Klan Tokugawa (徳川氏code: ja is deprecated , Tokugawa-shi atau Tokugawa-uji) adalah keluarga daimyo berpengaruh di Jepang. Klan ini adalah keturunan Kaisar Seiwa (850–880) dan merupakan percabangan klan Minamoto (Seiwa Genji) yang memakai nama klan Nitta. Meskipun demikian, sejarah awal klan ini masih belum jelas.[1] Anggota keluarga Tokugawa memerintah Jepang sebagai shogun dari tahun 1603 hingga 1867.
Sejarah
Minamoto no Yoshishige (1202), cucu dari Minamoto no Yoshiie (1041–1108) adalah tokoh pertama yang memakai marga Nitta. Ia berpihak pada sepupunya yang bernama Minamoto no Yoritomo dalam berperang melawan klan Taira (1180) dan menemaninya ke Kamakura. Putra ke-4 dari Yoshishige yang bernama Nitta Yoshisue menetap di tempat bernama Tokugawa (Provinsi Kozuke), dan menggunakan nama Tokugawa sebagai nama keluarga. Namun buku sejarah Provinsi Kozuke tidak mengaitkan Yoshisue dengan klan Minamoto atau klan Nitta.[2]
Pendiri klan Matsudaira konon adalah seorang biksu miskin bernama Matsudaira Chikauji.[1][3] Ia dicatat sebagai keturunan generasi ke-8 Nitta Yoshisue, dan menjadi saksi mata kehancuran klan Nitta dalam perang melawan klan Ashikaga. Ia menetap di tempat bernama Matsudaira (Provinsi Mikawa) dan dijadikan anak angkat oleh keluarga istrinya. Di buku sejarah provinsi Mikawa dicatat bahwa klan Matsudaira berasal dari klan Ariwara.[2] Tempat bernama Matsudaira sebelumnya adalah tempat tinggal Nobumori Ariwara. Oleh karena itu, klan Matsudaira kemungkinan berkaitan dengan Ariwara no Narihira.[4]
Pada abad ke-15, Matsudaira Nobumitsu (putra dari Matsudaira Chikauji) bertugas sebagai penjaga Istana Okazaki dan memperkuat kekuasaan keluarganya di Provinsi Mikawa. Canggah dari Nobumitsu yang bernama Matsudaira Kiyoyasu membangun klan Matsudaira hingga menjadi klan kuat, namun ia sendiri terbunuh. Pada tahun 1567, Matsudaira Takechiyo muda, cucu dari Matsudaira Kiyoyasu, menjadi abdi Oda Nobunaga dan memakai nama Tokugawa Ieyasu. Dengan memakai nama keluarga Tokugawa berarti Ieyasu mengaku sebagai keturunan klan Minamoto dari Nitta Yoshishige (cucu Minamoto no Yoritomo) yang tinggal di desa Tokugawa, Provinsi Kōzuke.[5]
Setelah meninggalnya Toyotomi Hideyoshi dan Pertempuran Sekigahara tahun 1600, kekuasaan pemerintah di Jepang beralih dari klan Toyotomi ke tangan Ieyasu. Dari pusat pemerintahan di Edo, klan Tokugawa menguasai Jepang sebagai shogun selama lebih dari 250 tahun hingga akhir zaman Edo.[6] Pada masa awal pemerintahannya, klan Tokugawa menetapkan dasar-dasar hukum untuk shogun, bangsawan, dan samurai. Klan Tokugawa menjalankan kebijakan Jepang sebagai negara tertutup (Sakoku), membagi masyarakat Jepang menjadi kelas-kelas yang ketat (daimyo, samurai, petani, tukang, dan pedagang).[6] Periode damai di bawah pemerintahan klan Tokugawa berakhir pada awal abad ke-19 ketika kekuatan-kekuatan negara asing mencoba membuka Jepang untuk berdagang.[6] Seluruhnya ada 15 shogun dari klan Tokugawa. Mereka begitu berpengaruh sehingga sejumlah buku sejarah lebih memilih menggunakan istilah era Tokugawa daripada periode Edo.
Selain itu, kepala keluarga gosanke (tiga percabangan klan di Owari, Kishū, dan Mito) memakai nama keluarga Tokugawa,[7] dan berhak dipilih menjadi shogun. Keluarga Tokugawa dari Owari adalah keturunan dari Tokugawa Yoshina (anak ke-7 Ieyasu), keluarga Tokugawa dari Kii (Kishū) adalah keturunan Tokugawa Yorinobu (anak ke-8 Ieyasu), dan keluarga Tokugawa di Mito adalah keturunan dari Tokugawa Yorifusa (anak ke-9 Ieyasu).[5]
Sebagian besar daimyo yang menyandang nama keluarga Matsudaira adalah keturunan dari klan Tokugawa, termasuk keluarga Matsudaira dari Fukui dan Aizu. Anggota klan Tokugawa juga kawin-mengawini dengan daimyo berpengaruh lainnya dan keluarga Kekaisaran Jepang.
Semua shogun Tokugawa mengaku berasal dari keturunan Tokugawa Ieyasu yang dikenal sebagai pendiri klan ini. Garis terputus-putus menunjukkan hubungan anak angkat.
Lambang keluarga
Lambang klan Tokugawa adalah tiga daun hollyhock (mitsuba-aoi) dalam lingkaran. Lambang keluarga ini berasal dari lambang klan Kamo, sebuah klan mitologis yang konon keturunan dari burung gagak berkaki tiga Yatagarasu.[8] Desa Matsudaira berada di Distrik Higashikamo, Prefektur Aichi. Kaisar Go-Yōzei pernah menawarkan untuk memberi lambang keluarga baru untuk klan Tokugawa, tetapi Ieyasu memilih untuk memakai lambang keluarga yang sudah dipakainya, meski tidak berkaitan dengan klan Minamoto.[9]
Dalam drama jidaigeki, lambang klan Tokugawa dipakai untuk menunjukkan latar waktu pada zaman Edo. Ketika cerita berkaitan dengan Restorasi Meiji, lambang klan Tokugawa dipakai untuk menunjukkan kesetiaan terhadap keshogunan. Lawan keshogunan adalah kaum pendukung kekaisaran yang memakai lambang bunga seruni.
^ abcFrédéric, Louis (2002). Japan Encyclopedia. Harvard University Press. hlm. 976. ISBN0674017536.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)