubung malahan atau bahkan, pengecualian dengan menggunakan kata penghubung kecuali.
- Pengulangan kata atau frasa.
- Penggunaan kata yang memiliki makna berbeda tetapi kata yang digantikan dan penggantinya harus menunjuk pada acuan yang dianggap sama.
- Penggantian bentuk mengacu kepada kumpulan yang sama.
- Penggantian lain dalam wacana adalah penggantian melalui metafora.
- Pembentukan kohesi juga bisa dilakukan dengan hubungan leksikal.
- Kohesi juga dibentuk dengan menunjukkan hubungan bagian-keutuhan.[6]
Rujukan
- ^ a b Bahry, Rajab, Nurfitriani, Azwardi (Januari 2018). "Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Proposal Mahasiswa PBSI Tanggal 23 Desember 2014". Jurnal Bahasa dan Sastra. 12 (1): 42. ISSN 2654-6582.
- ^ Tarigan, Henry Guntur (1987). Pengajaran wacana. Bandung: Angkasa. hlm. 190 halaman. ISBN 9794042528, 97897940425.
- ^ a b Arifin, Junaiyah H. M. , E. Zaenal (2010). Keutuhan Wacana. Jakarta: Grasindo. hlm. 24 dan 39. ISBN 978-979-081-123-2.
- ^ Amin, Muhammad, Syamsudin, dan Sugit Zulianto (Juli 2016). "Kohesi dan Koherensi dalam Artikel Ilmiah Populer Radar Sulteng". Bahasantodea. 4 (3): 51. ISSN 2302-2000.
- ^ a b Aisah, I Wayan Pastika, I G.N.K. Putrayasa (Agustus 2017). "Kohesi dan Koherensi Paragraf pada Teks Berita Tribun News dalam Jaringan (Daring)". Humanis. 20 (1): 202–204. ISSN 2302-920X.
- ^ Aflahah (Mei 2012). "Kohesi dan Koherensi dalam Wacana". Okara: Jurnal Bahasa dan Sastra. 6 (1): 11. ISSN 1907-624X.